Tahun ini bursa saham Tanah Air menjadi satu dari sedikit pasar ekuitas global yang mampu memberikan pengembalian positif kepada para investor. Indeks acuan pasar saham domestik tahun ini mampu menguat nyaris 10% dan menjadi bursa dengan kinerja terbaik di kawasan Asia Pasifik.
Harga saham yang lebih tinggi tersebut ikut tercermin dari korporasi Tanah Air yang ikut mencatatkan kinerja yang lebih baik tahun ini.
Melansir data Refinitiv, hingga pekan kedua bulan September, sebanyak 660 emiten dari total 813 perusahaan tercatat di bursa diketahui telah melaporkan kinerja keuangan untuk semester pertama tahun ini.
Secara agregat, total laba yang dicatatkan oleh perusahaan yang telah melaporkan kinerja keuangan semester pertama tahun ini meningkat tajam atau naik 72% menjadi Rp 325,96 triliun dari semula Rp 189,36 triliun.
Peningkatan signifikan ini terjadi karena pemulihan ekonomi nasional ikut memperbaiki tingkat profitabilitas perusahaan. Laba sejumlah perusahaan tercatat mampu meningkat pasca pembatasan sosial dicabut seperti yang dirasakan oleh Grup MAP dan emiten transportasi Grup Triputra, Adi Sarana Armada (ASSA). Pembukaan ekonomi yang lebih luas juga menjadi berkah bagi emiten taksi Blue Bird (BIRD) yang tahun ini mampu mencatatkan laba dari semula merugi.
Sementara itu harga komoditas yang lebih tinggi ikut membuat sejumlah perusahaan membalikkan keadaan menjadi untung seperti yang terjadi pada Surya Esa Perkasa (ESSA) dan Eagle High Plantation (BWPT).
Dari 660 emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan, jumlah perusahaan yang masih mengalami kerugian tercatat turun menjadi 171 dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 189 perusahaan.
Tim Riset CNBC Indonesia telah merangkum sejumlah perusahaan Indonesia yang dinobatkan sebagai perusahaan dengan leba terbesar.
Perusahaan yang masuk dalam daftar 10 perusahaan dengan catatan laba terbesar ini tidak hanya dari perusahaan terbuka, tetapi juga dari perusahaan BUMN, yang meski sifatnya tertutup tetapi kinerja keuangannya dapat diakses oleh publik.
Berikut secara rinci daftar 10 perusahaan dengan pendapatan fantastis di Indonesia.
1. Bank Rakyat Indonesia (BBRI)
Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menempati posisi pertama perusahaan dengan laba terbesar di sepanjang semester I-2022 yakni sebesar Rp 24,79 triliun. Perolehan laba tersebut melonjak 98,7% dari Rp 12,47 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Naiknya laba bersih ditopang moncernya pendapatan. BRI membukukan pendapatan bunga bersih konsolidasian sebesar Rp 64,6 triliun pada semester I-2022, naik 17,56% dari Rp 54,96 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hal ini tercermin dari rasio tingkat pengembalia berdasarkan aset atau Returm on Asser (ROA) dan tingkat pengembalian berdasarkan ekuitas atau Return on Equity (ROE).
Mengutip laporan keuangan yang telah dipublikasikan, ROE BBRI (secara konsolidasi) per Juni 2022 tercatat sebesar 17,48% atau naik dibandingkan dengan ROE periode yang sama tahun lalu yakni 10,98%.
Jika diperdalam lebih lanjut, BBRI bersama dengan anak usaha telah menyalurkan kredit sebesar Rp 1.104,79 triliun atau naik 8,75% year on year/yoy. Diketahui penyaluran kredit ini tumbuh positif dengan penopang utamanya adalah dari segmen mikro.
Sementara nilai aset BBRI mencapai Rp 1.652,84 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 286,27 triliun. Kinerja keuangan BBRI masih sangat mungkin bertumbuh sebab di tengah pelonggaran mobilitas masyarakat pasca Covid-19.
Hal ini dapat membantu bisnis kembali bangkit yang kemudian dapat terus membukukan pertumbuhan kredit yang lebih kuat kedepannya.
2. Bank Mandiri (BMRI)
Posisi kedua berhasil ditempati oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang berhasil menorehkan laba bersih Rp 20,22 triliun pada semester pertama tahun ini. Angka ini lompat 61,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam enam bulan pertama 2022, Bank Mandiri berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif dengan mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 10,7% secara year on year (yoy) Juni 2022.
Bank Mandiri menjadi bank dengan penyaluran kredit terbesar di Indonesia. Realisasi pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara konsolidasi per kuartal II 2022 menembus Rp 1.138,31 triliun atau tumbuh 12,22%.
Pertumbuhan kredit ini juga turut mendorong pertumbuhan total aset Bank Mandiri secara konsolidasi yang mencapai Rp 1.786 triliun atau tumbuh 13% yoy sampai dengan kuartal II 2022. Sementara ekuitas tercatat sebesar Rp 220,82 triliun sepanjang semester I-2022.
3. PT Astra International Tbk (ASII)
Posisi ketiga ditempati oleh PT Astra International Tbk (ASII) dengan mencatatkan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 18,17 triliun pada semester I-2022 atau melonjak 106% year on year (yoy).
Perolehan laba bersih ini sejalan dengan ASII mencatat kinerja yang baik pada hampir semua divisi bisnis didukung dengan membaiknya kondisi ekonomi, investaso dan meningkatnya harga komoditas.
Sementara ASII mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 143,7 triliyn pada semester I-2022 meningkat 34% secara yoy dan lebih tinggi dibandongkan kinerja sebelum pandemi Covid-19. Sementara nilai ekuitas ASII tercatat Rp 232,08 triliun.
HALAMAN SELANJUTNYA >>>
4. Adaro Energy Indonesia (ADRO)
Posisi keempat ada emiten batu bara milik Garibaldi 'Boy' Thohir yang berhasil mencatatkan kinerja positif ditopang oleh melonjaknya harga komoditas di pasar global. Sepanjang semester pertama tahun ini, laba bersih perusahaan tercatat senilai US$ 1,21 miliar atau setara Rp 18,15 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$). Capaian tersebut meroket sebesar 613% dari semester I-2021 senilai US$ 169,96 juta.
Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh meningkatnya pendapatan usaha per 30 Juni 2022 sebesar 126% menjadi US$ 3,54 miliar atau setara Rp 52,71 miliar. Periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 1,56 miliar.
Boy Thohir dalam keterangan kepada investor menyebut bahwa semester pertama tahun ini menjadi periode yang sangat kondusif akan harga batu bara. Boy juga menyebutkan catatan fantastis perusahaan ikut didorong oleh permintaan yang lebih tinggi di tengah krisis energi global yang tengah dihadapi banyak negara dunia.
5. Bank Central Asia (BBCA)
Posisi keempat ada PT Bank Central Asia (BBA) yang berhasil mencatatkan kinerja positif. Sepanjang semester pertama tahun ini, perusahaan membukukan laba bersih sekitar Rp 18,05 triliun naik 24,9% yoy.
Perfoma positif itu sejalan dengan tumbuhnya kredit perusahaan. BCA dan entitas anak membukukan kenaikan total kredit 13,8% menjadi Rp675,4 triliun. Sehubungan dengan penyaluran kredit untuk sektor-sektor berkelanjutan (sustainable). Kenaikan ini didukung oleh kenaikan bisnis sejalan pelonggaran mobilitas serta momen Idul Fitri.
Selain itu, pertumbuhan likuiditas dan kredit, BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama semester I tahun 2022, yakni naik 5,3% YoY menjadi Rp 29,8 triliun.
Sementara BBCA mencatatkan pendapatan sebesar Rp 45,17 triliun dengan nilai ekuitas sebesar Rp 203,13.
6. PT PLN (Persero)
Perusahaam BUMN listrik PT PLN (Persero) menempati posisi kelima yang berhasil mencetak kenaikan laba bersih sebesar 162,4% menjadi Rp 17,4 triliun hingga semester I-2022, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,6 triliun.
Kenaikan ini ditopang peningkatan penjualan listrik seiring membaiknya perekonomian nasional serta didukung langkah transformasi dan efisiensi yang dilakukan perseroan.
PLN mencatat kenaikan volume penjualan listrik sebesar 133,87 Terra Watt hour (TWh) pada semester I-2022 atau meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya 125,49 TWh. kenaikan penjualan tenaga listrik ini ditopang oleh pertumbuhan yang signifikan pada pelanggan industri dengan penambahan volume penjualan listrik 5,4 TWh atau 14,3% hingga akhir Juni 2022.
Atas penjualan listrik yang mengalami kenaikan tersebut, PLN berhasil membukukan penjualan tenaga listrik senilai Rp 150,6 triliun, meningkat 7,2% atau bertambah Rp 10,1 triliun.
7. Telkom Indonesia (TLKM)
Posisi keenam ditempati oleh PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang positif di semester I-2022. Emiten Tekomunikasi BUMN ini berhasil membukukan laba bersih mencatat Rp 13,31 triliun sepanjang semester I-2022.
Capaian laba bersih tersebut meningkat 6,89% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang tercatat sebesar Rp 12,45 triliun.
Sejalan dengan itu, pendapatan perseoran juga naik dari Rp 69,48 triliun pada semester pertama tahun lalu menjadi Rp71,98 triliun pada semester I tahun ini.
HALAMAN SELANJUTNYA >>>
8. United Tracktors (UNTR)
Posisi selanjutnya ditempati oleh PT United Tracktors Tbk (UNTR) dengan laba bersih sebesar Rp 10,26 triliun sepanjang semester I-2022.
Perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp60,4 triliun atau naik sebesar 62% dari Rp 37,3 triliun pada periode yang sama tahun 2021. Seiring dengan peningkatan pendapatan bersih, laba bersih Perseroan meningkat 129% menjadi Rp 10,4 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 4,5 triliun.
Sementara itu, UNTR mencatatkan jumlah aset sebesar Rp 192,23% meningkat 21% secara year on year (yoy). Di sisi lain, nilai ekuitas UNTR tercatat sebesar Rp 81,96 triliun.
9. Bank Negara Indonesia (BBNI)
Posisi kedelapan ada PT Bank Negara Indonesia (BBNI) yang berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 8,8 triliyn atau naik 75% secara yoy dari Rp 5 triliun.
Kinerja BBNI tak lepas dari inisiatif perusahaan untuk memperkuat green banking yang memiliki potensi untuk meningkatkan profitabilitas diiringi oleh tren pemulihan ekonomi.
Kenaikan laba juga ditopang oleh perbaikan fungsi intermediasi dimana penyaluran kredit tumbuh 8,9% menjadi Rp 620 triliun.
Untuk mendorong program BNI Xpora sebagai upaya mendorong ekspor, BNI sudah berhasil menyalurkan kredit Rp 7,2 triliun. Penyaluran kredit untuk UMKM yang ekspor, BNI sudah menyalurkan kredit Rp 22,1 triliun kepada ada 39 ribu debitur.
Sementara, BBNI mencatatkan jumlah aset sebesar Rp 946,5 triliun dengan nilai ekuitas mencapai Rp 130,49 triliun.
10. Bukalapak.com (BUKA)
Posisi kesepuluh berhasil ditempati oleh eks perusahaan rintisan teknologi yang resmi melantai di bursa setahun lalu. Sepanjang semester pertama tahun ini, Bukalapak mampu mencatatkan laba bersih hingga Rp 8,59 triliun.
Sebagai catatan, sebagian besar laba BUKA merupakan bagian dari laba nilai investasi yang belum terealisasi (unrealized gain) atas investasi di Allo Bank Indonesia (BBHI), sehingga tidak mencerminkan kondisi operasional bisnis yang sesungguhnya.
Laba ini turun signifikan dari semeter pertama tahun ini yang mencapai Rp 14,55 triliun pada kuartal pertama tahun ini dan menjadi emiten dengan catatan laba terbesar di bursa dalam tiga bulan pertama tahun 2022. Penurunan signifikan ini terjadi seiring terkoreksinya harga saham BBHI di bursa.
Dalam bisnis inti perusahaan - tanpa menghitung unrealized dan realized gain - Bukalapak sejatinya masih mencatatkan rugi usaha Rp 1,19 triliun, naik dari kerugian rp 776 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, pendapatan bersih perusahaan tercatat naik signifikan ditopang oleh penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Pendapatan Bukalapak pada semester pertama 2022 meningkat sebesar 96% dari sebelumnya menjadi Rp 1,69 triliun, dengan beban pokok pendapatan dan beban umum ikut naik signifikan.
Sementara itu, di luar 10 besar tersebut, sejumlah emiten lain yang ikut mencatatkan laba terbesar mayoritas diisi oleh emiten pertambangan batu bara, termasuk Bukit Asam (PTBA), Dian Swastatika Sentosa (DSSA), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Golden Energi Mines (GEMS).
Daftar ini masih terus berkembang dengan masih terdapat beberapa perusahaan raksasa RI belum melaporkan kinerja keuangannya untuk semeter pertama tahun ini. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk Bayan Resources (BYAN) Pertamina (Persero) dan Chandra Asri (TPIA). Dua perusahaan yang disebutkan pertama berpotensi menyalip masuk dalam 10 besar, sedangkan TPIA tampaknya masih belum mampu mengingat perusahaan mencatatkan kerugian bersih pada kuartal pertama tahun ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA