
Nggak Kalah Dengan BUMN, Bank Swasta Ini Juga Terbesar di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri keuangan merupakan salah satu sektor paling menggiurkan dengan pendapatan jumbo yang berulang. Pendapatan tersebut masih berpotensi meningkat dengan naiknya daya beli masyarakat atau ekspansi pertumbuhan ekonomi nasional.
Saat ini perusahaan penyedia layanan keuangan, khususnya terkait perbankan, masih secara luas dikuasai oleh perusahaan milik pemerintah atau lebih dikenal sebagai BUMN. Meski demikian beberapa perusahaan swasta tak mau ketinggalan menjajal pasar 'basah' dan penuh tantangan ini.
Sejumlah emiten perbankan swasta mampu bersaing dengan sejumlah BUMN perbankan milik pemerintah. Berikut daftar tiga bank swasta Tanah Air terbesar dari sisi aset yang dimilik hingga akhir kuartal kedua 2022.
Bank Central Asia (BBCA)
Bank milik taipan terkaya RI, Hartono bersaudara, ini memiliki jumlah aset Rp 1.264 triliun atau hanya kalah dari dua bank BUMN yakni Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI).
Namun dari segi kapitalisasi pasar, BBCA memimpin dan menjadi yang terbesar di bursa domestik dengan valuasi nyaris mencapai Rp 1.000 triliun. Kapitalisasi pasar BBCA saat ini, nyaris 2,5 kali besaran valuasi BMRI yang tercatat memiliki aset terbesar di antara emiten perbankan.
Pada semester pertama tahun ini pendapatan dan laba BBCA yang tercatat menjadi yang terbesar ketiga di belakang BBRI dan BMRI.
Bank OCBC NISP (NISP)
Bank asal Singapura ini memiliki aset Rp 223 triliun dan merupakan yang terbesar kelima secara keseluruhan atau berada di bawah Bank Negara Indonesia (BBNI) yang memiliki aset sekitar 4 kali milik NISP.
Meski memiliki aset jumbo, secara kapitalisasi pasar NISP hanya berada di peringkat ke 19 atau sedikit lebih besar dari BPD Jawa Barat dan Banten (BJBR).
Bank Pan Indonesia (PNBN)
Bank milik Mu'min Ali Gunawan ini memiliki aset Rp 200 triliun dan berada di peringkat enam secara keseluruhan, tepat di bawah NISP.
Dari segi kapitalisasi pasar, PNBN yang sahamnya sempat mengalami reli akibat isu kencang akuisisi dan merger berada di peringkat kesembilan secara keseluruhan.
