Harga Karet Masih Lengket di Level Terendah 9 Bulan!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 August 2022 15:20
A farmer collects latex at a rubber plantation in Buon Ma Thuot City, in Vietnam's central highland April 2, 2010. REUTERS/Kham
Foto: REUTERS/Kham

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertengahan Agustus lalu, harga karet di bursa berjangka Jepang menyentuh level termurah dalam 9 bulan terakhir JPY 223,8/kg. Setelahnya, harga karet naik turun, tetapi masih belum bisa jauh dari level tersebut, termasuk pada perdagangan Senin (29/8/2022).

Pada pukul 14:30 WIB harga karet tercatat menguat 1% ke JPY 228,5/kg, melansir data Refinitiv.

Beberapa sentimen positif yang menopang kenaikan harga karet yakni rencana Xiaomi Corp. yang akan masuk ke industri kendaraan listrik.

Sektor otomotif merupakan konsumen utama karet. Sehingga, ketika Xiaomi mengemukakan rencana tersebut, karet pun mendapat sentimen positif.

"Berita tentang Xiaomi Corp China yang mempertimbangkan memasuki pasar kendaraan listrik mendorong harapan permintaan untuk pembuatan mobil dan material yang lebih tinggi," kata dealer yang berbasis di Tokyo, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (26/8/2022).

Harga karet pun diperkirakan akan naik di pekan ini, tetapi untuk lebih tinggi masih menunggu tanda-tanda peningkatan demand.

"Secara teknis harga karet masih bisa menguat pekan depan (pekan ini), tetapi investor perlu melihat tanda-tanda permintaan yang lebih kuat agar menjadi bullish," kata dealer tersebut.

Sayangnya, bulan tanda-tanda peningkatan tetapi risiko resesi yang di dapat. Ketika resesi dunia terjadi maka permintaan karet berisiko menurun.

Risiko resesi dunia semakin menguat setelah ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, menegaskan terus akan menaikkan suku bunga dan menahannya di level tinggi hingga inflasi kembali ke 2%.

"Memulihkan stabilitas harga kemungkinan membutuhkan stance yang ketat dalam waktu yang lama. Catatan sejarah sangat menentang pelonggaran kebijakan moneter yang prematur," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022).

Ada kemungkinan bank sentral negara lain yang juga mengalami masalah inflasi tinggi akan melakukan hal yang sama. Sehingga semakin tinggi suku bunga, saat inflasi juga tinggi, risiko resesi semakin meningkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Neraca Dagang Jepang Jeblok, Harga Karet Anjlok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular