Satu Kata Buat Tembaga: Madesu...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 August 2022 10:19
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga naik pada perdagangan akhir pekan lalu. Ke depan, bagaimanakah nasib harga logam ini?

Akhir pekan lalu, harga tembaga acuan kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di US$ 8.160,5/ton. Naik 0,39% dibandingkan hari sebelumnya.

Meski masih membukukan kenaikan saat penutupan pasar, tetapi laju harga tembaga melambat. Sebelumnya, harga sempat melesat lebih dari 2%.

Kenaikan harga tembaga tergerus oleh penyataan Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Jerome 'Jay' Powell. Dalam pidato di simposium Jackson Hole, Powell menyebut ekonomi Negeri Paman Sam masih menghadapi inflasi tinggi, yang akan direspons dengan kebijakan moneter yang lebih ketat. Ini membuat pertumbuhan ekonomi akan melambat.

"Kami akan menaikkan suku bunga setinggi yang dibutuhkan untuk beberapa waktu dalam rangka menekan inflasi. Mengurangi inflasi kemungkinan membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang di bawah tren historis," sebut Powell, sebagaimana diwartakan Reuters.

Pernyataan ini membuat pelaku pasar cemas akan masa depan ekonomi AS. Apalagi Negeri Adikuasa masih terjebak di zona resesi, karena pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal beruntun.

"Ketakutan akan resesi masih membayangi," ujar Nitesh Shah, Analis Komoditas WisdomTree, seperti dikutip dari Reuters.

Saat ekonomi melambat, apalagi sampai terjadi resesi, maka permintaan akan melambat. Ini tentu mempengaruhi tembaga, sebagai bahan baku utama berbagai produk elektronik, otomotif, dan sebagainya.

Wang Tao, Analis Komoditas Reuters, memperkirakan harga tembaga masih akan tertekan. Ada kemungkinan harga tembaga bisa menguji titik support US$ 7.897/ton. Jika tertembus, maka harga bakal anjlok ke kisaran US$ 7.505-7.747/ton.

copperSumber: Reuters

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular