
Biarpun Ada Kabar Enggak Enak, Harga Minyak Melesat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah pada pekan ini terpantau cerah bergairah dan masih berada di kisaran harga US$ 100 per barel.
Harga minyak kontrak jenis Brent melonjak 4,41% secara point-to-point (ptp) dibanding posisi penutupan pekan lalu ke US$ 100,99 per barel. Sedangkan untuk minyak kontrak jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,52% ke US$ 93,06 per barel pekan ini.
Secara harian pada perdagangan Jumat (26/4/2022), harga minyak jenis Brent melesat 1,66% dan minyak jenis WTI menguat 0,56%.
Harga minyak mentah dunia masih positif di tengah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mempertimbangkan konsesi tambahan ke Iran dalam menghadapi rancangan perjanjian yang akan memulihkan kesepakatan nuklir Teheran.
Iran mengatakan telah menerima tanggapan dari AS terhadap teks "final" Uni Eropa (UE) untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Teeheran 2015 dengan negara-negara besar.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Iran telah membatalkan beberapa tuntutan utamanya dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan untuk mengendalikan program nuklir Teheran.
Harga minyak ditopang oleh OPEC+ yang kemungkinan akan mempertimbangkan untuk memangkas produksi di tengah sinyal perlambatan ekonomi.
Pemotongan produksi oleh kelompok produsen OPEC+ kemungkinan akan bertepatan dengan kembalinya minyak Iran ke pasar jika terjadi kesepakatan nuklir antara Iran dengan kekuatan dunia.
OPEC+ sudah memproduksi 2,9 juta barel per hari (bph), kurang dari targetnya. Ini memperumit keputusan pemotongan atau bagaimana menghitung dasar untuk pengurangan produksi. kata sumber dikutip Reuters.
"Prospek harga minyak dan pasokan menunjukkan bahwa pemotongan OPEC+ saat ini tidak dijamin," kata analis PVM Stephen Brennock.
"Pasokan minyak global bisa terpukul saat puncak musim badai AS mendekat. Di tempat lain, pemadaman pasokan di masa depan di Libya tidak dapat diabaikan sementara kekayaan minyak Nigeria menunjukkan sedikit tanda membaik."
Data permintaan bensin menunjukkan rata-rata empat minggu produk bensin harian turun 7% dibanding periode tahun sebelumnya.
"Permintaan bensin yang anjlok menyeret pasar turun," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, Texas.
Di lain sisi, harga minyak masih belum turun jauh dari kisaran US$ 100 per barel dan bisa dikatakan tetap di atas level pra-pandemi.
Tak bisa dipungkiri, krisis energi terutama yang dialami Eropa akibat perang antara Rusia dan Ukraina masih menjadi momok utama di pasar. Apalagi sanksi boikot minyak Rusia oleh Eropa bakal berlaku mulai 5 Desember nanti, sehingga tekanan dari sisi suplai berpotensi masih ada.
Dalam sebuah riset yang dipublikasikan oleh lembaga konsultansi FGE pada pekan lalu, dengan kebijakan boikot impor minyak asal Rusia tersebut, Uni Eropa masih membutuhkan impor minyak pengganti dari negara lain sebanyak 1,2 juta barel per hari.
Itulah yang menyebabkan mengapa harga minyak mentah masih ogah-ogahan untuk anjlok terlalu dalam dan menjauhi level psikologis US$ 100/barel.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Naik-naik ke Puncak Gunung, Minyak "To The Moon" karena Eropa