Eropa Mau Embargo Minyak Rusia, Harga Minyak Dunia Naik Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali menguat pada perdagangan Kamis (26/5/2021), melanjutkan penguatan yang terjadi pada perdagangan Rabu kemarin, di tengah tanda-tanda pasokan yang ketat di Eropa.
Uni Eropa (UE) berselisih dengan Hongaria atas rencana untuk melarang impor dari Rusia sebagai bentuk sanksi terhadap Rusia yang telah melakukan agresi militernya di Ukraina. Rusia merupakan eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia.
Pada pagi hari ini sekitar pukul 10:44 WIB, harga kontrak Brent menguat 0,37% ke level US$ 114,45/barel. Di saat yang sama, kontrak minyak West Texas Intermediate (WTI) juga bertambah 0,48% ke US$ 110,86/barel.
Beberapa analis mengatakan bahwa prospek embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia, mendorong harganya kembali meninggi.
"Pendorong kenaikan utama adalah larangan Uni Eropa atas impor minyak Rusia," kata Vivek Dhar, analis komoditas Commonwealth Bank, dikutip dari Reuters.
Dewan Eropa, Charles Michel pada Rabu kemarin mengatakan bahwa dia yakin kesepakatan untuk diberlakukannya embargo terhadap minyak Rusia dapat dicapai sebelum pertemuan dewan berikutnya pada 30 Mei mendatang.
Namun, Hongaria tetap menjadi pendukung utama dari sanksi Uni Eropa terhadap minyak Rusia. Hongaria mendesak sekitar 750 juta euro (US$ 800 juta) untuk meningkatkan kilangnya dan memperluas pipa dari Kroasia untuk memungkinkannya beralih dari minyak Rusia.
Bahkan tanpa adanya embargo, lebih sedikit minyak Rusia yang tersedia di pasar karena pembeli dan perusahaan perdagangan menghindari berurusan dengan pemasok minyak mentah dan bahan bakar dari negara tersebut.
Selain itu, Menteri Perekonomian Jerman, Robert Habeck pada Rabu kemarin mengungkapkan bahwa aturan sanksi terbaru buat Negeri Beruang Merah akan segera rampung dalam hitungan hari.
"Kami akan mencapai terobosan dalam beberapa hari," ujarnya kepada stasiun televisi ZDF, seperti yang dilansir dari Reuters.
Namun, Habeck menyebut embargo minyak oleh Uni Eropa tidak akan otomatis membuat negara yang dipimpin oleh Presiden Vladimir Putin itu menjadi lemah. Sebab Rusia masih bisa menjual minyaknya ke negara-negara lain dengan harga yang lebih murah.
"Jadi, langkah ini akan berhasil jika semakin banyak negara yang bergabung," lanjutnya.
Selain adanya potensi embargo minyak Rusia oleh Eropa, kenaikan harga minyak dunia terjadi karena adanya prospek peningkatan permintaan.
Pada tengah tahun ini, Bumi bagian utara (northern hemisphere) akan memasuki musim panas. Libur panjang akan membuat masyarakat melakukan perjalanan, apalagi pandemi virus corona (Covid-19) sudah mereda.
"Kami sudah muak #dirumahaja. Harga BBM yang mahal tidak akan berpengaruh, saya akan tetap jalan-jalan," tegas Dean DeLaHaye, seorang warga Massachusets (Amerika Serikat/AS), seperti dikutip dari Reuters.
US Energy Information Administration memperkirakan konsumsi BBM di Negeri Paman Sam pada bulan ini diperkirakan bisa mencapai 9,12 juta barel/hari. Puncaknya akan terjadi pda Juli, bisa 9,31 juta barel/hari.
"Untuk mengakali kenaikan biaya perjalanan akibat harga BBM yang mahal, masyarakat akan mencari cara. Misalnya dengan mengurangi makan di luar," kata Devin Gladden, Juru Bicara American Automobile Association, sebagaimana diwartakan Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Harga Minyak Masih Nanjak 2,5% Sepanjang Pekan, Kok Bisa Ya?
(chd/chd)