Naik-naik ke Puncak Gunung, Minyak "To The Moon" karena Eropa

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
15 April 2022 10:05
FILE PHOTO: A maze of crude oil pipes and valves is pictured during a tour by the Department of Energy at the Strategic Petroleum Reserve in Freeport, Texas, U.S. June 9, 2016.  REUTERS/Richard Carson/File Photo
Foto: Ilustrasi: Labirin pipa dan katup minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve di Freeport, Texas, AS 9 Juni 2016. REUTERS / Richard Carson / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia berakhir lebih tinggi pada perdagangan Kamis (14/2/2022). Ini terjadi di tengah berita bahwa Uni Eropa mungkin secara bertahap melarang impor minyak Rusia.

Melansir Refinitiv, pada Kamis (14/4/2022), harga minyak melesat naik lebih dari 2%. Sehingga Brent di banderol US$111,70 naik 2,68% dan jenis light sweet diperdagangkan di US$106,95 yang melesat 2,7% dari hari sebelumnya.

Kedua kontrak minyak dunia mencatat kenaikan mingguan pertama mereka di bulan April dan menjadi harga yang paling fluktuatif sejak Juni 2020. Pasar minyak  dunia sendiri ditutup hari ini untuk memperingati Jumat Agung.

Sebelumya The New York Times menulis bahwa UE sedang merencanakan untuk melarang minyak Rusia secara bertahap. Kelompok benua itu memberikan waktu kepada Jerman dan negara-negara di wilayah Eropa lainnya untuk mengatur pasokan minyak alternatif.

Menurut Analis Lipow Oil Associates Houston Andres Lipow  larangan bertahap akan memaksa pembeli di Eropa untuk mencari sumber alternatif. Beberapa cadangan akan dipenuhi oleh cadangan minyak strategis.

Rabu, Badan Energi Internasional telah memperingatkan bahwa setidaknya 3 juta barel per hari minyak Rusia dapat dihentikan mulai Mei ini dan bulan setelahnya. Karena pembeli secara sukarela menghindari kargo Rusia.

Perkiraan produksi minyak Amerika Serikat (AS) sedang direvisi naik, meskipun krisis tenaga kerja dan kendala rantai pasokan memacu harga lebih tinggi. Administrasi Informasi Energi AS melaporkan lusa, bahwa persediaan minyak AS naik lebih dari 9 juta barel pekan lalu, sebagian didorong oleh rilis dari cadangan strategis.

Namun, di sisi permintaan, impor minyak mentah di China turun 14% dari Maret tahun lalu ke 10,06 juta barel per hari (bph), lebih rendah dari bulan sebelumnya di 10,53 juta barel per hari. Hilangnya permintaan minyak mentah dikarenakan China sedang membatasi kegiatan dengan menerapkan lockdown di beberapa kota, termasuk jantung keuangan China, yaitu Shanghai.

China merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia. Bahkan pada tahun 2020, Statista melaporkan China telah mengimpor sebanyak 11.158 barel per hari.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Masih Nanjak 2,5% Sepanjang Pekan, Kok Bisa Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular