Kinerja Lebih Baik, Kok Valuasi Grab Hanya Setengahnya GOTO?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
25 August 2022 10:43
Peresmian Grab Tech Center di Jakarta (Dok. Grab)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua eks startup transportasi raksasa Asia Tenggara yang ikut berperang di Indonesia mengalami nasib berbeda atas kinerja sahamnya.

Grab Holdings Ltd yang melantai di bursa Nasdaq telah terkoreksi 64% dari harga penawaran awal SPAC, sedangkan Goto Gojek Tokopedia (GOTO) yang memilih melantai di bursa domestik sahamnya hanya terkoreksi 3% dari harga IPO.

Alhasil kapitalisasi pasar GOTO saat ini nyaris mencapai dua kali lipat dari yang dibukukan oleh Grab di Wall Street. Hingga akhir perdagangan Selasa (24/8), valuasi Grab tercatat sebesar US$ 13,82 miliar atau setara dengan Rp 205 triliun (asumsi kurs Rp 14.800/US$), sedangkan GOTO tercatat nyaris mencapai Rp 390 triliun.

Kondisi ini berbalik dari semula Grab merupakan perusahaan rintisan paling bernilai di kawasan Asia Tenggara, jauh di atas Gojek dan Tokopedia, atau bahkan perusahaan merger yang diberi nama GOTO.

Grab secara resmi mulai melantai di AS lewat jalur IPO non konvensional, dengan kesepakatan awal SPAC memberikan penilaian US$ 40 miliar bagi perusahaan tersebut. Sedangkan GOTO pertama kali ditawarkan di Bursa Efek Indonesia memiliki penilaian sekitar US$ 26 miliar.

Kinerja

Kedua perusahaan masih mencatatkan kinerja negatif hingga kuartal terbaru yang telah dirilis kepada investor. Pada kuartal pertama 2022, rugi tahun berjalan Grab tercatat sebesar US$ 435 juta (Rp 6,44 triliun) turun 35% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kerugian fantastis tersebut masih sedikit lebih baik dari yang dibukukan oleh GOTO dengan rugi bersih kuartal pertama 2022 mencapai Rp 6,47 triliun.

Sementara itu dari segi pendapatan, Grab mencatatkan kinerja top line yang dua kali lebih besar dari GOTO. Pendapatan Grab tercatat sebesar US$ 228 juta (Rp 3,74 triliun), berbanding dengan Rp 1,50 triliun yang dicatatkan oleh GOTO.

Selanjutnya, dari segi GMV (gross merchandise value) - salah satu metrik yang paling sering dicatut untuk membandingkan perusahaan rintisan - total transaksi bruto Grab kuartal pertama mencapai US$ 4,81 miliar (Rp 71,19 triliun). Sedangkan GOTO mencatatkan GTV (gross transaction value) Rp 140 triliun, ditopang oleh bisnis e-commerce yang memang memiliki transaksi bruto tinggi.

Sementara itu dari sisi likuiditas, kondisi Grab tercatat lebih baik dari GOTO. Cash liquidity Grab, termasuk kas di tangan, deposito berjangka, surat berharga dan kas ditahan, senilai US$ 8,22 miliar (Rp 122,66 triliun). Net cash liquidity perusahaan senilai US$ 5,98 miliar (Rp 219 triliun).

GOTO sendiri memiliki aset lancar Rp 30,87 triliun, dengan jumlah kas dan setara kas mencapai Rp 27,48 triliun. 

Kedua perusahaan akan segera merilis kinerja terbaru dengan Grab dijadwalkan untuk melaporkan hasil kuartal kedua sebelum pasar AS dibuka pada hari Kamis atau malam ini waktu Indonesia, sementara GoTo akan merilis kinerja keuangannya pada 30 Agustus.

SmartEstimate Refinitiv atas laporan sejumlah analis memperkirakan pendapatan GRAB untuk kuartal kedua (April-Juni) sebesar US$ 274 juta, lebih baik dari kuartal pertama. Adapun kerugian diperkirakan juga mengalami perbaikan menjadi US$ 345 juta.

Secara setahun penuh pendapatan Grab diperkirakan mencapai US$ 1,25 miliar (Rp 18,5 triliun) dengan kerugian ditaksir US$ 1,43 miliar (Rp 21,16 triliun).

Sementara itu untuk GOTO, SmartEstimate Refinitiv memperkirakan tahun ini pendapatan perusahaan sebesar Rp 8,62 triliun dengan total kerugian Rp 25,92 triliun.  

Meski telah berulang kali menyampaikan hasrat untuk bersaing di pasar regional Asia Tenggara, operasi GOTO saat ini masih berfokus di Indonesia. Pendapatan emiten teknologi ini juga secara eksklusif berasal dari perolehan di pasar domestik.

Hal ini berbeda dengan Grab yang nyaris setengah atau 42% pendapatannya berasal dari Singapura, pasar yang sudah relatif matang dengan potensi ekspansi yang relatif terbatas dibandingkan dengan Indonesia.

Pasar utama Grab lainnya termasuk Malaysia (16%), Filipina (12%) dan Thailand (11%). Sedangkan untuk Indonesia, Grab tidak memberikan perincian dan nilainya digabungkan dengan wilayah operasional lain dengan total pendapatan tahun 2021 lalu mencapai 19% dari total.

Untuk saat ini GOTO yang dipasarkan sebagai karya anak bangsa memiliki sejumlah keuntungan kompetitif di Indonesia, pasar yang menjadi rebutan utama dua raksasa teknologi tersebut.

Superapp Gojek posisinya tidak berbeda jauh dengan Grab, sedangkan Tokopedia masih bersaing ketat menempel Shopee di pasar e-commerce. Artinya secara grup keseluruhan, GOTO masih mendominasi pasar digital Tanah Air.

Apa Kabar Saham GOTO Pasca Lockup Berakhir?

Saat ini lebih dari 95% saham GOTO masih tidak dapat diperdagangkan secara bebas karena masih dalam status penguncian 8 bulan oleh pihak bursa. Artinya selain upaya greenshoe yang diterapkan untuk menjaga harga saham GOTO, volume transaksi yang relatif lebih kecil mampu membuat saham GOTO lebih tangguh dan tidak terkoreksi tajam.

Berkaca dari IPO Bukalapak, GOTO memutuskan hanya melepas kurang dari 5% sahamnya kepada publik di awal penawaran, berbanding dengan 25% yang dilepas oleh BUKA. Hasilnya saham GOTO masih relatif stabil dengan fluktuasi jauh lebih kecil.

Namun, periode lockup akan segera berakhir pada bulan November mendatang dengan sekitar 63% saham institusi dengan kepemilikan masing-masing kurang dari 5% akan tumpah ruah ke pasar. Sedangkan sebagian kecil saham yang memiliki hak voting multipel yang dipegang para pendiri masih tertahan hingga dua tahun.

Melimpahnya saham GOTO yang bebas diperdagangkan akhir tahun ini akan menjadi ujian bagi ketangguhan saham GOTO yang sebenarnya.

Data Refinitiv mencatat, GOTO memiliki 32,74% saham yang dipegang oleh investor strategis yang kemungkinan tidak akan melepas atau mengambil langkah exit strategy di saham ini.

Sementara itu periode lockup Grab telah berakhir pada 30 Mei lalu dan kabarnya telah diperpanjang untuk setahun ke depan bagi sebagian investor utama. Akan tetapi, dengan jumlah free float yang relatif lebih besar saham Grab memang pergerakannya jauh lebih fluktuatif.

Data Refinitiv mencatat, GRAB memiliki 28,43% saham yang dipegang oleh investor strategis yang kemungkinan tidak akan melepas atau mengambil langkah exit strategy dalam waktu dekat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular