
Kabar Buruk! Wall Street Bakal 'Kebakaran' Hari Ini, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, berpotensi melemah hari ini, setelah kontrak futures ditransaksikan jatuh. Kontrak futures (berjangka) bursa AS jatuh pada perdagangan Senin pagi waktu New York, menyusul terhentinya reli yang terjadi sepanjang musim panas pada pekan lalu. Hal tersebut disebabkan oleh kekhawatiran Wall Street akan potensi kenaikan kembali suku bunga secara agresif oleh Federal Reserve (The Fed).
Dow Jones Industrial Average berjangka turun 317 poin, atau sebesar 0,95%. Indeks kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq 100 masing-masing dibuka ambles 1,13% dan 1,44%.
Pada hari Jumat (19/8) pekan lalu, S&P 500 ditutup turun 1,29%. Dow Jones Industrial Average turun 292 poin, atau 0,86%, dan Nasdaq Composite turun 2,01%.
Pergerakan ini dapat menjadi indikasi akan perdagangan yang bergejolak di Wall Street sepanjang pekan ini. Investor hingga saat ini masih mengantisipasi komentar terbaru Ketua Fed Jerome Powell tentang kondisi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dalam simposium ekonomi tahunan bank sentral AS yang akan dihelat di Jackson Hole, Wyoming hari Jumat (26/8) mendatang.
"Baru-baru ini, kami telah menulis beberapa kali tentang wait and see selama perdagangan jelang pertemuan/rilis penting... dan bagaimana hal itu dapat mendikte pasar untuk volatilitas yang lebih besar di sekitar peristiwa/rilis tersebut, dan kita mungkin melihat sedikit hal itu terjadi [minggu ini] karena investor menunggu simposium (The Fed)," tulis Christopher Jacobson dari Susquehanna dalam sebuah catatan yang terbit Jumat lalu, dilansir CNBC International.
Beberapa waktu sebelumnya, dari Benua Biru, Indeks Stoxx Europe 600 dibuka turun ke level terendah dalam lebih dari tiga minggu, dengan produsen mobil dan sektor teknologi memimpin penurunan secara luas. Indeks saham Asia-Pasifik MSCI Inc. turun untuk hari ketiga beruntun dengan kerugian yang terlihat di sebagian besar pasar utama kecuali beberapa kenaikan di China, dipicu oleh langkah bank China yang memangkas suku bunga pinjaman untuk membantu pengembang properti.
Lonjakan saham global dari posisi terendah pasar pada bulan Juni mulai surut setelah peringatan berulang dari The Fed bahwa suku bunga akan naik lebih tinggi lagi, memicu kekhawatiran tentang resesi AS. Investor juga menyadari percepatan pengurangan neraca Fed yang nilainya telah menjulang tinggi sebagai ancaman lainnya. Pengetatan kuantitatif (quantitative tightening/QT) tersebut akan dimulai bulan depan, dan akan menambah tekanan pada aset berisiko yang telah diuntungkan oleh likuiditas yang melimpah dua tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?