
Perang Bikin Rusia Menang Banyak, Putin Makin Tajir Melintir?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Rusia dengan Ukraina sudah berlangsung selama hampir 6 bulan, dan belum ada tanda-tanda akan segera berakhir.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan perang Rusia dengan Ukraina membuat harga minyak mentah meroket yang justru menguntungkan bagi negara pimpinan Presiden Vladimir Putin.
Minyak mentah Rusia di embargo negara Barat, hal ini membuat pasar Negeri Beruang Merah beralih ke Asia dan menjual dengan harga yang murah.
Meski demikian, Sandiaga menyebut Rusia tetap mengalami keuntungan mencapai US$ 6 miliar per hari. Berdasarkan data tersebut, ia memprediksi perang ini berlangsung lama karena Rusia masih mendapat banyak untung.
"Kenapa perang Rusia dan Ukraina ini akan cukup lama? Karena ini sangat profitable," ujar Sandiaga melalui akun TikTok-nya, dikutip Senin (22/8/2022).
Rusia memang menang banyak akibat perang, terutama dari sisi perdagangan. Transaksi berjalan (current account) terus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Di kuartal II-2020, current account Rusia tercatat sebesar US$ 70,1 miliar, lebih tinggi dari rekor kuartal sebelumnya US$ 68,38 miliar.
Sementara itu Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) pada Selasa (9/8/2022) melaporkan pada periode Januari - Juli, current account mencatat surplus US$ 166 miliar atau sekitar Rp 2.473 triliun (kurs Rp 14.900/US$).
Estimasi tersebut lebih dari tiga kali lipat dari periode yang sama tahun 2021 senilai US$ 50 miliar, menurut CBR.
Besarnya surplus current account tersebut terjadi akibat impor yang menurun, sementara ekspor melonjak akibat tingginya harga komoditas energi. Selain minyak mentah, ada gas alam dan batu bara yang harganya gila-gilaan.
"Dinamika transaksi berjalan ditentukan oleh melebarnya surplus neraca barang dan jasa sebagai hasil dari kenaikan signifikan nilai ekspor barang sementara nilai impor mengalami penurunan," tulus CBR.
Cuan jumbo yang didapat Rusia, membuat isu kekayaan Putin kembali mengemuka. Berapa sebenarnya harta yang dimiliki Putin sulit dilacak. Forbes pada Januari lalu mengatakan berapa kekayaan Putin adalah misteri yang dihadapi selama 20 tahun.
Forbes mengatakan mencari tahu kekayaan bersih Putin merupakan teka-teki yang paling sulit dipahami dalam penelurusan kekayaan. Bahkan, lebih sulit ketimbang penelusuran kekayaan ahli waris,kepala negara hingga raja narkoba.
Meski demikian, banyak yang menggadang-gadang Putin merupakan orang terkaya di dunia.
Analis politik Rusia, Stanislav Belkovsky, pada 2017 lalu memberikan estimasi kekayaan Putin mencapai US$ 70 miliar atau sekitar Rp 10.43 triliun. Menurutnya, kekayaan Putin tersebut didapat beberapa dari kepemilikan saham sebesar 37% di perusahaan minyak Surgutneftegaz, dan 4,5% di perusahaan raksasa gas alam, Gazprom.
Di tahun ini, lonjakan harga komoditas energi membuat laba perusahaan Rusia melonjak. Gazprom misalnya, yang konon sahamnya juga dimiliki Putin labanya melonjak.
Pada 2021 lalu, Gazprom mencetak rekor laba RUB 2,09 triliun atau US$ 29 miliar, naik tajam dari tahun sebelumnya RUB 135 miliar.
Jika melihat kinerja transaksi berjalan Rusia tahun ini, dengan pendapatan minyak mentah dan gas yang melonjak signifikan, laba perusahaan tersebut tentunya akan menanjak.
Kementerian Ekonomi Rusia di tahun ini memprediksi di tahun ini pendapatan ekspor energi akan mencapai US$ 338 miliar, naik dari tahun lalu sebesar US$ 244 miliar, atau naik sekitar 38%.
Selain itu, berdasarkan data dari Companies Market Cap, kapitalisasi pasar Surgutneftegaz saat ini mencapai US$ 19,58 miliar, dan Gazprom sebesar US$ 71,92 miliar. Semakin tinggi kapitalisasi pasar, tentunya kekayaan sang pemilik semakin meningkat.
Putin juga dikabarkan memiliki saham di perusahaan trading komoditas Gunvor. Namun, hal tersebut sudah dibantah oleh pihak Gunvor.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kekayaan Putin Konon Mencapai US$ 200 Miliar