
Kabar Merger BMTR & MNCN Hingga Kinerja ASII-BMRI-MTEL-WSKT

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tajam 0,85% di 6.956,82 pada perdagangan Kamis (28/7/2022).
IHSG konsisten bergerak di zona hijau sejak awal perdagangan dibuka dan kembali menembus level psikologis 6.900.
Pergerakan IHSG mengekor mayoritas indeks saham acuan Asia yang juga berada di zona hijau kecuali indeks Hang Seng.
Lalu bagaimana pergerakan IHSG menuju akhir pekan dan akhir Juli? Sebelum memulai perdagangan Jumat (29/7/2022), yuk simak kabar emiten berikut ini!
1. Capai Rp 1.138 T, Bank Mandiri Jadi Penyalur Kredit Terbesar
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat penyaluran kredit hingga Rp 1.138,31 triliun sepanjang semester pertama tahun ini. Penyaluran itu naik 12,22% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
"Melalui pencapaian itu, Bank Mandiri menjadi bank dengan penyaluran kredit terbesar," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Kamis (28/7/2022).
Perbaikan kinerja Bank Mandiri, lanjut Darmawan, selaras dengan kondisi perekonomian nasional yang masih bertumbuh. Hal ini juga mengindikasikan bahwa perekonomian Indonesia masih relatif stabil meski diterpa oleh ketidakpastian global.
Fungsi intermediasi yang positif tersebut disokong oleh seluruh segmen kredit yang membaik. Salah satunya, kredit korporasi yang menjadi penyumbang terbesar dengan pertumbuhan sebesar 10,6% secara tahunan Rp 409 triliun pada akhir Juni 2022.
Pertumbuhan kredit ini juga turut mendorong pertumbuhan total aset Bank Mandiri secara konsolidasi yang mencapai Rp 1.786 triliun atau tumbuh 13% secara tahunan sampai dengan kuartal II-2022.
2. Ada Hantu Resesi, Bos OJK: Sistem Keuangan RI Terjaga Baik!
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sistem keuangan Indonesia saat ini terjaga dengan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan yang terus tumbuh di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan pelemahan ekonomi global.
Kerja pengaturan dan pengawasan yang solid akan terus dilakukan OJK untuk menjaga stabilitas industri jasa keuangan dengan senantiasa memonitor perkembangan perekonomian global dan domestik setiap waktu.
"OJK selalu bersiaga menyiapkan berbagai kebijakan yang dibutuhkan dan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah, Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, dalam siaran pers, Kamis (28/7/2022).
Dalam Rapat Dewan Komisioner OJK Juli, ada satu catatan yang menjadi perhatian yaitu pelemahan ekonomi global terjadi sangat cepat disertai tingginya inflasi yang berkelanjutan di sejumlah kawasan. Ini merupakan dampak dari gangguan suplai komoditi karena pandemi covid, perang Rusia-Ukraina dan persaingan geopolitik yang menajam serta berkepanjangan.
Perkembangan ini menyebabkan kekhawatiran pasar akan terjadinya resesi dan inflasi global, sehingga potensi resesi ini akan terus dicermati dan dimitigasi dampaknya pada perekonomian Indonesia.
3. Tanpa GOTO, Laba ASII Naik 64%, Dengan GOTO Terbang 106%
PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih Rp 14,5 triliun semester pertama tahun ini. Perolehan ini lompat 64% secara tahunan dibanding tahun lalu.
Nilai tersebut belum memasukkan faktor PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Jika memasukkan faktor keuntungan nilai wajar atas investasi pada GoTo, maka perfoma ASII lebih fantastis, dengan lesatan laba bersih sebesar 106% secara tahunan menjadi Rp 18,2 triliun.
Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur ASII mengatakan, perfoma tersebut mencerminkan kinerja yang kuat dari hampir semua divisi bisnis, terutama divisi alat berat dan pertambangan, otomotif dan jasa keuangan.
"Pada semester pertama tahun 2022, Grup Astra mencatatkan kinerja yang baik pada hampir semua divisi bisnis, didukung oleh membaikknya kondisi ekonomi dan meningkatnya harga komoditas secara signifikan. Kinerja Grup untuk sisa tahun ini diperkirakan akan tetap kuat, meskipun diperkirakan masih akan menghadapi situasi yang belum stabil dan diliputi ketidakpastian," ungkap Djony dalam keterangan resmi, Kamis (28/7/2022).
Secara rinci laba bersih per segmen, otomotif meningkat 29% dari Rp 3,3 triliun pada semester-2021, menjadi Rp 4,3 pada semester I-2022. Penjualan mobil Astra naik 23% menjadi 259.000 unit, dengan pangsa pasar meningkat dari 53% menjadi 54%. Pada semester pertama tahun 2022 telah diluncurkan 18 model baru dan 10 model revamped.
4. Hary Tanoe Sebut Ada Rencana Merger MNCN dan BMTR
Beredar kabar jika PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) bakal merger. Kabar ini terungkap dari unggahan instagram salah satu pelaku pasar modal, Lukas Setia Atmaja.
Dalam akunnya tersebut, ia mengunggah foto antara value investor Lo Kheng Hong bersama bos MNC Group, Harry Tanoesoedibjo. Unggahan tersebut juga memuat caption dengan catatan salah satu pemicu kenaikan harga saham BMTR dan MNCN hari ini, Kamis (28/7/2022), lantaran ada informasi terkait merger selama rapat umum pemegang saham (RUPS).
Berikut caption lengkap Lukas Setia Atmaja dalam akun pribadi miliknya, @lukas_setiaatmaja.
'Pak Lo Kheng Hong kemarin "berlayar dari Labuan Bajo" sampai di RUPS BMTR hari ini dan berjumpa dengan Pak @hary.tanoesoedibjo sbg Direktur Utama BMTR...
Note: Hari ini harga saham BMTR maupun MNCN naik banyak karena ada info saat RUPS ttg rencana merger BMTR dng MNCN.'
Harga saham BMTR sore ini ditutup menguat 17,02% ke level Rp 330 per saham. Sedang saham MNCN juga naik 5,91% ke level Rp 985 per saham.
Lo Kheng Hong belakangan memang mulai memusatkan saham BMTR sebagai salah satu portofolionya.
Lo Kheng Hong saat ini menguasai 1,05 miliar saham atau setara 6,45% saham BMTR.
5. Semester I, Laba Bersih Mitratel Naik 27,2% Jadi Rp 891,54 M
Emiten menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel, berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 891,54 miliar pada semester I-2022, melonjak 27,2% dibandingkan dengan Rp 700,74 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Naiknya perolehan laba didukung oleh meningkatnya pendapatan, dengan tower leasing yang terus menjadi pendorong pertumbuhan.
Pendapatan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini tercatat sebesar Rp 3,73 triliun pada akhir Juni 2022, naik 15,5% dari Rp 3,23 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, Kamis (28/7/2022), beban pokok pendapatan MTEL sebesar Rp 1,94 triliun pada semester I-2022, meningkat 18% dari Rp 1,64 triliun pada semester I-2021.
Sehingga, laba kotor tercatat Rp 1,79 triliun pada enam bulan pertama 2022, naik 12,8% dari Rp 1,59 triliun pada enam bulan pertama tahun lalu.
Laba per saham dasar juga meningkat tipis dari Rp 15 pada akhir Juni 2021, menjadi Rp 16 pada akhir Juni 2022.
Selama semester pertama tahun 2022, EBITDA bertambah 16,6% YoY menjadi Rp 2,88 triliun dengan marjin EBITDA yang meningkat menjadi 77,5% dari 76,8% pada tahun sebelumnya.
6. Targetkan Rp 53,5 Miliar, Harga IPO Aman Agrindo Rp 250/Saham
Perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan tebu, perdagangan dan industri gula, PT Aman Agrindo Tbk (GULA) menetapkan harga penawaran sebesar Rp 250 per saham dalam penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO).
Perseroan menawarkan sebanyak 214,07 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham. Jumlah saham itu setara sebanyak-banyaknya 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO.
Dengan demikian, jumlah seluruh nilai Penawaran Umum Perdana Saham adalah sebanyak Rp 53,52 miliar.
Hasil dana IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan seluruhnya untuk membiayai investasi dan operasional usaha.
Secara rinci, sekitar 23% akan digunakan untuk belanja modal yaitu pembangunan pabrik gula merah dan fasilitas penunjang lainnya untuk menunjang kegiatan produksi gula merah. Perusahaan akan menunjuk pihak ketiga sebagai kontraktor pembangunan pabrik gula merah dan fasilitas penunjang lainnya tersebut.
Selanjutnya, sekitar 57% lainnya akan digunakan untuk belanja modal berupa pembelian dan instalasi mesin produksi gula merah dengan pihak ketiga.
Sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja, termasuk tetapi tidak terbatas untuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung serta untuk membiayai kegiatan operasional.
7. BFI Finance Kucurkan Pembiayaan Rp 8,53 T, Naik 40%!
PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) sepanjang semester I-2022 berhasil mencatatkan pertumbuhan di semua lini produk sehingga total penyaluran pembiayaan mencapai Rp 8,53 triliun. Nilai ini naik 40,8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Keuangan BFIN Sudjono mengatakan, pertumbuhan tersebut tak lepas dari melandainya kurva pandemi Covid-19. Sehingga, kondisi ini cukup mempengaruhi permintaan konsumen di sektor otomotif dan alat-alat berat yang menjadi fokus pembiayaan BFIN.
"Tren positif ini didorong oleh pulihnya daya beli masyarakat dan dunia usaha sehingga meningkatkan kebutuhan untuk penggantian unit lama serta penambahan unit baru untuk mendukung aktivitias bisnis konsumen. Hal ini tampak dari meningkatnya nilai pembiayaan kami secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kami terus menjaga momentum pertumbuhan dengan mengoptimalkan layanan dan coverage serta bunga yang kompetitif sehingga dapat melampaui target yang ditetapkan sebelumnya dengan tentu mengutamakan kehati-hatian," ujar Sudjono dalam keterangan resmi, Kamis (28/7/2022).
Portofolio pembiayaan dari managed receivables berdasarkan jenis aset konsumen didominasi oleh pembiayaan mobil bekas dan baru sebesar 70.0% atau senilai Rp 11,75 triliun. Selanjutnya disusul oleh pembiayaan alat berat dan permesinan sebesar 12,0%, pembiayaan motor bekas 10,8%, property-backed financing 2,7%, dan sisanya berasal dari pembiayaan syariah dan anak usaha, yakni Pinjam Modal (PT Finansial Integrasi Teknologi).
Peran Pinjam Modal adalah menjembatani penyaluran pinjaman kepada segmen-segmen debitur yang belum mampu mendapatkan akses pembiayaan secara konvensional. Optimalisasi kinerja pembiayaan BFI Finance ini menghasilkan laba bersih Perseroan yang tumbuh 70,1% secara year-on-year (yoy) senilai Rp 828,9 miliar.
Total pendapatan BFI Finance mencapai Rp2,45 triliun, tumbuh 25,3% yoy. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing sebesar 12,3% dan 21,0% yang menunjukkan bahwa BFI Finance berada di atas dibandingkan peers-nya dimana data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2022 menunjukkan rata-rata sebesar RoA 5,0% dan RoE 12,6% untuk lembaga pembiayaan.