
Kinerja Alfamart, Indah Kiat dan MNCN Hingga GOTO ke LQ45

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Kamis (2/6/2022) dengan stagnan di level 7.148,72 hanya terkoreksi amat tipis 0,24 indeks poin.
Di sepanjang perdagangan IHSG cenderung bergerak volatil. IHSG menyentuh level terendah di 7.117,98 dan level tertinggi di 7.209,08 dan bergerak liar dari zona merah ke zona hijau sebelum kembali merah.
Meskipun IHSG stagnan, asing mencatatkan net buy di pasar reguler dengan nilai jumbo sebesar Rp 661 miliar.
Saham paling banyak diborong asing adalah saham ASII dan ADRO dengan net buy masing-masing Rp 247 miliar dan Rp 133 miliar.
Sedangkan saham ADMR dan BBRI menjadi dua saham paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 245 miliar dan Rp 133 miliar.
Simak kabar emiten dan kabar pasar berikut yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia sebelum memulai perdagangan Jumat (3/6/2022):
1. Laba Emiten Media Hary Tanoe Tumbuh 55% Jadi Rp 619 M
Emiten konglomerat media milik Hary Tanoesoedibjo, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), melaporkan kinerja keuangan positif dengan laba bersih tercatat naik 55,13% menjadi Rp 619,11 miliar pada kuartal pertama tahun ini, dari semula Rp 399,29 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Tumbuhnya laba bersih perusahaan salah satunya ditopang oleh pendapatan usaha yang tumbuh 21,68% menjadi Rp 2,60 triliun dari semula Rp 2,14 triliun.
Perusahaan tercatat melaporkan kenaikan pendapatan di semua segmen bisnis, lonjakan terbesar dari sisi top line terjadi di segmen iklan digital yang tumbuh dua kali lipat menjadi Rp 648,70 miliar.
Selain itu untuk pertama kalinya perusahaan mengungkapkan penerimaan dari subscription (langganan) yang berjumlah Rp 123,85 miliar.
Meski proporsi beban langsung terhadap pendapatan tumbuh tipis, perusahaan mampu mencatatkan penurunan pada pos beban usaha lain.
Beban keuangan dan kerugian kurs mata uang MNCN turun cukup signifikan, masing-masing berkurang hingga 60% dan 94% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu.
Aset perusahaan tercatat naik tipis menjadi Rp 21,61 triliun dari posisi akhir tahun lalu, sedangkan liabilitas perusahaan turun 9% menjadi Rp 3,49 triliun. Alhasil ekuitas perusahaan ikut terdongkrak naik 3,43% menjadi Rp 18,12 triliun.
Pada perdagangan Kamis (2/6) pagi di pasar modal, saham MNCN dibuka di zona hijau dan hingga pukul 09.23 WIB tercatat naik 2,06% ke level Rp 990/saham. Dalam sepekan saham ini naik 5,32% dan masih terkoreksi 4,83% dalam sebulan terakhir. Sementara itu sejak awal tahun saham MNCN telah tumbuh 9,44%.
2. Bersiap Masuk LQ45, Akhirnya GOTO Balik ke Harga IPO
Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) akhirnya naik ke atas harga penawaran perdananya setelah emiten akan menjadi konstituen indeks LQ45 yang baru melalui jalur Fast Entry.
Tercatat GOTO melesat 11,84% pada perdagangan hari ini ke level Rp 340/unit. Diketahui sebelumya GOTO melantai di harga Rp 338/unit pada taggal 11 April 2022 lalu.
Perdagangan juga terpantau ramai dimana total transaksi pagi ini sudah mencapai Rp 813 miliar dimana investor asing melakukan beli bersih Rp 16 miliar.
Baru satu bulan lebih melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk(GOTO) langsung masuk ke tiga indeks sekaligus mulai 8 Juni 2022.
Dalam pengumuman dikutip Kamis (2/6/2022),BEI telah melakukan Evaluasi Fast Entry Indeks atas Indeks IDX30, LQ45 dan IDX80.
Hasilnya, saham GOTOmasuk ke indeks LQ45 dan IDX30 menggantikan saham PT Waskita Karya (Persero)Tbk(WSKT).
Kemudian, saham GOTOjuga masuk ke indeks IDX80 menggantikan saham PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI).
GOTO tercatat memiliki rasio free float sebesar 66,4%.
"Daftar dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan indeks pada indeks-indeks tersebut akan efektif berlaku pada tanggal 8 Juni 2022 hingga Juli 2022," tulis pengumuman BEI.
3. Mitratel Buyback Saham Senilai Rp 1 T, Maksimum Rp 801/Saham
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel berencana melakukan pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) senilai Rp 1 triliun dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor.
Pembelian kembali saham akan dilakukan secara bertahap dalam periode tiga bulan terhitung sejak 2 Juni 2022 hingga 2 September 2022 dengan pembatasan harga pembelian saham sebesar maksimum Rp 801 per saham.
Biaya pembelian kembali saham akan berasal dari kas internal yang dihasilkan dari kegiatan usaha operasional. Perkiraan nilai nominal saham yang akan dibeli kembali adalah sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun.
Sesuai dengan POJK 2/2013 dan SEOJK 3/2020, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20% dari jumlah modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5% dari modal disetor dalam Perseroan.
Untuk diketahui, berdasarkan data perseroan, harga saham MTEL turun sejak 10 Mei 2022 di Rp 765 dan turun drastis pada 17 Mei 2022 di Rp 685 hingga pada 18 Mei 2022 di Rp 665.
"Penurunan harga saham tersebut tidak mencerminkan kinerja positif perseroan, sehingga perseroan bermaksud untuk menunjukkan komitmennya dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham melalui pembelian kembali saham perseroan," jelas perseroan dalam keterbukaan informasi, Kamis (2/6/2022).
Perseroan yakin, pembelian kembali saham tidak akan memengaruhi kondisi keuangan Mitratel karena sampai dengan saat ini Perseroan mempunyai modal kerja yang memadai untuk membiayai kegiatan usaha.
4. Lapor Pak Erick! Waskita Masih Rugi Rp 830 M di Kuartal I
Emiten BUMN karya yang terperangkap dalam restrukturisasi utang jumbo, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), melaporkan kinerja keuangan yang masih tertekan pada kuartal pertama tahun ini.
Laba bersih perusahaan tercatat membengkak naik 18 kali lebih besar dari kerugian pada kuartal pertama tahun 2021 menjadi Rp 830,64 miliar dari semula hanya Rp 46,09 miliar.
Memburuknya pos laba-rugi terjadi meskipun pendapatan Waskita malah tercatat mengalami kenaikan tipis menjadi Rp 2,74 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini, dari semula Rp 2,67 triliun di kuartal pertama 2021.
Pendapatan jasa konstruksi yang merupakan segmen bisnis utama perusahaan tercatat turun 13% menjadi Rp 1,99 triliun dari semula Rp 2,28 triliun.
Sementara itu pendapatan bunga dari jasa konstruksi naik 5 kali lipat lebih menjadi Rp 426,33 miliar dari semula Rp 64,82 miliar. Selain itu segmen bisnis lain yang mencatatkan kenaikan adalah pendapatan jalan tol yang naik menjadi Rp 213,23 miliar dari semula Rp 175,21 miliar.
Proporsi beban pokok pendapatan terhadap pendapatan usaha tercatat relatif stagnan, dengan rasionya mendekati 90%.
Melonjaknya rugi perusahaan salah satunya dapat diatribusikan pada kenaikan signifikan dalam beban umum dan administrasi yang membengkak dua kali lipat menjadi Rp 585,10 miliar dari semula Rp 290,02 miliar.
Dalam komponen beban tersebut gaji pegawai tercatat naik menjadi Rp 160,12 miliar dari semula Rp 111,01 miliar, meskipun jumlah pegawai pada akhir kuartal pertama tahun ini berkurang dari posisi akhir tahun lalu.
Jumlah remunerasi yang diterima oleh dewan direksi pada kuartal pertama tahun ini tercatat naik menjadi Rp 5,73 miliar dari semula Rp 4,61 miliar, sedangkan remunerasi dewan komisaris tercatat turun.
Perusahaan juga mencatatkan penurunan pendapatan bersih lainnya menjadi Rp 232, 67 miliar dari semula Rp 652,79 miliar, termasuk di dalamnya pemulihan piutang, pendapatan kerja sama operasi (KSO) dan pendapatan lainnya.
Aset perusahaan tercatat turun tipis menjadi Rp 102,12 triliun dari semula Rp 103,60 triliun akhir tahun lalu. Penurunan salah satunya terjadi pada kas dan setara kas yang secara tahunan di 2021 naik signifikan dari posisi 2020.
Pada akhir tahun 2020 kas dan setara kas tercatat hanya berjumlah Rp 1,21 triliun, akhir tahun lalu naik drastis menjadi Rp 13,16 triliun, dan kini menjadi Rp 10,38 triliun. Aset lancar perusahaan tercatat sebesar Rp 41,46 triliun, turun tipis dari posisi akhir tahun lalu yang meningkat nyaris 50% secara tahunan menjadi Rp 42,58 triliun.
Total liabilitas perusahaan tercatat turun tipis menjadi Rp 86,08 triliun, dengan liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 26,45 triliun. Sebelumnya dalam laporan keuangan tahunan, akhir tahun lalu Waskita mencatatkan penurunan utang jangka pendek yang cukup signifikan dan merupakan bagian dari upaya restrukturisasi utang.
Restrukturisasi tersebut menempatkan utang jangka pendek perusahaan menjadi utang jangka panjang yang angkanya meningkat.
Akhir tahun lalu utang bank jangka pendek perusahaan turun hingga 87% menjadi Rp 2,09 triliun dari semula mencapai Rp 17,25 triliun di akhir tahun 2020. Dari angka tersebut tercatat utang jangka pendek kepada empat perbankan BUMN (Bank BRI, Mandiri, BNI dan BSI) sudah tidak ada dari semula mencapai Rp 15,5 triliun.
Sementara itu utang bank jangka panjang dengan BUMN perbankan yang merupakan pihak berelasi naik menjadi Rp 29,15 triliun dari semula Rp 9,12 triliun.
5. Telkom Bagi Dividen 30 Juni, Simak Jadwal Lengkapnya
Memasuki akhir kuartal kedua tahun 2022, sejumlah perusahaan yang diperdagangkan publik telah mengumumkan penggunaan laba perusahaan, apakah akan kembali masuk saldo perusahaan sebagai laba ditahan atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai.
Di antara perusahaan tersebut terdapat pula emiten BUMN yang kepemilikan sahamnya dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) dan akan membagikan dividen, salah satunya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Telkom akan membagikan Dividen Tunai sebesar 60% dari laba bersih atau sejumlah Rp 14,85 triliun atau Rp 149,9656 per saham. Berdasarkan jumlah saham yang telah dikeluarkan per tanggal Rapat, yaitu sebanyak 99.062.216.600 saham.
Penerima dividen Telkom adalah para pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada penutupan perdagangan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 9 Juni 2022.
Berikut jadwal pembagian dividen Telkom Indonesia untuk tahun buku 2021:
-Daftar pemegang saham atau recording date: 9 Juni 2022
-Pasar reguler dan negosiasi:
Cum dividen: 7 Juni 2022
Ex dividen : 8 Juni 2022
-Pasar Tunai:
Cum dividen : 9 Juni 2022
Ex dividen : 10 Juni 2022
Tanggal pembayaran dividen : 30 Juni 2022
Sementara itu, pemakaian laba bersih 2021 juga dibukukan sebagai laba ditahan sebesar 40% dari laba bersih 2021. Jumlah itu setara Rp 9,90 triliun.