Kinerja Alfamart, Indah Kiat dan MNCN Hingga GOTO ke LQ45

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
03 June 2022 07:45
Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI).  (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana Bursa Efek Indonesia (BEI). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

6. Hari Perdana Stock Split, Saham Harum (HRUM) Malah Loyo

Harga saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) terkoreksi pasca melakukan aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split).

Sebagaimana sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 11 Mei 2022, perusahaan akan melakukan stock split dengan rasio 1:5.

Karena hal ini, HRUM yang sebelumnya diperdagangkan di kisaran harga Rp 10.000 saat ini hanya ditransaksikan di sekitar harga Rp 2.000-an.

Pada hari perdagangan pertama pasca pemecahan saham sendiri, saham HRUM pada penutupan sesi pertama terkoreksi 2,1% ke level harga Rp 2.330/unit dengan nilai transaksi mencapai Rp 91 miliar di mana investor asing menjual bersih Rp 5,6 miliar.

Mengacu pada pengumuman resmi perseroan yang dirilis pada 25 Mei 2022, akhir perdagangan saham dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi jatuh pada 31 Mei 2022.

Sementara itu awal perdagangan saham dengan nilai nominal baru di pasar reguler maupun negosiasi jatuh pada 2 Juni 2022.

Sebagai informasi, HRUM merupakan salah satu emiten yang bergerak di sektor pertambangan batu bara dan mineral.

Kenaikan harga batu bara global juga membawa berkah bagi bisnis HRUM. Pendapatan HRUM mencapai US$ 152,2 juta pada kuartal I-2022 atau tumbuh 167% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan HRUM ini paling banyak ditopang oleh pendapatan dari kontrak penjualan batu bara ekspor yang mencapai US$ 149,4 juta.

Sementara itu dari sisi bottom line, laba bersih HRUM tercatat mencapai US$ 62,8 juta atau meningkat 257% dari periode yang sama tahun sebelumnya di US$ 17,6 juta.

7. Laba Erajaya Naik 6%, Jadi Rp 295 Miliar di Q1-2022

Kinerja keuangan emiten ritel ponsel yakni PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) pada kuartal I-2022 cenderung positif. Laba bersih ERAA meningkat sejalan dengan pendapatannya.

Mengutip laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk ERAA naik 6,07% menjadi Rp 295,09 miliar, dari Rp 278,19 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penjualan bersih perseroan juga tercatat naik pada kuartal I-2022. Penjualan bersih ERAA naik 5,82% menjadi Rp 11,48 triliun, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 10,85 triliun.

Kenaikan penjualan bersih ERAA ditopang oleh naiknya segmen penjualan telepon seluler dan tablet yang sebesar Rp 3,62%, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 8,78 triliun menjadi Rp 9,09 triliun pada kuartal I-2022.

Selain dari segmen penjualan telepon seluler dan tablet, segmen penjualan aksesoris juga mengalami kenaikan sebesar 58,87% menjadi Rp 1,16 triliun pada kuartal I-2022, dari sebelumnya sebesar Rp 732,51 miliar di kuartal I-2021.

Sementara dari sisi neraca atau top line, total aset ERAA bertambah 24,97% menjadi Rp 14,21 triliun di kuartal I-2022, dari sebelumnya sebesar Rp 11,37 triliun pada akhir 2021.

Sedangkan liabilitas perseroan juga naik sebesar 51,47% menjadi Rp 7,44 triliun, dari sebelumnya pada akhir 2021 sebesar Rp 4,91 triliun.

Sementara untuk ekuitas perseroan di tiga bulan pertama tahun 2022 meningkat sebesar 4,85% menjadi Rp 6,78 triliun, dari sebelumnya pada akhir 2021 sebesar Rp 6,46 triliun.

8. Sejak Awal Tahun Saham UNVR Masih Naik 16%, Apa Resepnya?

Emiten konsumer PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tahun ini sahamnya bangkit dari palung setelah sekian lama terkoreksi dalam.

Sejak awal tahun saham konglomerat internasional ini tumbuh hingga 16% (hingga sesi I Kamis, 2 Juni 2022), melebihi performa impresif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mampu tumbuh 8,52%.

Selain itu performa saham UNVR juga lebih baik dari indeks LQ45, yang mana Unilever juga menjadi salah satu konstituennya.

Data perdagangan mencatat bahwa UNVR merupakan salah satu saham yang menarik perhatian investor asing, dengan aksi beli bersih (net buy) di seluruh pasar selama lima bulan terakhir mencapai Rp 886,90 miliar.

Kenaikan saham ini terjadi meskipun dalam tiga tahun terakhir laba per saham (EPS) Unilever Indonesia terus tertekan dari Rp 239/saham di 2018 menjadi Rp 151/saham di 2021, turun nyaris 20% dari tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, StarMine Refinitiv memproyeksikan EPS UNVR akan naik terus hingga tahun 2026, meskipun angkanya masih di bawah capaian tahun 2018.

Senada, pendapatan perusahaan tahun lalu tercatat turun untuk pertama kalinya, setidaknya sejak tahun 1996. Dalam periode yang sama depresiasi laba bersih sudah terjadi dari tahun buku 2019.

Manajemen UNVR pun mengaku, menurunnya penjualan bersih UNVR sepanjang tahun lalu sebagian disebabkan oleh kebijakan pengetatan mobilitas akibat pandemi Covid-19 yang telah mempengaruhi daya beli konsumen terutama pada segmen pasar di mana UNVR beroperasi.

Selain itu, kata pihak UNVR, berbagai harga komoditas yang menjadi bahan baku, beberapa di antaranya crude-oil (minyak mentah), palm-oil (CPO) juga mengalami lonjakan harga yang signifikan dibandingkan dengan tahun 2020.

Turunnya kinerja tahunan perusahaan tersebut tidak mampu tumbuh beriringan dengan membesarnya ekonomi yang dihitung dari PDB. Alhasil UNVR sempat dicecar oleh salah satu perusahaan penasihat investasi yang menyarankan bagi perusahaan untuk go private.

9. Emiten Minimarket Alfamart Cetak Laba Rp 688 M di Q1-2022

Emiten ritel minimarket dengan waralaba Alfamart yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berhasil membukukan kinerja yang cemerlang pada kuartal pertama tahun 2022.

Mengutip laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, pendapatan AMRT naik 19,07% menjadi Rp 22,91 triliun, dari sebelumnya Rp 19,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Segmen penjualan makanan dan minuman menyumbang paling besar terhadap pendapatan neto perseroan, di mana segmen ini mengalami kenaikan sebesar 25,46% menjadi Rp 15,68 triliun, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 12,49 triliun.

Emiten ritel minimarket dengan waralaba Alfamart yakni PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) berhasil membukukan kinerja yang cemerlang pada kuartal pertama tahun 2022.

Mengutip laporan keuangan perseroan yang tidak diaudit pada kuartal I-2022, pendapatan AMRT naik 19,07% menjadi Rp 22,91 triliun, dari sebelumnya Rp 19,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Segmen penjualan makanan dan minuman menyumbang paling besar terhadap pendapatan neto perseroan, di mana segmen ini mengalami kenaikan sebesar 25,46% menjadi Rp 15,68 triliun, dari sebelumnya pada kuartal I-2021 sebesar Rp 12,49 triliun.

10. Baru 3 Bulan, Laba Emiten Kertas Sinar Mas Tumbuh 27%

Tahun 2022 menjadi momentum berlanjutnya pemulihan ekonomi. Berbagai emiten yang telah merilis laporan keuangannya untuk kuartal I-2022 cenderung menunjukkan hasil yang positif.

Salah satunya adalah emiten kertas yaitu PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang merupakan bagian dari Sinar Mas Group.

Pada kuartal I-2022 INKP mencatatkan pertumbuhan pendapatan secara year on year (yoy) sebesar 24% dari US$ 801,3 juta menjadi US$ 995,7 juta hingga akhir Maret 2022.

Pendapatan dari INKP untuk pasar lokal tumbuh 38% yoy menjadi US$ 487 juta sementara untuk segmen pasar ekspor juga tumbuh 13% yoy menjadi US$ 508,8 juta.

Dilihat dari produknya, semua jenis produk INKP juga mencatatkan kenaikan penjualan. Untuk jenis produk kertas budaya naik 10% yoy; pulp naik 44% yoy; kertas industri, tisu tumbuh 25%.

Beban pokok penjualan juga mengalami kenaikan sebesar 14% yoy menjadi US$ 630,8 juta, sehingga laba kotor pada kuartal I-2022 mencapai US$ 364,9 juta, naik 47% yoy.

Marjin laba bruto pun mengalami kenaikan dari 31% pada Maret 2021 menjadi 37% pada Maret 2022.

Total beban usaha naik 25% yoy menjadi US$ 106,7 juta disumbang oleh kenaikan beban penjualan sebesar 36% yoy dan berkontribusi terhadap 71,5% dari total beban usaha.

Laba usaha INKP pun melesat 59% yoy menjadi US$ 258,2 juta hingga akhir Maret 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 162,5 juta.

Sampai di sini, marjin laba usaha INKP juga naik dari 20% di kuartal I-2021 menjadi 26% pada kuartal I-2022.

Salah satu pos yang mengalami kenaikan signifikan adalah beban lain-lain yang naik 345% yoy menjadi US$ 37,7 juta. Salah satu penyumbang terbesar pos ini adalah beban bunga yang naik 15% yoy menjadi US$ 59,1 juta.

Laba sebelum pajak INKP tercatat mencapai US$ 220,5 juta per Maret 2022, naik 43% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya US$ 154 juta.

Laba bersih yang diatribusikan untuk pemilik entitas induk melesat 27% yoy menjadi US$ 176,5 juta. 

(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular