Jelang Rilis Kinerja Emiten, Wall Street DIbuka Hijau
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melaju ke zona hijau pada pembukaan perdagangan Selasa (19/7/2022), menyambut rilis kinerja keuangan emiten AS yang masih prima.
Dow Jones melompat 314 poin (+0,99%) di pembukaan dan selang 30 menit surut menjadi 232,4 poin (+0,75%) ke 31.305,01. Sementara itu, S&P 500 bertambah 38,31 poin (+1%) ke 3.869,16 dan Nasdaq naik 109,87 poin (+0,97%) ke 11.469,92.
Johnson & Johnson dan Hasbro merilis kinerja keuangannya pagi hari ini waktu setempat dengan capaian laba bersih dan pendapatan di atas ekspektasi, disusul oleh Netflix setelah pasar ditutup. Sementara Tesla, United Airlines, American Airlines, Snap, Twitter, dan Verizon juga dijadwalkan akan merilis kinerja keuangannya.
Saham IBM jatuh 5% di pembukaan pasar setelah perusahaan tersebut menurunkan proyeksi arus kas, meskipun telah merilis kinerja keuangan dan laba yang melampaui ekspektasi pasar.
Sejauh ini, sebanyak 8% emiten dari indeks S&P 500 telah melaporkan neraca keuangan dikuartal II-2022 dan sebanyak dua pertiganya telah melampaui ekspektasi analis jika mengacu pada data FactSet.
"Ketika kita memikirkan tentang musim kinerja keuangan dan kita memikirkan dimana saham berada, kita berpikir ada keuntungan karena mungkin ada overpricing dari resesi ini yang menurut beberapa orang sudah dekat atau sudah menimpa kita," tutur Direktur Evercore ISI Julian Emanuel dikutip CNBC International.
Pada Senin (18/7), indeks Dow Jones tenggelam lebih dari 200 poin dan berakhir di zona merah, balik arah dari relinya di pagi hari waktu setempat. Hal tersebut dipicu oleh melonjaknya harga minyak hingga di atas US$ 100/barel dan harga bitcoin melonjak ke level tertinggi sejak di pertengahan Juni 2022.
Selain itu, laporan Bloomberg yang menunjukkan Apple akan memperlambat perekrutan dan pengeluaran tahun depan di beberapa divisi untuk menghadapi potensi menurunnya ekonomi. Saham dari perusahaan pembuat iPhone tersebut berakhir anjlok 2,1%.
Berita tersebut menambah beban sentimen pasar yang telah tertekan oleh potensi resesi AS, karena inflasi yang bertahan pada level tertingginya dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang berencana akan menaikkan suku bunga acuannya hingga tekanan inflasi menurun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)