
Kalo Lihat Fakta Ini, BI Sepertinya Bakal Tahan Suku Bunga

Tidak bisa dipungkiri The Fed sangat agresif menaikkan suku bunga di tahun ini. Pada semester I-2022, suku bunga dinaikkan sebanyak 3 kali dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.
Ketua The Fed, Jerome Powell bahkan terang-terangan mengatakan akan menaikkan lagi sebesar 50 - 75 basis poin di bulan ini.
Bahkan, dengan inflasi yang meroket ke 9,1% (yoy) pada bulan Juni lalu, pasar melihat The Fed berpeluang menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin.
Kabar baiknya, dengan kenaikan yang agresif tersebut rupiah masih bertahan di bawah Rp 15.000/US$.
Memang tekanan dari eksternal sangat besar bagi rupiah, tetapi tidak sampai pada level mengerikan.
Kini, beberapa pejabat elit The Fed mulai mengesampingkan kemungkinan kenaikan 100 basis poin pada pekan depan. Hal ini tentunya menjadi kabar baik, tekanan bagi rupiah sedikit mereda, terbukti di awal perdagangan Senin (18/7/2022) rupiah mampu menguat cukup tajam, meski tipis di akhir.
Presiden The Fed wilayah St. Louis, James Bullard mengatakan meski inflasi belum mencapai puncaknya, ia yakin di tahun 2023 akan terjadi penurunan, dan untuk saat ini ia tidak mendukung kenaikan 100 basis poin.
Bullard merupakan salah satu pejabat The Fed yang paling hawkish. Pernyataanya yang tidak mendukung kenaikan 100 basis poin menjadi 2.5% - 2,75% langsung membuat probabilitas di pasar menurun.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas kenaikan 100 basis poin hanya 28%, turun jauh ketimbang pekan lalu yang mencapai 80%. Sementara probabilitas kenaikan sebesar 75 basis poin menjadi 2,25% - 2,5% kini sebesar 71%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
