Kapan Suku Bunga Harus Naik? Ini Kata Bos BRI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan suku bunga menjadi perbincangan hangat di pasar. Terlebih, rupiah saat ini sudah tembus Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Meski begitu, kenaikan suku bunga bukan kebijakan yang tepat di tengah situasi saat ini, ketika kondisi global tengah menantang. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso. Ia berbicara terkait suku bunga acuan Bank Indonesia Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang saat ini masih di level 3,5%.
Ia menjelaskan, tugas BI sebagai bank sentral Indonesia mencakup dua hal, yaitu menjaga inflasi dan menjaga nilai tukar rupiah. Menurutnya, keputusan BI hingga saat ini yang belum juga menaikkan suku bunga acuan karena BI memiliki data tersendiri untuk menjaga inflasi dan kurs rupiah agar tetap stabil.
Sunarso menyebut, untuk menjaga kestabilan inflasi dan nilai tukar rupiah adalah dengan berupaya menjaga likuiditas di melalui Giro Wajib Minimum (GWM). "Yang penting bukan kapan menaikkan suku bunga tapi kemudian ada juga upaya BI untuk menyerap likuiditas di pasar dengan GWM," ujarnya, dikutip Kamis (7/7/2022).
Sunarso berpendapat, yang terpenting adalah BI, memiliki alat monitor yang presisi sehingga dapat mengukur kebutuhan likuiditas secara tepat. Saat ini likuiditas di pasar masih aman, sehingga BI lebih memilih menaikan GWM dibandingkan suku bunga acuan.
Dengan likuiditas di pasar yang masih terjaga, tanda-tanda perekonomian yang mulai pulih secara normal dapat memicu permintaan kredit perbankan. "Ketika sangat normal, biasanya pertumbuhan kredit itu melebihi funding growth. Ketika itulah BI dibutuhkan ketepatan merespons supaya pertumbuhan kredit bisa dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi, maka kemudian harus dibarengi dengan ketersediaan likuiditas," jelasnya.
Sunarso yakin, BI memiliki kemampuan dalam menjaga perekonomian Indonesia agar tetap stabil ditengah gempuran kondisi global yang saat ini sedang bergejolak. "Saya yakin BI memiliki kemampuan itu, sehingga nanti pada waktunya BI akan tau kapan harus menyerap likuiditas, kapan harus melepas kembali likuiditas ke pasar. Apakah instrumennya adalah suku bunga, atau dengan GWM yaitu BI nanti yang tau," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Bunga Kredit Turun Nyaris ke Bawah 9%, Tapi Akan Naik Tinggi?
(RCI/dhf)