
Kabar Akuisisi Bank Panin Hingga Wacana Dapen Boleh Cut Loss

5. Bagikan Dividen Perdana, BSML Rupanya Milik Komisaris UNSP
Emiten perkapalan PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML) bakal membagikan dividen tahun buku 2021. Ini merupakan salah satu hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) perusahaan yang digelar hari ini, Kamis (14/7/2022).
Dalam RUPS tersebut disepakati, pembagian dividen Rp 1 miliar atau setara 22,85% dari saldo laba 2021. BSML juga bakal memberikan dividen tambahan Rp 1 miliar dari saldo laba ditahan.
Sehingga, total dividen yang dibagikan sebesar Rp 2 miliar. Ini setara dengan nilai dividen sekitar Rp 1,08 per saham. Ini merupakan dividen perdana mengingat BSML baru mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir tahun lalu.
BSML memiliki saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya Rp 17,85 miliar pada 2021. Angka ini naik 33% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 13,47 miliar.
Direktur Utama BSML David Desanan Anan Winowod mengatakan, perusahaan berencana membayar dividen tunai setiap tahun, yang dimulai untuk tahun buku kemarin dan seterusnya maksimal 35% dari laba, sesuai dengan prospektus saat BSML melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
"Pembagian dividen ini mempertimbangkan keuntungan atau saldo laba positif tahun fiskal dan kewajiban kami untuk mengalokasikan dana cadangan sesuai dengan aturan yang berlaku dan kondisi keuangan perseroan," kata David, dalam keterangan resmi, Kamis (14/7/2022).
BSML memang belum masuk jajaran emiten dengan kapitalisasi pasar besar. Nilai dividen yang dibagikan juga bukan yang terbesar.
Namun, nama Nengah Rama Gautama cukup menarik perhatian. Ia merupakan pemegang 14% atau setara 259 juta saham BSML. Meski bukan mayoritas, ia merupakan pemegang saham pengendali.
Nama Nengah Rama Gautama juga tercatat sebagai komisaris independen PT Bakrie Plantations Tbk (UNSP).
6. Dapat 2 Permohonan Kasasi dari Kreditor, Ini Respons Garuda
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mendapat dua permohonan kasasi atas putusan homologasi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertanggal 27 Juni 2022.
Putusan Homologasi tersebut No. 425/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 27 Juni 2022 yang pada pokoknya menyatakan sah dan mengikat secara hukum perjanjian perdamaian perseroan dengan para kreditornya.
Permohonan kasasi tersebut, dilayangkan oleh dua kreditor Garuda yaitu Greylag Goose Leasing 1410 Designated Activity Company dan Greylag Goose Leasing 1446 Designated Activity Company.
Meski mendapat dua permohonan kasasi, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, perseroan tetap akan melanjutkan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam rangka pelaksanaan perjanjian perdamaian yang telah memiliki dasar hukum yang kuat dan mengikat setelah sebelumnya mendapat persetujuan mayoritas kreditur dan disahkan melalui putusan homologasi oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
"Permohonan kasasi dimaksud tidak memiliki dampak terhadap kegiatan operasional perseroan. Seluruh aspek kegiatan operasional penerbangan perseroan akan tetap berlangsung secara normal," ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (14/7/2022).
Ia melanjutkan, perseroan akan menyiapkan kontra memori kasasi untuk kemudian diserahkan kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
"Perseroan berkomitmen untuk mengikuti proses sesuai prosedur dan hukum yang berlaku," tuturnya.
Irfan optimis, permohonan kasasi tersebut akan ditindaklanjuti dengan mengedepankan aspek legalitas putusan homologasi yang telah tercapai sesuai dengan dasar hukum perundang-undangan PKPU.
7. Bisnis Gerai Indomaret, Untungnya Triliunan!
Wajar jika Anthoni Salim menjadi salah satu orang Indonesia paling kaya. Bisnisnya menggurita dengan perputaran uang yang jumbo.
Dari bisnis gerai Indomaret saja, Grup Indofood milik Anthoni Salim bisa meraup laba hingga triliunan. Ini terungkap dalam materi paparan publik PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), Kamis (14/7/2022).
Dalam laporan itu terungkap, Indomarco Prismatama meraup pendapatan Rp 90,6 triliun sepanjang tahun lalu. Perolehan ini naik 5,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 86,12 triliun.
Laba kotor pengelola gerai waralaba Indomaret ini bahkan mampu mencetak kenaikan laba kotor 7,55% secara tahunan menjadi Rp 20 triliun dari sebelumnya Rp 18,67 triliun. Artinya, margin kotor Indomaret cukup tebal, sebesar 22,2% pada 2021, naik dari sebelumnya 21,7% pada 2020.
Tebalnya margin kotor juga mempengaruhi laba. Indomarco mencatat lonjakan laba bersih 81,45% secara tahunan menjadi Rp 2 triliun pada 2021.
Perputaran uang itu diperoleh dari 19.561 gerai Indomaret yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini, sebesar 4.958 gerai merupakan gerai waralaba.
Indomarco Prismatama sendiri merupakan entitas asosiasi dimana DNET memiliki 40% saham pengelola gerai Indomaret yang sudah berdiri sejak 1988 ini.
8. Sederet Emiten Ini Justru 'Hepi' Saat Rupiah Melemah
Mata uang Indonesia kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa lalu setelah mampu menguat dua hari beruntun. Rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.985/US$, melemah 0,01%. Rabu kemarin rupiah ditutup stagnan di harga yang sama.
Hari ini, rupiah kembali terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) kemudian tertahan di Rp 14.990/US$ hingga perdagangan tengah hari. Pelemahan ini dipicu oleh Indeks dolar AS tak hentinya menguat yang dipicu oleh kekhawatiran akan resesi.
Meski telah bermain-main di sekitar level Rp 15.000/US$, rupiah tak kunjung ditutup di batas tersebut. Terakhir kali rupiah ditutup di level itu terjadi sudah lebih dari dua tahun lalu pada Mei 2020. Kuatnya dolar juga membuat mata uang dunia lain ikut merana termasuk euro yang untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun, nilai tukarnya sama dengan dolar AS.
Pelemahan rupiah tentu menjadi tantangan bagi pasar modal dalam negeri, baik itu dari potensi kaburnya dana asing hingga kinerja sejumlah emiten yang bisa jadi melempem.
Sejumlah emiten yang melantai di bursa memang cukup terdampak atau pelemahan rupiah khususnya yang mengandalkan impor untuk menyediakan bahan baku, memiliki utang global dalam mata uang asing dan dekat jatuh tempo serta secara eksklusif pendapatannya hanya ditopang oleh rupiah. Perusahaan yang memiliki tiga kombinasi tersebut tentu akan sangat waswas terhadap pelemahan rupiah.
Sebaliknya, terdapat pula sejumlah emiten yang tahan banting melawan pelemahan rupiah atau bahkan diuntungkan atas kondisi tersebut. Emiten-emiten tersebut khususnya adalah yang pendapatannya ditopang dari penjualan ekspor dan memiliki level utang rendah dengan paparan obligasi mata uang asing relatif kecil atau tidak ada sama sekali.
Berikut adalah sejumlah emiten yang cukup kuat melawan pelemahan rupiah di hadapan dolar AS.
Emiten batu bara
Emiten batu bara merupakan salah satu yang diuntungkan dari pelemahan rupiah, karena sebagian besar emiten di sektor ini mengandalkan ekspor sebagai pendapatan utama. Hal ini setidaknya akan tercermin dari kinerja keuangan perusahaan, menyusul harga batu-bara yang sempat menembus rekor tertinggi tahun ini.
Meski dilihat dari kinerja saham, sejumlah emiten batu bara sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dengan pasar energi yang semakin volatil. Ancaman resesi yang memaksa bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya menjadi alasan utama koreksi harga minyak di pasar global beberapa waktu terakhir.
Harga batu bara sangat terikat dengan harga minyak global, di mana penurunan harga minyak hampir nyaris dipastikan akan berdampak pada harga batu bara yang ikut melemah. Meski demikian melihat tren tahunan, permintaan tinggi jelang musim dingin tampaknya masih akan dipertahankan.
Selain itu, secara umum emiten pertambangan memiliki level utang yang relatif rendah, sehingga paparan akan obligasi global juga terbatas. Data Refinitiv mencatat bahwa lebih dari dua pertiga emiten yang bergerak di sektor energi dan masih aktif melaporkan kinerja keuangannya memiliki rasio lancar (current ratio) di atas 1, yang berarti aset lancar perusahaan dapat menutupi liabilitas jangka pendek.
Emiten CPO
Selain batu bara, komoditas lain yang harganya sempat naik tinggi adalah produk turunan kelapa sawit. Emiten CPO dan kelapa sawit yang pendapatannya juga ditopang oleh kinerja ekspor sejatinya masih cukup tangguh menghadapi pelemahan dolar, hanya saja ancaman utama datang dari kondisi ekonomi global dan harga minyak nabati dunia.
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang sempat terbang melewati level MYR 7.100/ton pada akhir April lalu, kini mulai mendingin dan saat ini harganya berada di level MYR 3.800/ton.
Mengacu pada data Refinitiv , harga CPO telah membalikkan keuntungan yang didapatnya di sepanjang tahun ini. Kini, harga CPO drop 7,48% secara year-on-year (yoy). Bahkan, secara bulanan harga CPO anjlok 31,75% dan ambles 6,74% di sepanjang pekan ini.
Minyak sawit ikut melemah dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya serta potensi lockdown yang akan diterapkan oleh pemerintah China. Selain itu jika ekonomi global mengalami resesi, permintaan akan minyak nabati juga diprediksi akan turun.
Emiten lain yang ditopang ekspor
Selanjutnya terdapat sejumlah emiten lain di luar komoditas yang bisnisnya ikut ditopang oleh kinerja ekspor. Sejumlah emiten dengan kinerja ekspor baik termasuk emiten konsumer Mayora Indah (MYOR).
Perusahaan produsen permen Kopiko ini memang terkenal mengandalkan ekspor sebagai salah satu keran pendapatan utama, hal ini juga terlihat dari iklan pemasaran agresif yang bahkan sudah merambah hingga ke Korea.
Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, pendapatan MYOR dari ekspor mencapai Rp 2,94 triliun atau setara dengan 39% pendapatan total perusahaan yang nilainya sebesar Rp 7,58 triliun.
Selanjutnya dari neraca laba rugi, 60% dari kas dan setara kas perusahaan yang nilainya mencapai Rp 4,36 triliun tersimpan dalam bentuk mata uang asing, dengan nyaris seluruhnya dalam dolar AS atau mencapai 2,48 triliun. Simpanan dolar AS di bank berelasi mencapai Rp 343,16 miliar, di bank pihak ketiga Rp 814,14 miliar dan terakhir deposito berjangka dalam mata uang dolar AS nilainya mencapai Rp 1,22 triliun.
Emiten lain yang sepertinya akan mulai melakukan ekspor juga menarik untuk diperhatikan, seperti Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA). Meski demikian saat ini, penghasilan ekspor kedua emiten ini masih sangat minimal.
Kemarin, CPIN mengumumkan telah melakukan ekspor perdana produk unggasnya ke Singapura sebanyak 50.000 Kg ekspor produk unggas. Sebelumnya CPIN telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan importir Singapura sebanyak 1.000.000 Kg, yang akan dikirim bertahap hingga akhir 2022. Jumlah tersebut bisa terus bertambah menyesuaikan dengan kondisi di Singapura.
Selain CPIN, emiten olahan makanan JPFA juga memperoleh izin ekspor ke Singapura melalui PT Ciomas Adisatwa.
(vap/vap)[Gambas:Video CNBC]