
Kabar Akuisisi Bank Panin Hingga Wacana Dapen Boleh Cut Loss

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan Kamis (14/7/2022). IHSG tetap perkasa meski bursa saham Amerika Serikat (AS) rontok.
Sempat merah pada awal perdagangan, IHSG terpantau ditutup menanjak 0,74% ke angka 6.690,087 dengan nilai transaksi harian terpantau berada di angka Rp 10,6 triliun.
Pergerakan IHSG kemarin sepertinya enggan mengekor Wall Street yang berguguran pasca rilis data inflasi AS yang meninggi di mana kondisi ini semakin memicu kecemasan bahwa resesi akan mendekat lebih cepat.
Yuk simak kabar emiten sebelum memulai perdagangan Jumat (15/7/2022).
1. Produsen Laptop Axioo Tetapkan Harga IPO Rp 140/Saham
Produsen laptop merek Axioo PT Tera Data Indonusa Tbk (AXIO) menetapkan harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 140 per saham.
Perseroan menawarkan sebanyak 1,04 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 25 per saham yang mewakili sebanyak 17,81% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO.
Dengan demikian, perseroan bakal meraup dana sebesar Rp 145,6 miliar dari aksi korporasi ini. Berdasarkan prospektus di laman e-ipo, Kamis (14/7/2022), perseroan juga akan mengalokasikan sebanyak 0,93% saham dari Saham Yang Ditawarkan dalam Penawaran Umum Perdana Saham ini atau sebanyak 9.686.200 saham untuk program alokasi saham kepada karyawan Perseroan (Employee Stock Allocation/ESA).
Serta, sebanyak-banyaknya 2% saham dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak-banyaknya 119.186.300 saham baru untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan (Management and Employee Stock Option Program atau MESOP).
Perseroan telah menunjuk BNI Sekuritas dan CIMB Niaga Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek.
2. Perhatian! RUU Baru, BP Jamsostek Cs Boleh Cut Loss
Pemerintah sepertinya tak ingin kasus Asuransi Jiwasraya dan Asabri terulang. Ini tercermin dari wacana diizinkannya pengelola dana pensiun untuk melakukan pembatasan kerugian portofolio akibat penurunan harga saham alias cut lost.
Wacana itu tertuang dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) atau Omnibus Law Keuangan.
Pasal 146 dalam RUU ini menjelaskan, pengelola program pensiun yang terkait dengan keuangan negara dapat melakukan cut loss. Ini dilakukan untuk memberikan kemungkinan imbal hasil yang lebih optimal dan mencegah kerugian yang lebih besar.
Namun, tidak sembarang cut loss. Aksi ini hanya bisa dilakukan jika penurunan nilai atau kerugian atas aset investasi bukan karena kesalahan atau kelalaian pengelola program pensiun.
Sebelum melakukan cut loss, pengelola dana pensiun juga wajib melakukan analisa yang memadai dengan hasil terdapat potensi imbal hasil yang lebih optimal jika cut loss dilakukan dan dibuktikan dengan kertas kerja analisis yang memadai.
Selain itu, kerugian karena melakukan cut loss bukan merupakan kerugian negara atau kerugian lainnya yang dapat menyebabkan pengelola program pensiun yang melakukan cut loss dipermasalahkan secara hukum.
3. Ini Kata Bank Panin Soal Kabar Diakuisisi MUFG Asal Jepang
Kabar penjualan saham PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Bank Panin (PNBN) kembali berhembus di pasar.
Kali ini, grup keuangan asal Jepang Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG), dikabarkan sedang mempertimbangkan tawaran untuk membeli saham Bank Panin.
Bahkan, MUFG disebut sedang bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk menjajaki kesepakatan terkait akuisisi saham Bank Panin.
Bloomberg melaporkan, kesepakatan tersebut termasuk kemungkinan menggabungkan Bank Panin dengan unit usaha MUFG di Indonesia yakni Bank Danamon Indonesia, di mana MUFG Bank Ltd menguasai 92,47% saham Bank Danamon.
Di sisi lain, keluarga Gunawan dikabarkan juga sedang bekerja sama dengan penasihat keuangan untuk mengkaji kemungkinan penjualan saham Bank Panin. Saat ini, keluarga Gunawan menguasai 46% saham Bank Panin.
Untuk diketahui, berdasarkan laporan keuangan Bank Panin, pemegang saham pengendali dari Bank Panin adalah PT Panin Financial Tbk (PNLF), dengan pengendali adalah Gunadi Gunawan, Mu'min Ali Gunawan, Muljadi Koesumo dan Tidjan Ananto. Total kepemilikan saham keluarga Gunawan adalah 46,04%.
Selain itu, juga ada Votraint No. 11013 Pty, Ltd, dengan pemegang saham pengendali adalah ANZ Banking Group. Total kepemilikan saham ANZ adalah 38,82%.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (14/7/2022), manajemen Bank Panin menyatakan pihaknya tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Manajemen juga mengaku tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi paling tidak dalam tiga bulan ke depan, yang akan berakibat terhadap pencatatan saham Perseroan di Bursa.
Selain itu, juga tidak ada rencana yang disampaikan oleh pengendali dan/atau pemegang saham utama kepada direksi perseroan, terkait dengan kepemilikan sahamnya di perseroan.
"Hingga saat ini ANZ Banking Group Limited sebagai Ultimate Shareholder PT Bank Panin Tbk belum menyampaikan rencana tersebut kepada direksi perseroan," ungkap manajemen Bank Panin.
4. Sudah 2 Tahun Digembok, Saham COWL Terancam Didepak Bursa
Daftar emiten yang terancam didepak dari Bursa semakin panjang saja. Kali ini, giliran emiten properti PT Cowell Development Tbk (COWL) yang terancam didepak BEI alias delisting dari Bursa.
Dalam pengumuman BEI dikutip Kamis (14/7/2022), masa suspensi saham COWL telah mencapai 24 bulan pada tanggal 13 Juli 2022.
Untuk diketahui, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan berdasarkan RUPS Luar Biasa tanggal 29 Juni 2020 adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama : Harijanto Thany (sudah mengundurkan diri pada 28 Juni 2022)
Komisaris Independen : Adam Mingkay
Direktur Utama : Irwan Susanto
Direktur : Pikoli Sinaga
Sedangkan, pemegang saham COWL per 30 Juni 2022 adalah PT Gama Nusapala 71,12%, Feral Investment Inc 14,35%, Earvin Limited 8,12%, dan masyarakat 6,41%.
5. Bagikan Dividen Perdana, BSML Rupanya Milik Komisaris UNSP
Emiten perkapalan PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML) bakal membagikan dividen tahun buku 2021. Ini merupakan salah satu hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) perusahaan yang digelar hari ini, Kamis (14/7/2022).
Dalam RUPS tersebut disepakati, pembagian dividen Rp 1 miliar atau setara 22,85% dari saldo laba 2021. BSML juga bakal memberikan dividen tambahan Rp 1 miliar dari saldo laba ditahan.
Sehingga, total dividen yang dibagikan sebesar Rp 2 miliar. Ini setara dengan nilai dividen sekitar Rp 1,08 per saham. Ini merupakan dividen perdana mengingat BSML baru mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir tahun lalu.
BSML memiliki saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya Rp 17,85 miliar pada 2021. Angka ini naik 33% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 13,47 miliar.
Direktur Utama BSML David Desanan Anan Winowod mengatakan, perusahaan berencana membayar dividen tunai setiap tahun, yang dimulai untuk tahun buku kemarin dan seterusnya maksimal 35% dari laba, sesuai dengan prospektus saat BSML melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).
"Pembagian dividen ini mempertimbangkan keuntungan atau saldo laba positif tahun fiskal dan kewajiban kami untuk mengalokasikan dana cadangan sesuai dengan aturan yang berlaku dan kondisi keuangan perseroan," kata David, dalam keterangan resmi, Kamis (14/7/2022).
BSML memang belum masuk jajaran emiten dengan kapitalisasi pasar besar. Nilai dividen yang dibagikan juga bukan yang terbesar.
Namun, nama Nengah Rama Gautama cukup menarik perhatian. Ia merupakan pemegang 14% atau setara 259 juta saham BSML. Meski bukan mayoritas, ia merupakan pemegang saham pengendali.
Nama Nengah Rama Gautama juga tercatat sebagai komisaris independen PT Bakrie Plantations Tbk (UNSP).
6. Dapat 2 Permohonan Kasasi dari Kreditor, Ini Respons Garuda
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mendapat dua permohonan kasasi atas putusan homologasi Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tertanggal 27 Juni 2022.
Putusan Homologasi tersebut No. 425/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 27 Juni 2022 yang pada pokoknya menyatakan sah dan mengikat secara hukum perjanjian perdamaian perseroan dengan para kreditornya.
Permohonan kasasi tersebut, dilayangkan oleh dua kreditor Garuda yaitu Greylag Goose Leasing 1410 Designated Activity Company dan Greylag Goose Leasing 1446 Designated Activity Company.
Meski mendapat dua permohonan kasasi, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, perseroan tetap akan melanjutkan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam rangka pelaksanaan perjanjian perdamaian yang telah memiliki dasar hukum yang kuat dan mengikat setelah sebelumnya mendapat persetujuan mayoritas kreditur dan disahkan melalui putusan homologasi oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
"Permohonan kasasi dimaksud tidak memiliki dampak terhadap kegiatan operasional perseroan. Seluruh aspek kegiatan operasional penerbangan perseroan akan tetap berlangsung secara normal," ujarnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Kamis (14/7/2022).
Ia melanjutkan, perseroan akan menyiapkan kontra memori kasasi untuk kemudian diserahkan kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam jangka waktu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
"Perseroan berkomitmen untuk mengikuti proses sesuai prosedur dan hukum yang berlaku," tuturnya.
Irfan optimis, permohonan kasasi tersebut akan ditindaklanjuti dengan mengedepankan aspek legalitas putusan homologasi yang telah tercapai sesuai dengan dasar hukum perundang-undangan PKPU.
7. Bisnis Gerai Indomaret, Untungnya Triliunan!
Wajar jika Anthoni Salim menjadi salah satu orang Indonesia paling kaya. Bisnisnya menggurita dengan perputaran uang yang jumbo.
Dari bisnis gerai Indomaret saja, Grup Indofood milik Anthoni Salim bisa meraup laba hingga triliunan. Ini terungkap dalam materi paparan publik PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), Kamis (14/7/2022).
Dalam laporan itu terungkap, Indomarco Prismatama meraup pendapatan Rp 90,6 triliun sepanjang tahun lalu. Perolehan ini naik 5,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 86,12 triliun.
Laba kotor pengelola gerai waralaba Indomaret ini bahkan mampu mencetak kenaikan laba kotor 7,55% secara tahunan menjadi Rp 20 triliun dari sebelumnya Rp 18,67 triliun. Artinya, margin kotor Indomaret cukup tebal, sebesar 22,2% pada 2021, naik dari sebelumnya 21,7% pada 2020.
Tebalnya margin kotor juga mempengaruhi laba. Indomarco mencatat lonjakan laba bersih 81,45% secara tahunan menjadi Rp 2 triliun pada 2021.
Perputaran uang itu diperoleh dari 19.561 gerai Indomaret yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini, sebesar 4.958 gerai merupakan gerai waralaba.
Indomarco Prismatama sendiri merupakan entitas asosiasi dimana DNET memiliki 40% saham pengelola gerai Indomaret yang sudah berdiri sejak 1988 ini.
8. Sederet Emiten Ini Justru 'Hepi' Saat Rupiah Melemah
Mata uang Indonesia kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa lalu setelah mampu menguat dua hari beruntun. Rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.985/US$, melemah 0,01%. Rabu kemarin rupiah ditutup stagnan di harga yang sama.
Hari ini, rupiah kembali terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) kemudian tertahan di Rp 14.990/US$ hingga perdagangan tengah hari. Pelemahan ini dipicu oleh Indeks dolar AS tak hentinya menguat yang dipicu oleh kekhawatiran akan resesi.
Meski telah bermain-main di sekitar level Rp 15.000/US$, rupiah tak kunjung ditutup di batas tersebut. Terakhir kali rupiah ditutup di level itu terjadi sudah lebih dari dua tahun lalu pada Mei 2020. Kuatnya dolar juga membuat mata uang dunia lain ikut merana termasuk euro yang untuk pertama kalinya dalam dua puluh tahun, nilai tukarnya sama dengan dolar AS.
Pelemahan rupiah tentu menjadi tantangan bagi pasar modal dalam negeri, baik itu dari potensi kaburnya dana asing hingga kinerja sejumlah emiten yang bisa jadi melempem.
Sejumlah emiten yang melantai di bursa memang cukup terdampak atau pelemahan rupiah khususnya yang mengandalkan impor untuk menyediakan bahan baku, memiliki utang global dalam mata uang asing dan dekat jatuh tempo serta secara eksklusif pendapatannya hanya ditopang oleh rupiah. Perusahaan yang memiliki tiga kombinasi tersebut tentu akan sangat waswas terhadap pelemahan rupiah.
Sebaliknya, terdapat pula sejumlah emiten yang tahan banting melawan pelemahan rupiah atau bahkan diuntungkan atas kondisi tersebut. Emiten-emiten tersebut khususnya adalah yang pendapatannya ditopang dari penjualan ekspor dan memiliki level utang rendah dengan paparan obligasi mata uang asing relatif kecil atau tidak ada sama sekali.
Berikut adalah sejumlah emiten yang cukup kuat melawan pelemahan rupiah di hadapan dolar AS.
Emiten batu bara
Emiten batu bara merupakan salah satu yang diuntungkan dari pelemahan rupiah, karena sebagian besar emiten di sektor ini mengandalkan ekspor sebagai pendapatan utama. Hal ini setidaknya akan tercermin dari kinerja keuangan perusahaan, menyusul harga batu-bara yang sempat menembus rekor tertinggi tahun ini.
Meski dilihat dari kinerja saham, sejumlah emiten batu bara sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi, dengan pasar energi yang semakin volatil. Ancaman resesi yang memaksa bank sentral AS menaikkan suku bunga acuannya menjadi alasan utama koreksi harga minyak di pasar global beberapa waktu terakhir.
Harga batu bara sangat terikat dengan harga minyak global, di mana penurunan harga minyak hampir nyaris dipastikan akan berdampak pada harga batu bara yang ikut melemah. Meski demikian melihat tren tahunan, permintaan tinggi jelang musim dingin tampaknya masih akan dipertahankan.
Selain itu, secara umum emiten pertambangan memiliki level utang yang relatif rendah, sehingga paparan akan obligasi global juga terbatas. Data Refinitiv mencatat bahwa lebih dari dua pertiga emiten yang bergerak di sektor energi dan masih aktif melaporkan kinerja keuangannya memiliki rasio lancar (current ratio) di atas 1, yang berarti aset lancar perusahaan dapat menutupi liabilitas jangka pendek.
Emiten CPO
Selain batu bara, komoditas lain yang harganya sempat naik tinggi adalah produk turunan kelapa sawit. Emiten CPO dan kelapa sawit yang pendapatannya juga ditopang oleh kinerja ekspor sejatinya masih cukup tangguh menghadapi pelemahan dolar, hanya saja ancaman utama datang dari kondisi ekonomi global dan harga minyak nabati dunia.
Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang sempat terbang melewati level MYR 7.100/ton pada akhir April lalu, kini mulai mendingin dan saat ini harganya berada di level MYR 3.800/ton.
Mengacu pada data Refinitiv , harga CPO telah membalikkan keuntungan yang didapatnya di sepanjang tahun ini. Kini, harga CPO drop 7,48% secara year-on-year (yoy). Bahkan, secara bulanan harga CPO anjlok 31,75% dan ambles 6,74% di sepanjang pekan ini.
Minyak sawit ikut melemah dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya serta potensi lockdown yang akan diterapkan oleh pemerintah China. Selain itu jika ekonomi global mengalami resesi, permintaan akan minyak nabati juga diprediksi akan turun.
Emiten lain yang ditopang ekspor
Selanjutnya terdapat sejumlah emiten lain di luar komoditas yang bisnisnya ikut ditopang oleh kinerja ekspor. Sejumlah emiten dengan kinerja ekspor baik termasuk emiten konsumer Mayora Indah (MYOR).
Perusahaan produsen permen Kopiko ini memang terkenal mengandalkan ekspor sebagai salah satu keran pendapatan utama, hal ini juga terlihat dari iklan pemasaran agresif yang bahkan sudah merambah hingga ke Korea.
Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, pendapatan MYOR dari ekspor mencapai Rp 2,94 triliun atau setara dengan 39% pendapatan total perusahaan yang nilainya sebesar Rp 7,58 triliun.
Selanjutnya dari neraca laba rugi, 60% dari kas dan setara kas perusahaan yang nilainya mencapai Rp 4,36 triliun tersimpan dalam bentuk mata uang asing, dengan nyaris seluruhnya dalam dolar AS atau mencapai 2,48 triliun. Simpanan dolar AS di bank berelasi mencapai Rp 343,16 miliar, di bank pihak ketiga Rp 814,14 miliar dan terakhir deposito berjangka dalam mata uang dolar AS nilainya mencapai Rp 1,22 triliun.
Emiten lain yang sepertinya akan mulai melakukan ekspor juga menarik untuk diperhatikan, seperti Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) dan Japfa Comfeed Indonesia (JPFA). Meski demikian saat ini, penghasilan ekspor kedua emiten ini masih sangat minimal.
Kemarin, CPIN mengumumkan telah melakukan ekspor perdana produk unggasnya ke Singapura sebanyak 50.000 Kg ekspor produk unggas. Sebelumnya CPIN telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan importir Singapura sebanyak 1.000.000 Kg, yang akan dikirim bertahap hingga akhir 2022. Jumlah tersebut bisa terus bertambah menyesuaikan dengan kondisi di Singapura.
Selain CPIN, emiten olahan makanan JPFA juga memperoleh izin ekspor ke Singapura melalui PT Ciomas Adisatwa.
(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dividen Jumbo Astra Hingga Stock Split Harum Energy