Efek Inflasi AS Melejit 9,1%, Harga Karet Kena Getahnya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 July 2022 17:40
A woman works in a rubber plantation in Yala province, southern Thailand, January 30, 2017. REUTERS/Surapan Boonthanom
Foto: REUTERS/Surapan Boonthanom

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet dunia terperosok ke posisi terendah dalam dua bulan pada perdagangan hari ini setelah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Pada Kamis (14/7/2022) harga karet yang diperdagangkan di bursa berjangka Jepang tercatat JPY 241,8/kg, turun 0,82% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Inflasi Amerika Serikat (AS) melonjak 9,1% pada Juni, posisi tertinggi dalam lebih dari 40 tahun. Hal ini meningkatkan kekhawatiran atas kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengekang permintaan karet sebagai bahan baku industri.

Kenaikan inflasi ini dianggap bisa menjadi pemicu bagi bank sentral menaikkan suku bunga acuan. Bank sentral AS (Federal Reserves/The Fed) diperkirakan akan lebih agresif menaikkan suku bunga setelah rilis inflasi.

Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 78,6% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 2,5- 2,75%. Sementara pada pertemuan akhir tahun, pasar melihat suku bunga The Fed bisa mencapai 3,5-3,75%.

"Serangan kenaikan suku bunga bank sentral secara eksplisit menargetkan inflasi yang didorong oleh pasokan di mana komoditas menjadi target sasaran," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.

"Dan sayangnya itu akan memicu perlambatan (ekonomi) global," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Membaik, Harga Karet Lompat 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular