Harga Nikel Anjlok 4% Lebih!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
14 July 2022 16:42
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Amerika Serikat (AS) melonjak 9,1% pada Juni, tertinggi sejak 1981 atau empat dekade yang lalu. Hal ini membebani nikel dunia, harganya pun anjlok 4% lebih pada perdagangan hari ini.

Pada Kamis (14/7/2022) pukul 16:04 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 20.200, anjlok 4,49% dibandingkan harga penutupan kemarin.

Melambungnya inflasi akan membuat orang membayar lebih mahal bensin, makanan, perawatan kesehatan sehingga dapat mengurangi daya beli. Saat daya beli melemah pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih lambat.

Inflasi yang tinggi juga memicu bank sentral AS (Federal Reserves/The Fed) untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. Pasa menilai kenaikan akan lebih tinggi dibanding bulan lalu sebesar 75 basis poin (bps). Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 78,6% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 2,5- 2,75%.

Selain itu, bank sentral Kanada (BOC) menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 bps untuk melawan inflasi. BOC menjadi negara pertama negara G7 yang melakukan kenaikan suku bunga yang agresif dalam siklus ekonomi saat ini.

Bank sentral Eropa pun sedang mempertimbangkan langkah yang sama karena inflasi yang tinggi memangkas pertumbuhan ekonomi. Uni Eropa telah memperkirakan rekor tingkat inflasi dan memangkas perkiraan PDB untuk 2022 dan 2023.

Eropa memperkirakan inflasi akan melonjak 7,6% pada 2022, lebih tinggi dari perkiraan Mei sebesar 6,1%. Pun juga memperkirakan inflasi akan naik 4% tahun depan dari perkiraan bulan Mei sebesar 2,7%.

Hal ini membuat perkiraan ekonomi Eropa akan turun menjadi 2,6% dari prediksi Mei 2,7%. Lalu pada tahun 2023 sebesar 1,4%, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,3%.

Kenaikan suku bunga dinilai membuat ekonomi dunia bertumbuh dengan lambat bahkan terancam resesi. Saat resesi ekonomi tidak bertumbuh aktivitas berbagai industri akan lesu. Logam industri seperti nikel juga akan tertekan karena prospek permintaan yang lesu. Saat permintaan turun, harga pun mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Baik dari China, Harga Nikel Melonjak 2% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular