
Inflasi AS Melambung 9,1%, Harga Tembaga Tenggelam

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia melemah pada perdagangan hari ini terpukul oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat. Sementara investor khawatir permintaan akan lesu di tengah prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.
Pada Kamis (14/7/2022) pukul 15:27 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.257/ton, anjlok 1% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Dollar Index (yang mengukur greenback dibandingkan enam mata uang utama) 108,6, merupakan level tertinggi sejak Oktober 2002. Tingginya dolar membuat tembaga menjadi kurang menarik karena menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Inflasi Amerika Serikat (AS) Juni melambung ke 9,1% year-on-year/yoy. Ini adalah kenaikan terbesar sejak 1981. Angka tersebut lebih panas dibanding bulan sebelumnya 8,6% yoy dan di atas ekspektasi pasar sebesar 8,8%.
Namun, kenaikan inflasi ini dianggap bisa menjadi pemicu bagi bank sentral menaikkan suku bunganya. Bank sentral AS (Federal Reserves/The Fed) diperkirakan akan lebih agresif menaikkan suku bunga setelah rilis inflasi.
"Pada kondisi saat ini market sudah mengantisipasi banyak kabar negatif dan mulai mengatur sedikit pemosisian," kata pialang Marex Spectron dalam catatan.
Estimamsi Marex untuk tembaga di tiga bursa (LME, ShFe, dan COMEX) menunjukkan pasar telah terjadi aksi jual dan pertanyaannya apakah bisa terjadi aksi jual lebih lanjut atau bearish dari saat ini.
Menurut perangkat FedWatch milik CME group, para pelaku pasar melihat probabilitas sebesar 78,6% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin menjadi 2,5-2,75%. Sementara pada pertemuan akhir tahun, pasar melihat suku bunga The Fed bisa mencapai 3,5-3,75%.
Selain itu, bank sentral Kanada (BOC) menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 bps untuk melawan inflasi. BOC menjadi negara pertama negara G7 yang melakukan kenaikan suku bunga yang agresif dalam siklus ekonomi saat ini.
Kenaikan suku bunga dinilai membuat ekonomi dunia bertumbuh dengan lambat bahkan terancam resesi. Saat resesi ekonomi tidak bertumbuh sehingga aktivitas berbagai industri akan lesu. Ujung-ujungnya permintaan tembaga juga akan tertekan. Saat permintaan turun, harga pun mengikuti.
Tembaga dipakai dan digunakan sebagai bahan baku untuk industri properti, perlengkapan sehari-hari, infrastruktur, transportasi, dan lainnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%