Potensi Kenaikan Suku Bunga The Fed Picu Kejatuhan Dow Jones

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Kamis, 14/07/2022 18:20 WIB
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) terkoreksi tajam pada perdagangan Kamis (14/7/2022), di mana investor menunggu musim rilis kinerja keuangan dari perbankan besar di AS.

Kontrak futures indeks Dow Jones jatuh 437 poin atau 1,4%. Hal serupa terjadi indeks S&P 500 dan Nasdaq anjlok yang masing-masing sebesar 1,4% dan 1%.


Saham JPMorgan Chase jatuh lebih dari 4% di pra-pembukaan perdagangan, setelah mereka melaporkan kinerja keuangannya yang tidak sesuai dengan prediksi pasar. Morgan Stanley juga dijadwalkan akan merilis neraca keuangannya hari ini.

Indeks Harga Konsumen (IHK) di Juni melesat ke 9,1% secara tahunan dan melampaui ekspektasi analis Dow Jones di 8,8%. IHK inti yang tidak termasuk barang volatil seperti makanan dan energi naik ke 5,9% dan berada di atas prediksi pasar di 5,7%.

Selain itu, The Fed telah merilis laporan dari 12 distrik Fed yang dikenal sebagai "Beige Book" pada Rabu (13/7) yang menunjukkan kekhawatiran terhadap potensi resesi karena inflasi yang tinggi.

Inflasi yang memanas juga berdampak pada pasar obligasi AS dan mengirim imbal hasil (yield) obligasi tenor 2 tahun naik 9 basis poin (bps) ke 3,138%, sedangkan yield obligasi tenor 10 tahun jatuh 4 bps ke 2,919%. Kurva terbalik tersebut biasanya memberikan sinyal akan terjadinya resesi.

Data inflasi tersebut juga membuka peluang untuk The Fed menaikkan suku bunga acuan, di mana pasar memprediksikan adanya kenaikan sebesar 1% atau 100 bps.

"Kesimpulan untuk investor adalah kebijakan The Fed akan tetap bergantung pada data dan The Fed akan melanjutkan jalur pengetatan yang agresif sampai tekanan inflasi memuncak dengan pasti," tulis analis BCA Research di dalam risetnya dikutip CNBC International.

Dia juga menambahkan bahwa tekanan harga yang terus menerus akan menyebabkan kenaikan suku bunga acuan yang besar pada pertemuan selanjutnya di 26-27 Juli. Namun, masih ada ruang untuk perbaikan data ekonomi sebelum pertemuan pada September atau 8 pekan lagi.

Disusul oleh rilis data klaim pengangguran secara mingguan dan Indeks Harga Produsen (IHP) di Juni yang mengukur harga yang dibayar produsen untuk barang dan jasa. Kedua data tersebut akan memberikan petunjuk terhadap proyeksi ekonomi selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi