Dolar Turun dan Suku Bunga Naik, Perak Jadi Galau

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Jumat, 08/07/2022 11:38 WIB
Foto: Ilustrasi Perhiasan Perak (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Melandainya dolar Amerika Serikat (AS) menjadi pendukung. Namun, bayang-bayang resesi masih jadi pemberat. Tarik-menarik sentimen pun terjadi.

Pada Jumat (8/7/2022) pukul 10:40 WIB harga perak dunia di pasar spot tercatat US$ 19,18/ons, melemah tipis 0,06% dibandingkan harga penutupan kemarin.


Penurunan dolar AS dengan acuan dollar index memberi sentimen positif bagi perak dunia. Dollar Index tercatat 107,03 jelang siang hari ini, turun 0,1% dibanding posisi kemarin. Untuk diketahui, dollar index adalah acuan yang mengukur kekuatan dolar dengan enam mata uang lain.

Perak yang dibanderol dengan dolar cenderung lebih murah dibandingkan dengan enam mata uang lainnya. Sehingga berpotensi akan meningkatkan permintaan.

Selain itu juga saat ini perak berada di harga terendah sejak Juli 2020 atau dua tahun lalu. Ini membuat perak dianggap murah bagi para investor yang membeli sebagai lindung nilai dari inflasi yang tinggi.

Sifat perak sebagai safe haven membuatnya menjadi pilihan selain emas sebagai lindung nilai aset investor dari inflasi yang tinggi.

Namun, inflasi yang melambung saat ini jadi pemicu para bank sentral menaikkan suku bunga dengan agresif. Sebut saja bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserves/The Fed, yang sudah menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali pada paruh pertama 2022.

Tak berhenti, The Fed merencanakan untuk tetap menaikkan suku bunga guna menekan inflasi dari saat ini 8,6% ke target 2%. Sebagai aset yang tidak menawarkan imbal hasil atau bunga, kenaikan suku bunga membuat perak menjadi tidak mengkilap. Sebab biaya peluang memegang perak menjadi tinggi.

Meski bertujuan untuk menekan inflasi menaikkan suku bunga dengan agresif saat ini memiliki konsekuensi besar. Perlambatan ekonomi hingga resesi global adalah efek samping dari pengetatan kebijakan moneter tersebut.

Perak yang juga menjadi bahan baku industri terkena efek negatifnya. Resesi akan membuat aktivitas industri mandek sehingga permintaan perak juga diperkirakan akan terkikis. Saat permintaan turun, harga pun akan mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Produk Unggulan Asuransi 2025 Saat Ekonomi Penuh Tantangan