
Inflasi Bikin Dunia Kalang Kabut, Apa Sih Inflasi Itu?

Badan Pusat Statistik (BPS) awal bulan ini melaporkan inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Inflasi tahun kalender adalah 3,19%
Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017.
Kelompok volatile menjadi pemicu kenaikan inflasi yang tinggi tersebut. Kenaikan harga kelompok volatile menembus 2,51% secara bulanan dan 10,07% secara tahunan. Level tersebut menjadi yang tertinggi sejak Desember 2014 atau 7,5 tahun terakhir. Jika dilihat lagi inflasi volatile meroket di item bahan makanan yang mencapai 2,3% secara bulanan dan 9,57% secara tahunan.
Hal ini lah yang disebut cost push inflation. Kenaikan inflasi tersebut juga lebih tinggi dari konsensus Trading Economics sebesar 4,17%, tetapi jika dilihat inflasi inti justru lebih rendah.
BPS melaporkan inflasi inti tumbuh 2,63% (yoy) dari sebelumnya 2,58% (yoy), sementara konsensus di Trading Economics memperkirakan sebesar 2,72% (yoy).
Inflasi memang terus menanjak, tetapi jika dibandingkan dengan negara G20 lainnya, Indonesia masih termasuk rendah.
Inflasi di Amerika Serikat pada bulan Juni menembus 8,6% (yoy) menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Inflasi di Inggris lebih tinggi lagi yakni 9,1% (yoy) menjadi yang tertinggi sejak 1982. Jika dibandingkan dengan negara G20 lainnya, hanya China, Arab Saudi, Jepang dan Swiss yang inflasinya lebih rendah dari Indonesia.
Turki menjadi negara dengan inflasi paling tinggi diantara G20. Pada bulan Juni, inflasi di negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan tersebut tercatat melesat 78,62% (yoy) yang merupakan titik tertinggi dalam 24 tahun terakhir.
Tingginya harga minyak mentah dan komoditas energi lainnya menjadi salah satu penyumbang inflasi, selain juga harga pangan.
Inflasi sektor transportasi dilaporkan melesat lebih dari 123%, kemudian harga makanan naik nyaris 94%.
Lagi-lagi meroketnya harga-harga tersebut akibat cost push inflation.
HALAMAN SELANJUTNYA >> Bank Sentral Agresif Kerek Suku Bunga, Resesi di Depan Mata
(pap)