Internasional

Inflasi 'To The Moon'! Sri Lanka Kerek Suku Bunga 100 Bps

luc, CNBC Indonesia
07 July 2022 12:25
Para pengemudi mengantre di stasiun pengisian bahan bakar Indian Oil Corporation (IOC) di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu (2/7/2022). Sri Lanka kehabisan bahan bakar bensin dan diesel usai pengiriman pasokan ditunda tanpa kepastian. (Photo by Pradeep Dambarage/NurPhoto via Getty Images)
Foto: Para pengemudi mengantre di stasiun pengisian bahan bakar Indian Oil Corporation (IOC) di Kolombo, Sri Lanka, Sabtu (2/7/2022). Sri Lanka kehabisan bahan bakar bensin dan diesel usai pengiriman pasokan ditunda tanpa kepastian. (Photo by Pradeep Dambarage/NurPhoto via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin atau 1% untuk meredam inflasi yang menjulang dan telah memecahkan rekor.

Tingkat suku bunga pinjaman dinaikkan menjadi 15,50%, sedangkan suku bunga simpanan naik menjadi 14,50%, tertinggi dalam 21 tahun.

Adapun, inflasi Sri Lanka telah menyentuh rekor 54,6% pada Juni 2022, sementara khusus untuk inflasi makanan meningkat hingga 80,1%.

Sebelumnya, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan kepada parlemen bahwa tingkat inflasi akan mencapai 60% dalam beberapa bulan mendatang di tengah kenaikan harga komoditas dan mata uang yang menurun.

Bank sentral telah menaikkan suku bunga sebesar 850 basis poin sejak awal tahun, bahkan ketika ekonominya terkontraksi pada kuartal pertama, menandai awal dari resesi yang menyakitkan dan panjang bagi negara itu. Kegiatan ekonomi juga terhenti karena negara yang bangkrut itu meminta penduduk untuk tinggal di rumah hingga 10 Juli untuk menghemat bahan bakar.

"Dewan berpandangan bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut akan diperlukan untuk menahan peningkatan ekspektasi inflasi yang merugikan," kata CBSL dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters, Kamis (7/7/2022).

Bank sentral mengatakan kegiatan ekonomi domestik selama kuartal kedua 2022 diperkirakan akan sangat terpengaruh oleh gangguan sisi pasokan yang berkelanjutan, terutama karena kekurangan listrik dan energi.

Sementara itu, kenaikan suku bunga secara ekstrem tersebut sejatinya menjadi buah simalakama setelah negara itu menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.

Ekonomi Sri Lanka terkontraksi 1,6% pada kuartal I-2022. Hal ini terjadi karena krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya mulai berdampak pada aktivitas ekonomi.

Pemerintah gagal membayar utang luar negeri senilai US$ 51 miliar pada April lalu dan sedang dalam pembicaraan dana talangan dengan Dana Moneter Internasional (IMF). Sekitar 22 juta masyarakat Sri Lanka mengalami kekurangan kebutuhan pokok akut selama berbulan-bulan. Termasuk di antaranya adalah makanan, bahan bakar dan obat-obatan.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Menteri Resign Massal, Presiden Sri Lanka Ambil Tindakan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular