"Hantu" Resesi Terlalu Menyeramkan, Harga Nikel Drop 1%!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
05 July 2022 17:13
FILE PHOTO: A worker holds iron ore at the Krakatau Bandar Samudra port, a subsidiary of PT Krakatau Steel Tbk in Cilegon, Indonesia's Banten province February 21, 2013. REUTERS/Beawiharta/File Photo
Foto: Bijih Besi (REUTERS/Beawiharta)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nikel dunia kembali berada di posisi sebelum fase bullish pada Mei 2022, yang membawa harganya mencapai US$ 100.000/ton. Pengaruh konflik Rusia tampaknya sudah tidak menakutkan dibanding resesi dan kenaikan suku bunga.

Pada Selasa (5/7/2022) pukul 15:45 WIB harga nikel dunia tercatat US$ 22.270/ton turun 1,02% dibandingkan posisi kemarin.

Harga nikel dunia sudah kembali normal ke level sebelum kekacauan di pasar logam London (LME) yang jadi acuan global. Saat itu harga nikel bahkan menembus US$ 100.000/ton karena adanya aksi short selling oleh salah satu perusahaan nikel besar dunia asal China.

Seiring juga adanya kekhawatiran ketatnya pasokan karena sanksi ekonomi Rusia akan menahan nikelnya masuk pasar dunia. Namun demikian, soal sanksi Rusia pengaruhnya sudah tidak besar. Sehingga harga nikel tidak lagi berada di posisi tertinggi.

Bahkan meskipun persediaan di gundang LME terus menusut. Persediaan nikel di gudang yang dipantau LME pada 4 Juli 2022 sebesar 66.624 ton, turun 34,6% point-to-point sejak awal tahun ini.

Gerak harga nikel saat ini lebih 'beraura' negatif terkait kekhawatiran resesi global. Saat resesi terjadi, ekonomi akan mandek. Begitu juga dengan aktivitas industri yang jadi konsumen nikel. Akibatnya permintaan nikel diramal akan lesu.

Nathan Sheets, kepala ekonom global Citigroup mengatakan risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan.

Sheet melihat pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 2,3%, turun dari sebelumnya 2,6%. Sementara 2023 sebesar 1,7% turun dari sebelumnya 2,1%.

Pemicu resesi salah satunya adalah sikap agresif dalam menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi yang melambung. Sehingga kenaikan suku bunga pun lebih berpengaruh terhadap laju harga nikel dibanding ketatnya pasokan.

"Ekonomi global terus dilanda guncangan supply yang parah, yang membuat inflasi meninggi dan pertumbuhan ekonomi melambat. Tetapi, kini dua faktor lagi muncul, yakni bank sentral yang menaikkan suku bunga dengan sangat agresif serta demand konsumen yang melemah," kata Sheets, dilansir Yahoo Finance, Rabu (22/7/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Baik dari China, Harga Nikel Melonjak 2% Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular