Dow Futures Turun Tipis, Tanda Sentimen Pasar Belum Pulih?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Jumat, 01/07/2022 19:00 WIB
Foto: New York Stock Exchange (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat (1/7/2022), setelah indeks S&P 500 mengakhiri paruh pertama terburuknya sejak beberapa dekade.

Kontrak futures indeks Dow Jones turun 75 poin atau 0,3%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq yang melemah tipis masing-masing sebesar 0,2% dan 0,4%.

Saham Micron Technology jatuh lebih dari 4% di pra-pembukaan perdagangan setelah mengumumkan pedoman keuangan kuartal keempat di tahun fiskal yang mengecewakan.


Kuartal II-2022 atau semester I tahun ini telah berakhir pada Kamis (30/6). Secara kuartal, indeks S&P 500 anjlok lebih dari 16% dan menjadi penurunan terbesar secara kuartalan sejak Maret 2020.

Di semester I-2022, indeks acuan tersebut merosot 20,6% dan menjadi penurunan terbesar secara semesteran sejak 1970. Indeks acuan tersebut juga berada di bear market (zona penurunan) atau berada 21% di bawah rekor tertingginya sejak awal Januari.

Indeks Dow Jones dan Nasdaq juga tidak luput dari serangan tersebut. Sebanyak 30 emiten dari indeks Dow Jones kehilangan 11,3% pada kuartal II-2022 dan anjlok lebih dari 15% di sepanjang tahun ini.

Sementara itu, Nasdaq mengalami penurunan terbesar secara kuartalan sejak 2008, anjlok 22,4%. Penurunan tersebut mendorong indeks berbasis teknologi tersebut memasuki bear market lebih tajam karena ambles 32% dari rekor tertingginya sejak November. Sejak tahun berjalan ini (ytd), indeks tersebut merosot 29,5%.

Babak pertama yang curam itu terjadi setelah investor bergulat dengan inflasi yang meroket dan kebijakan moneter yang ketat. Indeks konsumsi personal (PCE) sering dijadikan tolak ukur inflasi oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), PCE inti naik 4,7% dari bulan sebelumnya dan di bawah perkiraan analis Dow Jones, tapi tetap dekat dengan rekor tertinggi beberapa dekade.

The Fed telah mengambil langkah meredam inflasi yang melonjak dengan menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) di Juni dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.

Kedua faktor tersebut telah menyebabkan kekhawatiran akan resesi meningkat. Pada kuartal pertama GDP telah terkontraksi 1,6% dan akan bertambah 1% lagi pada kuartal kedua, jika menurut alat pengukur GDPNow dari The Fed Atlanta.

"Jika ada kata yang dapat memberikan kenyamanan, itu merupakan kerugian universal pada kecepatan ini jarang terjadi pada kuartal beruntun, tapi bukan berarti mengatakan bahwa kerugian lebih lanjut tidak boleh diantisipasi," tutur Aset Manajemen Marketfield Michael Shaol dikutip CNBC International.

Dia juga menambahkan bahwa kita saat ini masih berada di tengah periode dan belum melihat tanda-tanda bahwa cuaca akan berubah lebih baik.

Hari ini, akan dirilis data ISM manufaktur AS dan angka konsumsi konstruksi yang akan dirilis pukul 10 pagi waktu setempat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sinyal Lesunya Ekonomi RI, Kredit Perbankan Melambat Lagi