
Dow Futures Ambles Lebih Dari 1%, Wall Street Waspada!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) ambles pada perdagangan Kamis (30/6/2022), di mana indeks S&P 500 bersiap untuk mengakhiri paruh pertama terburuknya selama beberapa dekade.
Kontrak futures indeks Dow Jones anjlok 363 poin atau 1,2%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq yang ambles masing-masing sebesar 1,5% dan 1,9%.
Penurunan tersebut terjadi setelah perusahaan perabot rumah tangga RH, melaporkan peringatan laba untuk setahun penuh dan bank sentral Swedia dikabarkan akan menaikkan suku bunganya. Saham RH merosot lebih dari 5% di pra-pembukaan perdagangan.
"Kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang lambat, prospek Earnings Per Share (EPS) yang pudar, serta pengetatan moneter yang berlangsung telah membebani sentimen ekuitas selama berbulan-bulan dan menyebabkan kekhawatiran lagi hari ini," tulis Analis Vital Knowledge Adam Crisafulli dalam catatan yang dikutip CNBC International.
Investor masih menunggu rilis inflasi, di mana indeks Personal Consumption Expenditures (PCE) akan dirilis pukul 08:30 pagi waktu setempat. PCE biasanya dijadikan tolak ukur The Fed untuk mengukur inflasi dan diprediksikan akan menunjukkan peningkatan secara tahunan ke 4,8% di Mei, jika mengacu pada poling analis Dow Jones.
Indeks Dow Jones dan S&P 500 berada di jalur terburuknya selama tiga bulan sejak kuartal pertama di 2020 ketika penguncian karena Covid-19 dan mengirim indeks saham melemah. Sementara itu, indeks berbasis teknologi Nasdaq anjlok lebih dari 20% selama tiga bulan terakhir dan menjadi penurunan terburuk sejak 2008.
Indeks S&P 500 juga berada di jalur peruh pertama terburuknya sejak 1970.
"Kombinasi penguncian karena Covid-19 dan perang antara Rusia-Ukraina telah mengeskalasi volatilitas lebih lanjut, sehingga investor menjadi semakin khawatir tentang kemungkinan resesi global tahun depan," tutur Ketua Investasi Comerica Wealth Management John Lynch.
The Fed telah mengambil langkah yang agresif untuk meredam inflasi yang menyentuh level tertinggi sejak 40 tahun.
Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa dia setuju dengan kenaikan 75 basis poin pada suku bunga acuan di pertemuan Juli jika kondisi ekonomi saat ini bisa bertahan. Pada awal Juni, The Fed menaikkan suku bunga menjadi 3,5% dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.
Investor cemas terhadap keagresifan The Fed akan membawa ekonomi AS ke jurang resesi.
"Kami tidak percaya pasar saham telah menyentuh level terendahnya dan kami melihat penurunan akan berlanjut. Investor sebaiknya memegang uang tunai yang banyak sekarang," kata Ketua Sanders Morris Harris George Ball.
Dia juga menambahkan bahwa indeks S&P 500 mencapai titik terendah di sekitar 3.100 karena tindakan agresif The Fed, tapi diperlukan untuk memerangi inflasi yang dapat menekan pendapatan perusahaan dan mendorong saham-saham lebih rendah.
Ketiga indeks utama berada di jalurnya untuk mengakhiri bulan ini dengan penurunan. Indeks Nasdaq anjlok tiga bulan beruntun dan indeks yang paling terpukul karena investor beralih dari aset yang bergantung pada pertumbuhan.
Nasdaq telah anjlok lebih dari 30% dari rekor tertingginya sejak 22 November 2021. Beberapa perusahaan teknologi besar telah melaporkan penurunan sahamnya di sepanjang tahun ini, seperti Netflix ambles 70%. Sedangkan, saham Apple dan Alphabet anjlok asing-masing 22% dan saham Meta perusahaan induk Facebook merosot 51%.
Hari ini, investor akan disibukkan dengan rilis data pengangguran secara mingguan. Disusul oleh data upah personal dan data konsumsi masyarakat AS.
Selain itu, musim rilis kinerja keuangan akan dihiasi oleh Constellation Brands dan Walgreens Boots Alliance sebelum perdagangan dibuka, serta Micron yang dijadwalkan akan merilis kinerja keuangan setelah perdagangan ditutup.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?