Giliran Para Ahli Dipanggil Panja GOTO, Begini Jawabannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Usai Panitia Kerja (Panja) Investasi BUMN di Perusahaan Digital memanggil Direktur Utama PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Ririek Adriansyah dan Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulyana Syam, Komisi VI memanggil ahli untuk mengetahui soal investasi ini.
Para Ahli yang diundang Panja ini antara lain Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang dan Dina Dellyana, Assistant Professor Entrepreneurship and Technology Management Interest Group, SBM ITB. Usai keduanya memaparkan pandangan mereka soal investasi Telkomsel di GOTO, kedua orang ini diberondong pertanyaan oleh Anggota Panja.
"Jadi, menurut Anda, saham GOTO ini bagus untuk investasi atau tidak? Kan GOTO masih rugi?," tanya Evita Nursanty, anggota panja Komisi VI dari Fraksi PDIP.
Anggota panja lainnya dari Fraksi PDIP, Harris Turino mempertanyakan metode valuasi yang digunakan Edwin Sebayang dalam menyusun perkiraan. "Jika forecast Anda benar, artinya kapitalisasi pasar GOTO bisa mencapai lebih dari Rp 560 triliun. Apakah masuk akal? Wahh, berarti kita harus beli saham GOTO dari sekarang dong," katanya yang disambut gelak tawa anggota lainnya.
Gde Sumarjaya Linggih, Fraksi Golkar bahkan mempertanyakan apakah mungkin ada conflict ofinterest di manajemen karena ada saudara Menteri di Goto. "Apakah ada conflict interest, atau ini biasa saja? Bagaimana pendapat kedua pakar ini? Apakah ada intervensi kekuasaan soal bisnis GOTO ini?" tegas Gde Sumarjaya.
Sejumlah anggota Panja mencecar dua narasumber terkait duit investasi Telkomsel yang digunakan GOTO untuk buyback (pembelian kembali) saham milik investor lama. Anggota Panja beralasan kinerja GOTO masih merugi sehingga tidak mungkin mampu buyback.
"Dari pemaparan pakar sebelumnya, kami mendapatkan penjelasan bahwa duit Telkomsel digunakan untuk buyback. Tanpa investasi Telkomsel, maka tidak akan ada merger dan buyback. Bagaimana tanggapan anda?" kata Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra.
Jawaban Ahli
Menurut Edwin, investasi Telkomsel di PT GoTo Gojek Tokopeda tidak perlu dicari-cari permasalahan. Pasalnya, investor asing pun banyak berinvestasi di GoTo bahkan sampai mendominasi.
Dia menjabarkan ada 4 alasan mengapa startup merah putih seperti Gojek dan Tokopedia menjadi incaran investor asing. Pertama, potensi ekonomi digital Indonesia yang sangat besar. Kedua, adanya pertumbuhan perusahaan startup yang cepat dan mempunyai potensi bisnis berkelanjutan. Apalagi, ekonomi digital dipercaya merupakan bisnis masa depan. •
Ketiga, adanya potensi jangka panjang mendapatkan keuntungan besar, baik dari sisi pendapatan maupun valuasi perusahaan. Hal ini berkaca pada pengalaman startup digital di luar negeri.
Keempat, ada peluang sinergi dan kolaborasi yang saling menguntungkan, menghasilkan sumber pendapatan baru dengan memanfaatkan aset dari investor dan perusahaan startup.
Sementara itu, menurut Dina Dellyana, cara pandang soal buyback adalah keliru. GOTO akan tetap mampu melakukan buyback menggunakan uang sendiri (self financing), tanpa menggunakan dana investasi dari Telkomsel.
"Cara mengujinya sangat gampang. Bapak/Ibu bisa melihat data laporan keuangan GOTO maupun prospektus saat mereka IPO. Di situ terlihat jelas kemampuan keuangan mereka," katanya menjawab pertanyaan Panja.
Telkomsel investasi Rp 2,1 triliun pada November 2020. Posisi kas GOTO pada akhir 2020 adalah senilai Rp 15,3 triliun.
"Dengan masuknya investasi pertama Telkomsel sebesar Rp 2,1 triliun di November 2020 tersebut, investasi Telkomsel tersebut cuma menyumbang 13,7% terhadap total kas GOTO. Kasarnya, arus kas GOTO sangat kuat bahkan tanpa ada investasi dari Telkomsel," papar Dina.
(RCI/dhf)