Alert! Dow Futures Ambles 1% Lebih, Ada Apa?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
22 June 2022 18:30
Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) in New York City, New York, U.S., December 4, 2018.  REUTERS/Brendan McDermid
Foto: Trader bekerja di lantai di New York Stock Exchange (NYSE) di New York City, New York, AS, 4 Desember 2018. REUTERS / Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Rabu (22/6/2022), padahal mayoritas indeks sempat menguat pada sesi sebelumnya.

Kontrak futures indeks Dow Jones jatuh 420 poin atau ambles 1,4%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq yang anjlok masing-masing sebesar 1,6% dan 1,8%.

Sebelumnya, di pasar reguler pada Selasa (21/6), indeks Dow Jones melesat 641 poin atau naik 2,15%. Sedangkan, indeks S&P 500 terapresiasi 2,45% dan menjadi hari terbaiknya sejak 4 Mei. Kenaikan tersebut terjadi setelah indeks acuan tersebut tenggelam 5,79% pekan lalu dan menjadi pekan terburuknya sejak Maret 2020.

Sementara, Nasdaq lompat 2,51% kemarin, setelah mengalami penurunan selama sepuluh pekan.

Tumbuhnya kekhawatiran bahwa ekonomi akan memasuki jurang ekonomi telah membebani pasar saham. Pekan lalu, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga sebanyak 75 basis poin (bps) dan menjadi kenaikan terbesar sejak 1994.

Hal tersebut dilakukan untuk meredam inflasi yang telah melonjak ke posisi tertinggi sejak 40 tahun.

"Kami tidak melihat AS atau resesi global tahun 2022 atau 2023, tapi jelas bahwa resiko mendarat dengan keras (hard landing) meningkat. Bahkan, jika ekonomi benar-benar tergelincir ke dalam resesi, bagaimanapun, itu akan dangkal mengingat kekuatan konsumen dan neraca bank," tutur salah satu Analis di UBS dalam sebuah catatan kepada klien yang dikutip dari CNBC International.

Sementara itu, Goldman Sachs yakin bahwa potensi resesi semakin mungkin untuk ekonomi AS.

Mengacu pada catatan perseroan tersebut bahwa alasan utamanya yaitu jalur pertumbuhan ekonomi lebih rendah dan mereka semakin khawatir bahwa The Fed akan merasa terdorong untuk menanggapi inflasi inti dan inflasi konsumen jika harga energi naik lebih jauh. Bahkan, jika aktivitas ekonomi melambat tajam.

Reli pada Selasa (21/6), menimbulkan pertanyaan apakah tindakan tersebut merupakan bantuan jangka pendek setelah berminggu-minggu ada aksi jual atau perubahan sentimen.

Penguatan kemarin berbasis luas, di mana 11 emiten dari indeks S&P 500 mencatatkan kenaikan. Sektor energi memimpin kenaikan karena sahamnya melesat 5,8%.

Ketua The Fed Jerome Powell akan memberikan pernyataannya di hadapan kongres hari ini. Selain itu, KB Home akan merilis kinerja keuangan setelah perdagangan ditutup hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular