Bos Sawit Sumringah, Harga CPO Naik Lagi 0,42%

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
Rabu, 22/06/2022 09:50 WIB
Foto: Ilustrasi Kelapa Sawit (REUTERS/Luis Echeverria)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Malaysia kembali naik tipis di sesi pembukaan perdagangan Rabu (22/6/2022). Banyaknya kapitalis negatif terjadi di pasar nabati, sehingga menekan pergerakan harga CPO.

Mengacu pada Refinitiv, pukul 08:30 WIB harga CPO di banderol di level MYR 5.001/ton atau naik tipis 0,42%.

Di sepanjang pekan ini, harga CPO masih drop 11,6% dan ambles 20,12% secara bulanan. Namun, harga CPO masih melesat 45,17% secara tahunan (yoy).


Secara teknis, analis Reuters, Wang Tao, menilai harga CPO hari ini kemungkinan akan turun menuju titik target MYR 4.588/ton karena diproyeksikan harga CPO akan menembus titik support di MYR 4.896/ton.

Sumber: Refinitiv

Minyak sawit berjangka Malaysia berakhir datar pada Selasa (21/6) karena tertekan oleh ekspor CPO Indonesia yang lebih tinggi dan kekhawatiran akan permintaan yang turun di negara importir utama.

Kontrak minyak sawit di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup datar ke MYR 4.980/ton (US41.133,99/ton) dari MYR4.981/ton pada hari sebelumnya.

Seperti di wartakan Reuters, seorang pedagang berbasis di Kuala Lumpur mengatakan bahwa kontrak minyak sawit mengalami penurunan karena penguncian di China yang dapat menyebabkan permintaan yang lebih rendah, serta ekspor CPO Indonesia yang meningkat untuk mengurangi kelebihan cadangan minyak sawit di negaranya.

Pejabat kementerian perdagangan Oke Nurwan melaporkan bahwa Indonesia telah mengeluarkan izin ekspor CPO sebanyak 894.481 ton di bawah skema Domestic Market Obligation (DMO) per hari ini.

Di bawah DMO, sebuah perusahaan menerima kuota ekspor berdasarkan volume penjualan lokal mereka.

Selain skema DMO, pemerintah mengeluarkan izin ekspor produk sawit sebanyak 613.188 ton dalam program percepatan ekspor dengan alokasi kuota 1,16 juta ton. Jika dijumlahkan, maka ekspor yang telah di setujui sebanyak 1,5 juta ton.

Dari sisi permintaan, penguncian di China masih menjadi kapitalis negatif terhadap pasar nabati, khususnya CPO karena China merupakan negara importir terbesar CPO. Mengutip Worldometers, saat ini ditemukan 949 kasus Covid-19 aktif di China. Shanghai dan Beijing masih menjadi hotspot. Pemerintah China memberlakukan kebijakan zero Covid-19. Artinya, begitu terjadi kenaikan kasus di suatu wilayah maka akan langsung di-lockdown.

Selain itu, harga minyak kedelai anjlok 3,7% dan harga kedelai ambles 2% di Chicago Board of Trade kemarin, sehingga mempengaruhi pergerakan harga CPO.

Minyak sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Adu Strategi Sawit RI di Tengah Tekanan Ekonomi Global