Harga CPO Turun Akibat Upaya Diplomatik Perang Israel Hamas

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
24 October 2023 09:45
Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau turun di sesi awal perdagangan jelang pembukaan awal pekan, Senin (24/10/2023) melanjutkan tren penurunan sejak perdagangan pekan lalu.

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau melemah 0,39% di posisi MYR 3.738 per ton pada pukul 07:43 WIB. Dengan perlemahan ini, harganya semakin konsisten berada di level 3.700.

Pada perdagangan Senin (23/10/2023) harga CPO ditutup turun 0,47% ke posisi MYR 3.753 per ton. Dengan ini, perdagangan harga CPO secara sepanjang Oktober turun 0,37%, serta masih mengalami koreksi tajam hingga 10% sepanjang tahun ini.

Penurunan harga CPO terjadi seiring dengan melemahnya harga minyak nabati dan minyak mentah global, meski data ekspor masih kuat dan ringgit Malaysia melemah. Kepala penelitian komoditas Sunvin Group, Anilkumar Bagani mengatakan "Minyak sawit juga turun karena pergerakan yang lesu di pasar minyak Rapeseed Eropa pada hari Jumat."

Harga minyak mentah turun lebih dari US$1 per barel akibat upaya diplomasi yang meningkat selama akhir pekan untuk membendung konflik antara Israel dan Hamas. Penurunan tensi ini mengurangi kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas di Timur Tengah yang merupakan wilayah kaya minyak, sehingga mengurangi ancaman pasokan.

Harga minyak kelapa sawit memiliki korelasi dengan minyak mentah dunia, sebab CPO juga dapat diolah menjadi biodiesel sebgai bahan bakar kendaraan. "Kinerja ekspor minyak sawit yang kuat pada 1-20 Oktober dan pembelian minyak sawit India yang lebih kuat serta ringgit yang lebih lemah telah membatasi penurunan ini," kata Bagani.

Ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-20 Oktober diperkirakan meningkat antara 7,9 - 9,9% dibanding bulan sebelumnya, berdasarkan data AmSpec Agri Malaysia dan Intertek Testing Services.

Ringgit Malaysia, mata uang kontrak perdagangan turun 0,27% terhadap dolar, menjadikan minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.


(mza/mza)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sawit RI Kena Serang Eropa Terus, Gimana Sahamnya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular