Jam Perdagangan Bursa Jelang Endemi, PMN ADHI Hingga Perumnas

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Jumat, 17/06/2022 07:58 WIB
Foto: Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (9/5/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,62% ke 7.050,33 pada perdagangan Kamis (16/6/2022).

IHSG konsisten bergerak di zona hijau sejak awal perdagangan. Indeks di sesi I melesat 1,62%. Namun di sesi II, IHSG memangkas penguatan.

Asing mencatatkan inflow di pasar saham domestik dengan net buy senilai Rp 392 miliar di pasar reguler.


Saham BMRI dan BBCA menjadi yang paling banyak diborong asing dengan net buy Rp 314 miliar dan Rp 138 miliar.

Sedangkan saham paling banyak dilepas asing adalah saham BBNI dan ANTM dengan net sell sebesar Rp 104 miliar dan Rp 62 miliar.

IHSG masih kuat melesat ketika banyak indeks saham Asia justru tertekan. Indeks Nikkei 225 menemani IHSG di zona hijau dengan apresiasi 0,4%.

Simak kabar emiten sebelum memulai perdagangan pada hari terakhir pekan ini, Jumat (17/6/2022).

1. BEI Buka Opsi Kembalikan Jam Perdagangan Bursa Lebih Cepat

Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini tengah mengkaji pengembalian jam perdagangan saham seperti sebelum pandemi. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu pernyataan resmi dari pemerintah terkait status pandemi covid-19.

"Sedang dikaji bersama dengan OJK terkait hal ini sekalian menunggu pandemi dinyatakan resmi berakhir," ujarnya kepada wartawan, Kamis (16/6/2022).

Laksono mengungkapkan, pengembalian waktu perdagangan juga dapat lebih cepat, bahkan sebelum pengumuman status endemi. Namun, kebijakan tersebut bergantung dari hasil akhir penilaian regulator pasar modal. "Atau bisa juga lebih awal tergantung assesment bersama SRO dan OJK," ucapnya.

Ia menyebut, tidak ada tenggat waktu terkait pemberlakuan jam perdagangan seperti semula saat sebelum pandemi. "Tidak ada deadline spesifik karena situasinya bisa berubah sewaktu-waktu," ungkapnya.

Sebagai informasi, BEI telah mengurangi jam perdagangan saham sejak pandemi covid-19 melanda. Sebelum pandemi, Bursa mengatur jam perdagangan sejak 09:00 WIB dan ditutup pada 16:00 WIB dengan jeda istirahat Antara 12.00-13.00 WIB.

Selain jam perdagangan, BEI juga bakal mengembalikan aturan autoreject. Jika situasi sudah normal, autoreject bawah (ARB) bakal dikembalikan lagi ke aturan simetris.

Auto reject asimetris adalah batas penolakan sistem perdagangan yang batas kenaikan maksimum saham (batas atas) dan batas penurunan maksimum (batas) bawah tidak sama.

Sebaliknya auto reject simetris adalah batas atas dan batas bawahnya sama. Biasanya dalam keadaan normal, auto reject simetris yang berlaku sebagaimana pernah dilakukan BEI pada September 2016.

Mengacu Surat Keputusan Direksi BEI Kep-00096/BEI/08-2015 tentang Perubahan Batasan Auto Rejection, batasan auto reject yakni:

- Saham dengan rentang harga Rp 50-Rp 200: batasan auto rejection 35% (naik & turun)

- Saham dengan rentang harga Rp 200-Rp 5.000: batasan auto rejection 25% (naik & turun)

- Saham dengan Rp 5.000 ke atas: batasan auto rejection 20% (naik & turun)

Sementara itu, untuk saham yang baru pertama kali diperdagangkan (hari pertama listing di BEI) di pasar sekunder, batasan auto rejection yang berlaku adalah dua kali lipatnya yakni 70% untuk rentang harga Rp 50-Rp 200, 50% untuk rentang harga Rp 200-Rp 5.000, dan 40% untuk saham dengan harga di atas Rp 5.000.

"Kalau (kondisi) sudah normal, ya, harus dikembalikan lagi ARB supaya simetris," pungkas Laksono.

2. IFG Life Akan Terima Pengalihan Liabilitas Jiwasraya Rp 6,4 T

PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) akan menerima kembali pengalihan liabilitas dari PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Robertus Billitea menyebut, aset Jiwasraya yang sudah dialihkan ke IFG Life pada 2021 mencapai Rp 1,5 triliun dan liabilitas mencapai Rp 20,8 triliun

Robertus menargetkan, pada Juni 2022 akan menerima pengalihan sisa liabilitas dari PT Asuransi Jiwasraya (Persero) senilai Rp 6,4 triliun pada Juni 2022. "Ada sisa portofolio yang akan kami alihkan dalam waktu dekat ini itu sekitar Rp 6,4 triliun," ujarnya dalam RDP Komisi VI DPR RI, Kamis (16/6/2022).

Robertus mengungkapkan, terdapat polis ritel kecil yang harus diversivikasi. Namun, pihaknya telah berkoordinasi dengan Jiwasraya dan para pemegang polis. "Sampai saat ini pencarian alamat dan data mereka terus diintensifkan. Kalau sudah dapat respon pemegang polis sudah diverifikasi data-datanya akan dialihkan ke IFG Life," tuturnya.

Robertus merincikan, per April 2022, aset yang dialihkan pada IFG Life mencapai Rp 4,5 triliun dan liabilitas mencapai Rp 21,9 triliun. Sedangkan jumlah polis yang telah ditransfer sebanyak 156.266 polis. "Sisa portofolio yang belum dialihkan terdiri atas aset Rp 7,4 triliun, liabilitas Rp 15,9 triliun, dan jumlah polis 167.239 polis," imbuhnya.

Namun, kata Robertus, agar dapat menerima pengalihan sisa portofolio itu, Robertus menuturkan, holding akan kembali meningkatkan permodalan IFG Life senilai Rp 6,7 triliun yang berasal dari fundraising yang dihimpun dari pinjaman sindikasi Himpunan Bank Milik Negara (Himbara)

"Funding sudah tersedia dan izin OJK sudah kami peroleh. Mudah-mudahan 1-2 minggu ke depan kami bisa tingkatkan modalnya ke IFG Life," pungkasnya.

3. Adhi Dijadwalkan Peroleh Efektif Rights Issue Pada Agustus

PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) resmi mendapat restu dari pemegang saham untuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Aksi korporasi ini merupakan rangkaian dari penyertaan modal negara (PMN) yang bakal ADHI terima.

Direktur Utama ADHI Entus Asnawi Mukhson pada bulan ini, Adhi Karya masih melaksanakan berbagai proses, termasuk meminta persetujuan DPR untuk Right Issue. Hingga akhir Juni, setidaknya ADHI masih harus melakukan berbagai proses termasuk penetapan lembaga penunjang, dan penentuan kisaran harga.

"Kami berharap pernyatan efektif OJK pada pekan ketiga Agustus sehingga pencatatan di BEI sudah bisa dilakukan pada pekan pertama September," jelas Entus dalam RDP bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (16/6/2022).

Hingga saat ini, Adhi Karya sudah berhasil mendapatkan surat Menteri BUMN dan Komite Privatisasi, serta Kemenkeu. Rekomendasi dari Menkeu dan Komite Privatisasi, melaporkan keterbukaan informasi tentang rencana HMETD, RUPS Persetujuan HMETD, dan juga rapat dengar pendapat (RDP) dengan komisi VI.

"Setelah RDP hari ini dengan komisi VI akan memproses lembaga penunjang dalam proses right issue, akan menetapkan kisaran harga, oleh Kemenkeu dan Lembaga Privatisasi dengan dipimpin Kemenko. Kami berharap surat efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Agustus, sehingga September bisa menerima dana untuk right issue," jelas Entus.

Untuk diketahui, restu Adhi Karya untuk Right Issue sudah disetujui setelah ADHI menggelar RUPS Tahunan, Kamis (7/4/2022). Direktur Utama ADHI Entus Asnawi Mukhson berkata, kesepakatan rights issue sudah diperoleh dari RUPST tanpa kendala.

"Dana rights issue sebesar Rp 1,898 triliun nanti akan dialokasikan sebagian untuk memenuhi kekurangan setoran tiga proyek yang didanai PMN, karena yang dialokasikan itu hanya 72%-nya, jadi ada angka yang diambil dari rights issue," kata Entus.

HMETD akan dilakukan dengan menerbitkan maksimal 7,12 miliar lembar saham Seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham.

Nantinya, selain untuk menambah pendanaan tiga proyek yang didanai PMN, dana hasil penambahan modal juga akan digunakan ADHI demi membangun fasilitas pengelolaan limbah terpadu di Medan.

4. Masih Rugi Triliunan, Waskita Tak Bagikan Dividen

Manajemen perusahaan konstruksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2021. SVP Corporate Secretary Waskita Karya Novianto Ari Nugroho mengatakan, hal itu disebabkan lantaran kinerja keuangan masih mengalami kerugian.

"Tidak ada dividen karena kita belum untung ya," ujarnya di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Kamis (16/6/2022).

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), kerugian BUMN tersebut disebabkan oleh penurunan pendapatan perseroan sepanjang 2021 turun Rp 12,24 triliun, dari sebelumnya Rp 16,19 triliun pada 2020.

Segmen bisnis utama Waskita Karya mengalami penurunan pendapatan menjadi Rp 10,14 triliun dari sebelumnya Rp 14,23 triliun. Penjualan precast juga turun signifikan menjadi Rp 381 miliar dari sebelumnya Rp 764 miliar. Sedangkan bunga dari jasa konstruksi dan pendapatan jalan tol tercatat naik.

Meski pendapatan turun drastis, perusahaan mampu memangkas kerugian secara signifikan dari sebelumnya Rp 7,36 triliun tahun 2020, kemudian berkurang hingga 85% menjadi rugi Rp 1,09 triliun.

Terpangkasnya kerugian Waskita salah satunya karena perusahaan mampu menekan beban pokok penjualan hingga nyaris sepertiga menjadi Rp 10,35 triliun dari semula mencapai Rp 15,13 triliun. Selain itu, perusahaan juga mampu menekan beban umum dan administrasi yang nilainya berkurang nyaris setengahnya dari semula Rp 4,33 triliun menjadi Rp 2,26 triliun sepanjang tahun lalu.


(vap/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor

Pages