
Emiten Sariaatmadja Jadi yang Tercuan, ASHA Masuk Losers Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup positif pada perdagangan Kamis (16/6/2022) kemarin, merespons keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang secara agresif menaikkan suku bunga acuan demi meredam inflasi.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,62% ke posisi 7.050,326. Sejatinya, IHSG pada perdagangan kemarin terbilang positif di mana pada penutupan perdagangan sesi I kemarin, IHSG sempat ditutup melesat hingga 1,62%. Bahkan IHSG sempat menyentuh zona tertinggi intraday-nya di 7.138,496.
Namun pada perdagangan sesi II, penguatan IHSG cenderung terpangkas dan pada akhirnya gagal menembus level psikologisnya di 7.100.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 18 triliun dengan melibatkan 29 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 326 saham menguat, 206 saham melemah, dan 154 saham stagnan.
Sejalan dengan IHSG yang cenderung cerah, investor asing juga melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 397,52 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin.
Di tengah rebound-nya IHSG kemarin, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten perhotelan, properti, dan penyewaan kendaraan yakni PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) masih bertengger di jajaran top gainers, di mana saham ESTA sudah masuk di jajaran top gainers sejak perdagangan Rabu lalu.
Saham ESTA ditutup melejit 14,85% ke harga Rp 1.160/saham pada perdagangan kemarin. Nilai transaksi saham ESTA pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 26,1 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 23,53 juta lembar saham. Namun, investor asing melepas saham ESTA sebesar Rp 206,42 juta di pasar reguler.
Perseroan akan terus melakukan ekspansi bisnisnya ke sektor properti. ESTA juga akan mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan properti dan pengelolaan hotel yakni PT Esta Prima Investama (EPI) senilai Rp 160 miliar.
Kepastian aksi korporasi atau corporate action tersebut sejalan dengan rencana Penambahan Modal perseroan melalui rights issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang sudah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 9 Juni lalu.
ESTA menjadwalkan periode cum date rights issue tersebut di pasar reguler pada 17 Juni mendatang. Sedangkan Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak memperoleh HMETD atau periode recording date akan dilaksanakan pada 21 Juni mendatang.
Selain saham ESTA, terdapat pula saham emiten media pemilik stasiun televisi SCTV dan Indosiar yakni PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), yang harganya melesat 11,54% ke posisi harga Rp 232/saham. SCMA merupakan emiten Grup Emtek yang dimiliki oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja.
Nilai transaksi saham SCMA pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 137,97 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 609,34 juta lembar saham. Seperti di saham ESTA, asing juga melepas saham SCMA sebanyak Rp 2,32 miliar di pasar reguler.
Melesatnya harga saham SCMA terjadi setelah platform over the top (OTT) milik SCMA yakni Vidio memperoleh pendanaan sebesar US$ 45 juta atau sekitar Rp 663 miliar dari beberapa mitra strategis seperti Grup Sinarmas yakni PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) lewat anak usahanya PT DSST Mas Geming (DSST).
Selain Grup Sinarmas, ada juga Grab Holding limited melalui entitas anaknya Grab LA Pte Ltd dan PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT), entitas anak klub sepak bola Bali United milik konglomerat Pieter Tanuri.
CEO Vidio, Sutanto Hartono mengatakan dengan pendanaan tersebut akan digunakan untuk menambah konten-konten premium terbaik. Selain itu juga meningkatkan fitur dan kualitas dari Vidio.
"Dengan dana baru, kami akan meningkatkan komitmen kepada pengguna kami dengan terus menambah konten-konten premium terbaik, serta meningkatkan fitur dan kualitas platform agar menjadi platform lokal paling andal dan paling banyak ditonton di Indonesia," jelas Sutanto, dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (15/6/2022) lalu.
"Selain penayangan Liga Inggris di bulan Agustus dan Piala Dunia di bulan November secara eksklusif, kami juga akan lebih agresif lagi merilis local original series dan Vidio Sinetron berkualitas untuk menghibur penonton streaming di Indonesia," tambahnya.