
Sinyal Resesi AS Kian Nyata, Dow Futures Runtuh!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) terkoreksi di perdagangan Senin (13/6/2022), di mana indeks S&P 500 berada di jalur untuk jatuh kembali ke wilayah bear market (zona penurunan) dan mungkin ke level terendah baru di tahun ini.
Lonjakan imbal hasil (yield) obligasi jangka pendek meningkatkan sentimen negatif karena investor masih terhuyung-huyung dari laporan inflasi yang kian panas dan bersiap untuk pertemuan penting bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada akhir pekan ini.
Pada Jumat (10/6), indeks S&P 500 jatuh 2,3%, berada 19% dari rekor tertingginya dan sekitar 2,4% di atas penjualan terendah di bulan lalu. Secara keseluruhan indeks S&P 500 berada di bear market dan berada 20% dari rekor tertingginya.
Kontrak futures indeks Dow Jones turun 573 poin atau 1,8%. Hal serupa terjadi pada indeks Nasdaq dan S&P 500 anjlok sebesar 2,9% dan 2,06%.
Hari ini, yield obligasi tenor 2 tahun naik 15 basis poin ke 3,2% dan menyentuh rekor tertinggi sejak 2007 karena investor bertaruh bahwa The Fed akan lebih agresif untuk mengendalikan inflasi. Di perdagangan hari ini, tenor 2 tahun sempat di perdagangkan di atas tenor 10 tahun untuk pertama kalinya sejak April atau disebut inversi imbal hasil yang dilihat sebagai indikator resesi.
Mayoritas indeks utama pekan lalu mencatat penurunan mingguan terbesar sejak akhir Januari. Indeks Dow Jones dan S&P 500 anjlok yang masing-masing sebesar 4,6% dan 5,1%. Sedangkan, Nasdaq kehilangan 5,6%.
Sebagian dari kerugian itu terjadi pada Jumat (10/6), ketika data inflasi AS melebihi ekspektasi membuat investor ketakutan. Indeks Dow Jones terkoreksi 880 poin atau 2,7%. Sementara, indeks S&P 500 dan Nasdaq kehilangan masing-masing sebesar 2,9% dan 3,5%.
Biro Statistik Tenaga Kerja melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) AS per Mei mencapai 8,6% secara tahunan (yoy), kenaikan tercepat sejak Desember 1981. IHK inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi juga berada di atas perkiraan sebesar 6%.
Selain itu, rilis indeks sentimen konsumen dari Universitas Michigan tercatat pada rekor terendah 50,2.
Harga bahan bakar melonjak US$5/galon pada pekan lalu, semakin mengipasi ketakutan atas kenaikan inflasi dan jatuhnya kepercayaan konsumen.
Bitcoin jatuh di bawah US$24.000 pada hari ini setelah berakhir di atas US$29.000 pada Jumat (10/6) karena investor menghindari aset berisiko dan membuang kripto di tengah kenaikan suku bunga.
The Fed diperkirakan akan mengumumkan setidaknya setengah poin kenaikan suku bunga pada hari Rabu waktu setempat. Sebagai informasi, The Fed telah menaikkan suku bunga dua kali tahun ini, termasuk kenaikan 50 basis poin pada Mei. Beberapa analis memperkirakan bahwa The Fed bahkan bisa menaikkan suku bunga hingga 0,75% pekan ini.
"Sentimen investor dan konsumen keduanya memburuk. Tapi kali ini, penurunan yang meluas mungkin tidak berguna sebagai sinyal bullish kontrarian seperti di masa lalu. Peluang meningkat menjadi 45% terhadap resesi ringan yang naik dari perkiraan sebelumnya hanya 40%," tutur Ketua Yardeni Research Ed Yardeni dikutip dari CNBC International.
Saham-saham mengalami tahun yang sulit karena kekhawatiran resesi meningkat seiring dengan IHK, di mana indeks Dow Jones anjlok 13,6% di sepanjang tahun ini.
Nasdaq masuk ke bear market dan jatuh 27,5% di sepanjang tahun ini dan diperdagangkan 30% di bawah rekor tertingginya di November.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?