Terungkap, Suku Bunga Jadi Biang Keladi Bubble Burst Startup

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi di Amerika Serikat (AS) memang menjadi momok. Dampak yang ditimbulkan pun bersifat sistemik.
Bank sentral AS, The Fed, merespon kenaikan inflasi dengan kebijakan suku bunga acuan. Bahkan, saking tingginya inflasi, The Fed akan tetap menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini. Bahkan pasar melihat ada peluang The Fed menaikkan suku bunga hingga 75 basis poin (bps) saat pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/6/2022) nanti.
Pandu Sjahrir, penggiat startup sekaligus CEO Electrum menyebut, dampak dari kenaikan suku bunga acuan salah satunya adalah munculnya sinyal bubble burst perusahaan rintisan (startup) November-Desember tahun lalu.
Kenaikan suku bunga membuat cost of capital naik. "Orang jadi nggak tahu bakal di mana, investor pun lari," ujar Pandu dikutip Senin (13/6/2022).
Investor mulai memilih aset yang lebih aman ketimbang investasi di perusahaan startup. Wajar, investasi di perusahaan ini memang memiliki risiko yang lebih tinggi. Sehingga, komoditas, logam mulia dan asset class yang lain menjadi incaran para investor.
"Perusahaan teknologi yang high growth dan benefit dari low cost mengalami perubahan. Ini karena banyak investor yang lari," terang Pandu.
Sekadar informasi, laju inflasi di AS bulan lalu meningkat 8,6% secara year on year (yoy), lebih tinggi dari perkiraan pasar di 8,3% yoy.
Data inflasi terbaru membuat pasar makin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif.
Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,25-1,5% adalah 76,8%.Bahkan, kenaikan 75 bps ke 1,5%-1,75% juga masuk perhitungan dengan kemungkinan 23,2%.
[Gambas:Video CNBC]
Dadah Uang Murah...
(RCI/dhf)