Di AS Bensin Mahal, Shanghai Lockdown Lagi! Kacau Dunia...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 June 2022 06:34
Antre BBM di AS
Foto: Pelanggan mengantre untuk membeli bahan bakar di Duck-Thru di Scotland Neck, NC, pada hari Selasa, 11 Mei 2021. (Robert Willett / The News & Observer via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia anjlok pada perdagangan pagi ini. Jika koreksi bertahan hingga penutupan perdagangan, maka harga si emas hitam resmi turun tiga hari beruntun.

Pada Senin (13/6/2022) pukul 06:02 WIB, harga minyak jenis brent tercatat US$ 120/barel. Berkurang 1,65% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.

Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 118.73/barel. Turun 1,61%.

Kekhawatiran investor terhadap risiko penurunan konsumsi membebani harga minyak. Di Amerika Serikat (AS), inflasi pada Mei 2022 mencapai 8,6% year-on-year (yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1981 atau 41 tahun.

Harga energi membuat inflasi meninggi. Inflasi komponen energi tercatat 34,6% yoy, tertinggi sejak 2005. Penyebabnya adalah kenaikan harga bensin, gas, dan listrik.

Apabila harga bensin terus tinggi, dikhawatirkan konsumsi akan berkurang. Akibatnya, harga minyak tentu terpengaruh.

"Saat ini permintaan memang masih kuat. Namun jika harga bensin tidak kunjung stabil, maka konsumen tentu akan mengurangi konsumsi," kata Phil Flynn, Analis Price Futures, seperti dikutip dari Reuters.

Halaman Selanjutnya --> Sebagian Shanghai Lockdown Lagi

Selain AS, konsumsi di China juga dikhawatirkan bakal berkurang. Setelah euforia dicabutnya karantina wilayah (lockdown) di Shanghai, ternyata kabar gembira itu tidak bertahan lama. Distrik Minhang di Shanghai kembali memberlakukan lockdown akibat kenaikan kasus positif Covid-19.

Di ibukota Beijing, pemerintah setempat juga kembali menerapkan aturan tegas. Tempat hburan di Beijing kembali ditutup.

Pemerintahan Presiden Xi Jinping memang tidak main-main soal Covid-19. China masih menganut kebijakan tanpa toleransi (zero tolerance) terhadap Covid-19. Begitu ada kluster penularan, langsung lockdown.

"Kapan ini akan berakhir? Saya hanya ingin hidup normal," cuit seorang pengguna media sosial Weibo.

"Iklim usaha di China belum kondusif meski sejumlah kota sudah dibuka kembali, karena kebijakan zero Covid-19. Setiap pagi, masyarakat tidak tahu apakah lockdown akan kembali berlaku," tegas Christophe Lauras, Presiden Kamar Dagang Prancis untuk China, sebagaimana diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular