Bisnis Pay Later Terancam 'Tsunami' Bunga Tinggi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 June 2022 16:00
Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Investasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Seperti disebut sebelumnya, BNPL memang menawarkan kemudahan bertransaksi. Namun tentu ada bunga, yang biasanya diperhitungkan di depan.

Model bisnis BNPL diuntungkan dengan iklim suku bunga rendah, yang terjadi saat pandemi Covid-19. Di Amerika Serikat (AS), suku bunga acuan dipangkas habis-habisan sehingga mendekati 0%. Bank Indonesia juga memotong suku bunga acuan sampai ke 3,5%, terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.

Namun sekarang situasinya berubah. Perang Rusia-Ukraina menyebabkan harga komoditas melambung tinggi. Maklum, berbagai komoditas mulai dari migas, pertambangan, hingga pangan banyak didatangkan dari dua negara tersebut.

Tingginya harga komoditas kemudian menyebabkan inflasi melonjak. Di AS, inflasi pada Mei 2022 tercatat 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Ini adalah rekor tertinggi sejak 1981.

"Laju inflasi dalam beberapa bulan terakhir lebih 'panas' dari perkiraan. Sepertinya ini menjadi pengingat bahwa inflasi masih akan terus bersama kita dalam waktu yang lebih lama," kata Michael Sheldon, Chief Investment Officer di RDM Financial Group yang berbasis di Connecticut, seperti dikutip dari Reuters.

Data inflasi terbaru membuat pasar makin yakin bahwa bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga secara agresif. Mengutip CME FedWatch, peluang kenaikan Federal Funds Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,25-1,5% adalah 76,8%. Lebih gila lagi, kenaikan 75 bps ke 1,5-1,75% juga masuk perhitungan dengan kemungkinan 23,2%.

fedSumber: CME FedWatch

"The Fed pasti akan melakukan apapun untuk menurunkan inflasi dalam 12-18 bulan mendatang," lanjut Sheldon.

Halaman Selanjutnya --> Suku Bunga Tinggi Bukan Iklim Ideal

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular