
Kaum Pay Later Menjamur di RI, Pinjamannya Sampai Rp 6,47 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Masyarakat Indonesia semakin gemar menggunakan Buy Now Pay Later (BNPL) hal ini terlihat dari Piutang pembiayaan BNPL periode April 2024 yang naik 31,45% year on year (yoy) menjadi sebesar Rp6,47 triliun.
Berdasarkan data April 2024, nilai kredit macet atau non performing financing (NPF) gross pada multifinance sebesar 2,82%, meningkat 0,38% YoY. Sementara NPF netto sebesar 0,89% , meningkat 0,20% YoY.
"Peningkatan nilai NPF multifinance tidak ada kaitannya dengan restukturisasi covid," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman dalam jawaban tertulis, Jumat, (14/6/2024).
Tingginya kredit macet ini membuat OJK mengimbau kepada industri atas potensi trend ini. Industri pun telah merespon hal ini antara lain dengan melakukan penyesuaian pada parameter screening untuk memperkuat proses akuisisi.
Pelaku pay later juga telah menurunkan tingkat penerimaan debitur, dan mengingatkan debitur sebelum jatuh tempo untuk mencegah keterlambatan pembayaran.
Di bulan lalu, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan paylater per Maret 2024 sebesar Rp 6,13 triliun, naik 23,90% secara tahunan (yoy). Dari total tersebut, sebanyak 3,15% di antaranya masuk kategori pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) gross dan 0,59% NPF net.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BTN Bakal Luncurkan Pay Later di Semester I-2024