Hati-Hati Investasi Stablecoin! Ini Peringatan Fitch Ratings
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Ratings memperingatkan bahwa pasar kripto berjenis stablecoin masih memiliki risiko yang cukup tinggi dan perlu dicermati oleh pelaku pasar secara lebih lanjut.
Apalagi saat ini, investor kripto mulai selektif dan berhati-hati berinvestasi di stablecoin, setelah adanya kasus kejatuhan koin digital (token) besutan Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST) yang membuat pasar kripto mengalami crash pada awal Mei lalu.
Beberapa pengamat termasuk Fitch Ratings pun menduga bahwa token LUNA dan UST sulit untuk diselamatkan, meski sang developer sudah membuat token LUNA baru, di mana token ini tidak lagi menggunakan stablecoin algoritmik.
Hal ini karena investor, trader, maupun pengamat sudah skeptis atau cenderung tidak percaya lagi bahwa ke depannya sang developer bisa menjamin bahwa token UST bisa lebih stabil di harga US$ 1, layaknya stablecoin pada umumnya.
Sebelumnya pada pertengahan Mei lalu, Fitch mengatakan stablecoin saat ini masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari para regulator. Pasalnya saat ini, aset digital itu terancam menghadapi risiko dalam mempertahankan nilai yang stabil.
"Dalam kasus UST, cadangan kripto entitas pendukung tidak cukup besar untuk dijadikan sebagai sumber stabilitas ketika mekanisme pasak algoritma UST berada di bawah tekanan spekulatif," ujar lembaga itu sambil memberikan penjelasan terkait hal yang dialami TerraUSD, Kamis (12/5/2022) lalu.
Pihak Fitch sendiri memprediksi bahwa kejatuhan dua token Terra tersebut mendorong peningkatan seruan untuk regulasi stablecoin.
Sementara Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, telah mengatakan itu menunjukkan pentingnya memiliki kerangka peraturan yang tepat untuk stablecoin.
"Regulasi Pasar dalam Aset Kripto Uni Eropa, mendekati finalisasi, tidak akan mengizinkan penerbitan stablecoin algoritmik dan memerlukan regulasi dan cadangan seperti bank untuk penerbit stablecoin sistemik."
Sedangkan di Inggris, regulator sedang berkonsultasi pada proposal yang akan melihat penerbit stablecoin sistemik yang gagal ditempatkan ke dalam administrasi khusus di bawah bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Fitch pun memperkirakan bahwa pelaku pasar kripto memantau pergerakan Tether dan USDC, di mana keduanya menyumbang sekitar 63% dari total aset pasar kripto pada akhir Mei, meski keduanya sudah jauh lebih stabil dibandingkan pada saat crash kripto, di mana harga Tether sempat menyentuh US$ 0,95 per keping.
"Pasar tetap terkonsentrasi dengan Tether dan USDC, di mana keduanya menyumbang sekitar 63% dari total aset kripto pada akhir Mei lalu," kata Fitch Ratings dalam laporan risetnya yang dirilis, Rabu (8/6/2022).
Sementara itu, volatilitas harga Tether dan USDC cenderung meningkat, meski sejatinya kedua token stablecoin tersebut masih jauh lebih stabil dari stablecoin lainnya seperti Binance USD (BUSD) dan DAI.
Adapun dari sisi komposisi kapitalisasi pasarnya, token stablecoin pun mengalami perubahan, di mana kapitalisasi pasar beberapa stablecoin pun menurun dari kuartal IV-2021 ke kuartal I-2022.
Jika dilihat dari grafik di atas, hanya stablecoin USDC dan BUSD yang mengalami kenaikan kapitalisasi pasar pada kuartal I-2022. Sedangkan sisanya mengalami penurunan kapitalisasi pasar. Mirisnya, kapitalisasi pasar UST pun tidak mencapai US$ 1 miliar pada kuartal I-2022.
Fitch Ratings pun memperkirakan bahwa stablecoin ke depannya tampaknya bergerak ke arah komposisi portofolio cadangan yang lebih konservatif dan pengungkapan portofolio ini lebih sering.
"Pasar stablecoin tampaknya bergerak ke arah komposisi portofolio cadangan yang lebih konservatif," ujar Fitch Ratings.
Setelah adanya kasus kejatuhan LUNA dan UST, USDC kini dapat menghasilkan rincian cadangan USDC secara mingguan. Selain itu, aset cadangan USDC juga telah didukung oleh uang tunai yang dapat dijadikan sebagai aset safe haven dan aset obligasi pemerintah AS atau Treasury.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)