MARKET DATA

Stablecoin Bikin IMF Khawatir, Ada Apa?

Mentari Puspadini,  CNBC Indonesia
09 December 2025 12:15
The World Bank headquarters building is decorated ahead of the IMF/World Bank spring meetings in Washington, U.S., April 8, 2019. REUTERS/Yuri Gripas
Foto: Gedung kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia — Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengeluarkan peringatan keras terhadap stablecoin. Hal ini terjadi seiring lonjakan arus lintas negara yang pada 2025 menembus level tertinggi dan untuk pertama kalinya melampaui Bitcoin serta Ethereum.

Melansir beincrypto.com, IMF menilai pesatnya penggunaan dolar digital berpotensi mempercepat substitusi mata uang, mengganggu arus modal, dan menekan stabilitas sistem keuangan negara berkembang.

Dalam laporan terbarunya, IMF mencatat pasar stablecoin tumbuh sangat cepat dengan total penerbitan melampaui US$300 miliar atau sekitar 7% dari total aset kripto global.

Dua stablecoin terbesar, Tether (USDT) dan USD Coin (USDC), menguasai lebih dari 90% pasar dengan suplai beredar masing-masing sebesar US$185,5 miliar dan US$77,6 miliar.

IMF menilai 2025 menjadi titik pembeda karena perubahan cepat dan karakter arus transaksi lintas negara. Jika sebelumnya Bitcoin dan Ethereum mendominasi transaksi kripto lintas batas, kini stablecoin telah mengambil alih posisi teratas.

IMF mencatat arus stablecoin tumbuh lebih cepat dibanding aset kripto asli dengan selisih yang makin melebar tahun ini. Volume perdagangan USDT dan USDC mencapai US$23 triliun sepanjang 2024 atau melonjak sekitar 90% secara tahunan.

Lonjakan ini menegaskan fungsi stablecoin sebagai alat pembayaran dan penyelesaian transaksi, sekaligus menimbulkan tantangan besar bagi regulator.

Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi pusat perdagangan utama. Asia kini memimpin penggunaan stablecoin, sementara Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah mencatat pertumbuhan tercepat relatif terhadap PDB masing-masing.

IMF melihat pola yang jelas bahwa konsumen dan pelaku usaha di negara dengan inflasi tinggi atau kontrol modal ketat semakin memilih dolar digital dibanding mata uang lokal. Kondisi tersebut mencerminkan meningkatnya ketergantungan pada aset berbasis dolar AS dalam aktivitas ekonomi sehari-hari.

Peneliti EndGame Macro menilai fenomena ini bukan sekadar euforia kripto, melainkan pergeseran struktural dalam arus uang global. Dalam kajiannya, stablecoin disebut sebagai "ujung digital dari sistem dolar" di ekonomi dunia.

IMF juga menyoroti sebagian besar stablecoin utama ditopang oleh surat utang jangka pendek pemerintah Amerika Serikat sehingga memperkuat eksposur terhadap sistem keuangan AS.

Di sisi lain, imbal hasil yang lebih menarik dibandingkan simpanan perbankan di negara berkembang mendorong peralihan dana ke dolar digital.

Situasi tersebut menimbulkan paradoks karena memperkuat dominasi dolar AS secara global, namun melemahkan kemandirian kebijakan moneter negara yang rentan inflasi dan pelarian modal.

Ekonom IMF Eswar Prasad menilai stablecoin mendukung inklusi keuangan tetapi juga berpotensi memperkuat dominasi dolar dan memusatkan kekuatan ekonomi pada institusi besar serta perusahaan teknologi.

IMF memperingatkan adopsi yang cepat tanpa pengaturan memadai dapat memperbesar volatilitas arus modal, terutama saat tekanan pasar ketika investor berbondong-bondong masuk atau keluar dari aset berbasis dolar.

Tantangan utama lainnya adalah fragmentasi regulasi karena stablecoin beroperasi lintas negara lebih cepat dibanding adaptasi kebijakan nasional.

Sejumlah negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang tengah menyiapkan kerangka regulasi yang lebih jelas. Namun, banyak negara berkembang masih belum memiliki pedoman terkait kualitas cadangan, hak penebusan, maupun pengawasan penerbit.

Ketimpangan regulasi tersebut dinilai membuat negara dengan sistem keuangan lemah rentan terhadap pergeseran permintaan dolar digital secara mendadak. Risiko ini berpotensi mengguncang perbankan domestik yang sudah berada di bawah tekanan.

IMF dijadwalkan merilis peta jalan kebijakan terperinci pada awal 2026 yang mencakup transparansi cadangan, pengawasan lintas batas, dan standar modal minimum.

Seiring percepatan arus stablecoin dan pendalaman adopsi di negara berkembang, ruang waktu regulator global kian menyempit sebelum dolar digital menjadi sarana utama transfer nilai internasional.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Sahkan UU Regulator Stablecoin, AS Jadi Surga Kripto Dunia?


Most Popular