Shanghai Buka 'Gembok', Harga Karet Mulai Melar
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet dunia terungkit pembukaan lockdown di Shanghai. Gangguan cuaca di Thailand juga turut mengungkit harga bahan baku ban tersebut.
Pada Kamis (6/2/2022) harga karet di pasar berjangka Jepang ditutup di JPY 256,5.kg, naik 0,67% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Pembukaan kembali kota Shanghai yang merupakan pusat ekonomi China, konsumen utama karet dunia memberi dorongan kepada harag karet Jepang. Dicabutnya lockdown memberi harapan akan meningkatnya permintaan dari industri otomotif.
Pemerintah setempat mulai memberlakukan pelonggaran secara bertahap hingga 1 Juni kemarin dibuka. Beberapa toko diizinkan buka minggu ini dan transportasi umum diperkirakan akan diperbolehkan digunakan selama akhir pekan.
Adapun, kebijakan lockdown akibat gelombang baru pandemi Covid-19 di Shanghai dalam 2 bulan terakhir telah memukul ekonomi kota tersebut. Akibatnya, rantai pasok dunia pun ikut terganggu.
China memiliki pengaruh besar terhadap pergerakan harga karet dunia. Itu karena negeri panda tersebut merupakan konsumen karet terbesar di dunia dengan menyerap 4,7 juta metrik ton, mengacu data Statista.
Sementara itu, hujan lebat di Thailand mengganggu laju produksi karet dari negara produsen terbesar dunia tersebut.
"Kami juga masih melihat hujan lebat di Utara, Timur Laut dan beberapa bagian Thailand Selatan," kata seorang pelaku pasar di Singapura.
"Kami masih mendengar hujan lebat di beberapa bagian Thailand," kata seorang pedagang yang berbasis di Singapura. Sehingga harga bahan baku terutama lateks masih tinggi," kata seorang pelaku pasar lainnya.
Thailand adalah produsen terbesar di dunia dengan produksi 4,37 juta ton karet alam pada tahun 2020, berdasarkan data Statista sehingga produksi yang terancam 'seret' mempengaruhi harga karet.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ras)