
Cerita Dibalik Kejatuhan Duo Terra, Ada Blackrock & Citadel?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejatuhan dua kripto besutan Terra yakni Terra Luna (LUNA) dan TerraUSD (UST) sempat membuat heboh dunia kripto pada awal hingga pertengahan Mei, bahkan hingga hari ini.
Pasalnya, kejatuhan dua koin digital (token) Terra tersebut membuat pasar kripto mengalami crash yang tidak dapat dihindarkan. Di Bitcoin saja, setelah adanya kasus tersebut, harganya pun menyentuh rekor terendah barunya selama setahun terakhir, yakni di kisaran US$ 26.000.
LUNA merupakan aset kripto proyek berbasis blockchain yang dikembangkan oleh Terraform Labs di Korea Selatan.
Terra memiliki ambisi sebagai platform yang menciptakan stablecoin yang dikaitkan dengan uang resmi yang diterbitkan oleh bank sentral. Tujuannya untuk mendukung sistem pembayaran global dengan settlement yang cepat dan terjangkau seperti contohnya Alipay di blockchain. Pengembang menawarkan target satu koin senilai US$ 1.
LUNA memiliki peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin yang ada di ekosistem Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Ketika UST turun sedikit maka LUNA akan dijual atau dibakar (dihancurkan) untuk menstabilkan harga.
UST merupakan stablecoin algoritmik. Alih-alih memiliki uang tunai dan aset riil lainnya yang disimpan sebagai cadangan untuk mendukung token, proyek ini menggunakan campuran kode yang komplek dan LUNA untuk menstabilkan harga
Namun pada awal bulan ini, UST tak mampu menjalankan fungsinya sebagai stablecoin, di mana harga UST mulai terus turun menjauhi US$ 1 pada saat itu. Puncaknya yakni pada 13 Mei lalu, di mana harganya menjadi ke kisaran US$ 0,16 per keping.
Saat UST tak mampu menjalankan fungsi utamanya, sister coin yakni LUNA juga bernasib sama, di mana harganya yang sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi di kisaran US$ 110, pada 12 Mei lalu, harganya langsung longsor ke kisaran US$ 0,08 per keping.
Meski keduanya berulang kali berhasil rebound dan menghijau, tetapi hingga kini keduanya masih belum mampu menyentuh level psikologis di US$ 1.
Kasus kejatuhan duo token Terra membuat sang developer yakni Do Kwon jadi bulan-bulanan warganet pecinta kripto, karena dianggap gagal mengendalikan situasi.
Hingga saat ini, masih belum diketahui secara pasti penyebab jatuhnya dua token Terra tersebut. Banyak yang berspekulasi bahwa kasus ini ada yang sengaja ingin dua token tersebut jatuh cukup dalam.
Tak sedikit kabar burung bahwa raksasa keuangan seperti BlackRock, Citadel dan bursa kripto Gemini adalah dalang dan otak di balik kekacauan ini.
Mengutip dari blockchainmedia.id, setidaknya ini semua berpangkal dari cuitan pendiri Cardano, Charles Hoskinskon pada Rabu (11/5/2022) lalu. Namun, tweet dari Hoskinskon sudah dihapus.
Hoskinskon mengunggah gambar berisikan teks tentang bagaimana cara ketiga perusahaan itu merusak harga LUNA dan UST, termasuk Bitcoin secara sistematis. Gambar itu ia terlihat hasil screenshot dari aplikasi Telegram atas nama "Anna".
Adapun ringkasan dari tweet Hoskinskon adalah sebagai berikut.
BlackRock dan Citadel meminjam 100 ribu Bitcoin dari Gemini. Kedua perusahaan menukar (swap) 25 ribu Bitcoin itu menjadi UST. Lalu menghubungi Do Kwon dan mengatakan ingin menjual banyak Bitcoin menjadi UST.
Dengan alasan tak ingin mengguncang pasar Bitcoin dengan akan adanya transaksi jumbo itu, BlackRock dan Citadel meminta agar Do Kwon meminta potongan harga untuk UST itu. Kwon pun setuju dengan umpan itu dan mentransfer UST yang diminta, sehingga menekan tingkat likuiditas stablecoin itu.
Di titik itulah BlackRock dan Citadel menjual semua Bitcoin mereka, termasuk UST. Itulah yang menyebabkan slippage yang besar dan memicu efek domino yang memaksa tekanan jual kuat untuk kedua aset itu.
Pun lagi, baik BlackRock dan Citadel bahwa di aplikasi DeFi Anchor tersimpan banyak kripto LUNA yang pada akhirnya mendorong pengguna menarik kripto mereka yang jumlahnya lebih besar daripada yang bisa diberikan oleh Anchor dalam imbalan.
Karena aksi jual kripto LUNA semakin deras, tidaklah heran UST kehilangan pasak utamanya dan menjadikan nilainya tak lagi 1 banding 1 lagi terhadap dolar AS.
BlackRock dan Citadel pun bisa membeli Bitcoin dengan harga diskon untuk membayar kembali pinjamannya kepada Gemini dan mengantongi selisihnya sebagai keuntungan. Ini jelas manipulasi pasar.
Gemini dan Blackrock Menyangkal Tuduhan Charles Hoskinskon
Gemini pun akhirnya angkat suara dan menyangkal atas tuduhan Hoskinskon tersebut. Gemini menyangkal melakukan kesalahan dan secara tegas menyatakan, bahwa mereka tidak pernah memberikan pinjaman semacam itu kepada pihak mana pun yang disebutkan dalam screenshot yang beredar.
"Kami membaca rumor yang merebak baru-baru ini, yang menggambarkan Gemini membuat pinjaman 100 ribu Bitcoin ke perusahaan besar, membuat penjualan masif terhadap kripto LUNA. Gemini tidak pernah memberikan pinjaman seperti itu," sebut Gemini.
Tak hanya Gemini saja, Blackrock pun menyangkal lebih keras.
"Rumor bahwa BlackRock memiliki peran dalam runtuhnya UST adalah keliru. Kami tidak pernah menjual dan membeli UST," kata Logan Koffler, juru bicara BlackRock kepada Forbes.
Terlepas dari isu yang belum pasti tersebut, baik BlackRock dan Citadel tak asing di bisnis kripto ini. BlackRock misalnya memainkan sentimen pasar sejak tahun 2020 dengan memuji-muji keunggulan Bitcoin sebagai aset masa depan.
Langkah terbaru BlackRock adalah berinvestasi di Circle sebesar US$ 400 juta. Perusahaan penerbit stablecoin USD Coin (USDC) ini dikelola oleh bersama dengan bursa kripto ternama asal Amerika Serikat (AS) yakni Coinbase.
Sedangkan Citadel, pada Januari 2022, menerima investasi US$ 1,15 miliar dari perusahaan ventura besar, yakni Sequoia Capital dan Paradigm, yang ingin menggunakan teknologi perusahaan untuk membawa kredibilitas ke pasar kripto.
Namun kembali lagi, bahwa kabar tersebut masih belum dapat dipastikan terjadi dan masih menjadi isu-isu liar yang beredar di kalangan pasar kripto.