
Bank Sentral Eropa dan Inggris Makin 'Galak', Rupiah Melempem

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah terkoreksi tajam terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Selasa (24/5/2022).
Keagresifan bank sentral Eropa (ECB) dan Bank of England (BOE) mendorong penguatan mata uang Benua Biru di pasar spot, tidak heran jika rupiah pun terkoreksi. Lantas, bagaimana dengan Bank Indonesia (BI)?
Melansir Refinitiv, pukul 11:25 WIB, rupiah melemah terhadap euro sebanyak 0,88% ke Rp 15.570,74/EUR dan rupiah terkoreksi tajam terhadap poundsterling 0,95% di Rp 18.465,13/GBP.
Hal serupa terjadi pada dolar franc swiss menguat tajam terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 1,1% ke Rp 15.184,76/CHF.
Euro telah mengalami lonjakan sebanyak 1,17% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di dua hari perdagangan pada pekan ini, setelah Presiden ECB Christine Lagarde memberikan pernyataan kemarin, bahwa pembuat kebijakan kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan dari wilayah negatif pada akhir September. Wajar saja, jika rupiah pun terkoreksi tajam.
Gubernur ECB Perancis Francois Boleroy de Galhau juga memberikan dukungan terhadap pernyataan tersebut dan memperkuat ekspektasi pasar.
"Jika Anda melihat pernyataan Presiden Lagarde pagi ini, kesepakatan itu mungkin dilakukan karena ada konsensus yang berkembang, masalah utama setidaknya dalam jangka pendek adalah inflasi tanpa keraguan," tambahnya yang dikutip dari Reuters.
Suku bunga ECB saat ini masih berada di -0,5% yang telah bertahan sejak 2014. Namun, harga barang dan jasa melonjak dalam beberapa bulan karena harga energi dan pangan meningkat, ikut mengerek angka inflasi di wilayah Eropa dan menyentuh rekor tertinggi 7,4% di April sejak 41 tahun lalu.
Pasar berekspektasi dengan kenaikan sebesar 110 basis poin di tahun ini pada setiap pertemuan ECB mulai Juli. Beberapa khawatir kenaikan suku bunga akan memperlambat pertumbuhan lebih lanjut dan dapat mendorong zona euro 19 negara ke dalam resesi.
Tidak hanya itu, poundsterling bergerak menguat terhadap si greenback dan menyentuh level tertinggi lebih dari dua pekan, bahkan di sepanjang pekan ini, poundsterling berhasil menguat 0,6%.
Penguatan poundsterling didorong oleh ekspektasi pasar akan kenaikan suku bunga acuan oleh BOE untuk menekan inflasi yang telah menyentuh rekor tertinggi di 9% sejak 40 tahun. Meskipun, BOE telah menaikkan suku bunga acuannya empat kali sejak Desember 2021.
Kemarin, Gubernur BOE Andrew Bailey memberikan pernyataannya pada Konferensi Ekonomi Tahunan di Wina, Jerman dan kembali mengisyaratkan bahwa BOE akan kembali menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut.
"Kami telah menaikkan suku bunga resmi empat kali sejauh ini dan telah menjelaskan bahwa untuk menurunkan inflasi ke target, kami siap untuk melakukannya lagi berdasarkan setiap pertemuan BOE," tuturnya.
Dia juga menambahkan faktor lain seperti krisis biaya hidup akan ikut dipertimbangkan dalam keputusan moneternya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneternya hari ini sekitar pukul 14:30 WIB.
Namun, analis memprediksikan bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya, meskipun inflasi di April telah menyentuh level tertinggi sejak empat tahun enam bulan di 3,47%, tapi masih dalam kisaran target BI di 2-4%.
Sehingga, BI pun belum berada di bawah tekanan untuk segera menaikkan suku bunga acuannya. Hal tersebut, tampaknya membuat rupiah kehilangan daya tariknya dan terkoreksi tajam di Benua Biru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Eropa Diprediksi Melambat, Tapi Euro Cs Masih Menguat