Shanghai Mau Buka 'Gembok', Harga Karet Kok Rontok?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 23/05/2022 18:20 WIB
Foto: REUTERS/Surapan Boonthanom

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet dunia terpantau melemah pada perdagangan hari ini meskipun China, konsumen utama karet, berencana melonggarkan pembatasan. Apa yang terjadi?

Pada Senin (23/5/2022) harga karet yang diperdagangkan di bursa berjangka Jepang ditutup di JPY 244,8/kg, turun 0,57% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.


Kota Shanghai berencana mengakhiri karantina wilayah (lockdown) yang sudah dilakukan selama tujuh minggu pada tanggal 1 Juni. Pejabat Shanghai mengatakan pembukaan Shanghai akan dilakukan secara bertahap.

Meskipun berencana dibuka, tambahan 99 kasus baru virus corona (Coronavirus Disease 2019/Covid19) di Beijing membuat pasar kembali ragu China akan sepenuhnya keluar dari gelombang pandemi. Sehingga menekan harga karet.

Maklum, Negeri Panda merupakan konsumen karet terbesar di dunia dengan menyerap 4,7 juta metrik ton, mengacu data Statista. Sehingga saat permintaan dari China turun, harga akan mengikuti.

Di sisi lain, mata uang yen Jepang makin kuat melawan dolar. Saat ini yen Jepang berada di posisi JPY 127,52/US$. Lebih kuat dibanding posisi pada 28 April yang merupakan posisi tertinggi sejak 20 tahun lalu, di JPY 130,85/US$.

Mata uang yen yang menguat membuat karet acuan di bursa berjangka Jepang makin mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Sehingga berpotensi mengurangi minat pedagang untuk membeli karet. Permintaan turun, harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Racikan Investasi Reksadana Cs Yang Paling Menarik Saat Ini