
Di Eropa, Rupiah Berhasil Jadi Juara!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali berjaya terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Senin (23/5/2022) menghentikan penurunananya selama empat hari beruntun pada pekan lalu.
Melansir Refinitiv, pukul 12:00 WIB, rupiah menguat tajam terhadap euro sebanyak 1,06% ke Rp 15.435/EUR dan rupiah terapresiasi terhadap poundsterling 0,34% di Rp 18.291,99/GBP.
Hal serupa terjadi pada dolar franc swiss terkoreksi terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,76% ke Rp 15.019,48/CHF.
Pada Jumat (20/5), anggota dewan bank sentral Eropa (ECB) Ignazio Visco memberikan pernyataan bahwa ECB harus menaikkan suku bunga acuannya keluar dari wilayah negatif dengan langkah pertama datang pada Juli. Namun, proses kenaikannya harus lebih bertahap.
Para investor mengharapkan untuk melihat 105 basis poin kenaikan suku bunga ECB pada akhir tahun, setelah Ketua ECB Belanda Klass Knot mengatakan bahwa langkah 50 basis poin dapat diperlukan jika tekanan inflasi meningkat.
Presiden Bundesbank Joachim Nagel juga menyetujui kenaikan suku bunga acuan pertama pada Juli dan kenaikan lebih lanjut segera setelahnya.
Tidak hanya itu, Kepala bank sentral Perancis Francois Villeroy de Galhau secara terbuka juga mendukung kenaikan suku bunga acuan dan mengatakan bahwa ancaman terbesar ECB adalah inflasi. Angka inflasi di Eropa telah bertahan di level tertinggi pada rekor 7,4% yang hampir empat kali lipat target ECB di 2%.
Investor wilayah Eropa masih menantikan pernyataan Ketua ECB Christine Lagarde yang dijadwalkan akan memberikan pernyataan pada Rabu (25/5) dini hari waktu Indonesia.
Di wilayah Inggris, inflasi masih melonjak, bahkan di bulan April kembali menyentuh rekor tertinggi di 9% sejak 41 tahun dan menempatkan Inggris sebagai negara dengan inflasi tertinggi di kelompok negara G7.
Selain itu, situs pencarian properti Rightmove melaporkan survei bahwa permintaan harga rumah di Inggris melonjak lagi pada bulan Mei, didorong oleh kurangnya pasokan rumah baru dan diprediksikan bahwa permintaan rumah baru akan memudar karena krisis biaya hidup yang semakin ketat.
Harga yang diminta untuk properti yang dijual antara pertengahan April dan pertengahan Mei naik 2,1% setelah naik 1,6% di bulan sebelumnya dan menjadi kenaikan terbesar sejak 2014.
Namun, dengan anggaran rumah tangga yang tinggi karena inflasi melonjak dan adanya kenaikan pajak, sehingga mereka pun memprediksikan adanya penurunan permintaan di kemudian hari.
"Kami mengantisipasi bahwa efek dari peningkatan biaya hidup dan kenaikan suku bunga akan menyebar ke pasar di akhir tahun, dan kombinasi dari lebih banyak pasokan rumah dan orang-orang yang menimbang apa yang mereka mampu akan membantu memoderasi pasar, " kata Tim Bannister, direktur pelaksana Rightmove yang dikutip dari Reuters.
Bank of England (BOE) merupakan bank sentral besar pertama yang menaikkan suku bunga acuannya dari level terendah di era pandemi sebesar 0,1% menjadi 1% sejak Desember 2021 dan diprediksikan akan menaikkan suku bunga acuannya kembali di bulan depan.
Meskipun, BOE dan ECB diprediksikan akan menaikkan suku bunga acuannya di bulan Juni dan Juli, tapi belum berhasil membuat nilai mata uangnya stabil. Sehingga, rupiah pun berhasil menguat di Benua Biru.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Rupiah Berjaya Dua Hari Beruntun di Eropa