
Keran Ekspor CPO RI Sudah Dibuka, Rupiah Masih Gagal Nanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Namun, rupiah berbalik arah dan terkoreksi hingga pertengahan hari di perdagangan hari ini, Senin (23/5/2022). Apa pemicunya?
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air di sesi awal perdagangan menguat 0,14% ke Rp 14.630/US$. Kemudian, rupiah berbalik arah terkoreksi 0,07% ke Rp 14.660/US$ hingga pukul 11:00 WIB.
Padahal, sentimen sendiri sedang positif di dalam negeri. Seperti diketahui, keran ekspor CPO sudah dibuka kembali mulai hari ini, Senin (23/5/2022).
Indeks dolar AS memulai pekan ini dengan lesu karena kecemasan investor akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global menurun karena adanya pelonggaran lockdown di China. Pekan lalu, dolar AS anjlok 1,35%.
Namun hari ini, pada pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau melemah 0,45% ke 102,686.
Meskipun si greenback sedang melemah di pasar spot terhadap 6 mata uang dunia, rupiah belum mampu mempertahankan penguatannya seperti di awal sesi perdagangan.
Pelemahan Mata Uang Garuda sudah terindikasi pada pasar Non-Deliverable Forward (NDF). Terlihat, rupiah melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada Jumat pekan lalu (20/5).
Periode | Kurs Jumat (20/5) pukul 15:13 WIB | Kurs Senin (23/5) pukul 11:05 WIB |
1 Pekan | Rp14.621,0 | Rp14.636,0 |
1 Bulan | Rp14.634,0 | Rp14.660,0 |
2 Bulan | Rp14.661,0 | Rp14.679,5 |
3 Bulan | Rp14.689,0 | Rp14.707,0 |
6 Bulan | Rp14.791,0 | Rp14.766,0 |
9 Bulan | Rp14.912,0 | Rp14.881,0 |
1 Tahun | Rp15.016,0 | Rp14.986,0 |
2 Tahun | Rp15.470,3 | Rp15.483,7 |
Semua perhatian tertuju pada Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan akan menggelar pertemuan pada 23-24 Mei 2022 untuk membahas kebijakan moneter selanjutnya.
Namun, jajak pendapat analis Reuters memprediksikan bahwa BI masih akan menunggu beberapa bulan lagi untuk menaikkan suku bunga acuan dari rekor terendah, meski inflasi meningkat dan The Fed akan bertindak hawkish.
Sebanyak 25 analis dari total 27 orang memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan 24 Mei dan sisanya memperkirakan kenaikan 25 basis poin.
Sementara itu, sebanyak 8 orang mengatakan kenaikan suku bunga akan terjadi pada Juni dan 17 orang menilai akan terjadi pada pertemuan di Juli hingga September.
Meskipun inflasi di April melonjak dan menjadi level tertinggi dalam empat tahun enam bulan di 3,47%, tapi masih dalam kisaran target BI di 2-4% dan analis menilai bahwa BI tidak berada di bawah tekanan untuk menaikkan suku bunga acuannya.
Prediksi pasar bahwa BI masih akan mempertahankan suku bunga acuannya, yang tidak sejalan dengan tren bank sentral dunia lainnya, menurunkan daya tarik rupiah. Sehingga, tekanan pada pasar global belum dapat terminimalisir dampaknya pada nilai tukar rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer