
Eropa Dikepung Sentimen Negatif, Rupiah Juara vs Euro dkk

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berjaya terhadap euro, poundsterling, dan dolar franc swiss pada perdagangan hari ini, Rabu (27/4/2022). Mata Uang Garuda mampu menguat tajam di Benua Biru, di tengah sentimen negatif yang mengepung wilayah Eropa.
Melansir Refinitiv, pukul 11:20 WIB, euro melemah cukup tajam terhadap rupiah sebanyak 0,85% di Rp 15.350/EUR.
Hal yang serupa terjadi pada poundsterling terkoreksi tajam terhadap rupiah 1,61% di Rp 18.119,13/GBP dan dolar franc swiss terkoreksi terhadap Mata Uang Tanah Air sebesar 0,60% ke Rp 14.968,32/CHF.
Sisi fundamentalnya, sentimen negatif pada pasar global telah tereskalasi ketika perusahaan raksasa energi asal Rusia, Gazprom, mengatakan kepada Polandia dan Bulgaria bahwa mereka akan menghentikan pasokan gas mulai hari ini.
Hal tersebut meningkatkan perselisihan antara Rusia dan negara-negara Barat yang menentang penyerangan ke Ukraina.
Pada bulan Maret lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin sempat mengumumkan bahwa pembeli energi Rusia yang 'tidak ramah' diharuskan untuk membayar impor energi Rusia dalam rubel dengan membuka rekening di Gazprombank dan melakukan pembayaran dalam euro atau dolar untuk dikonversi menjadi rubel.
Polandia dan Bulgaria akan menjadi negara pertama yang pasokan gas alamnya dihentikan oleh Rusia sejak Moskow memulai konflik di Ukraina pada 24 Februari.
Eropa mendapat sekitar 40% gasnya dari Rusia dan membayar 200 juta hingga 800 juta euro (US$ 880 juta) per hari sepanjang tahun ini. Saat ini, hampir semua kontrak pembelian gas Rusia dalam mata uang euro atau dolar AS.
Menurut konsultan Rystad Energy jika pembayaran dalam rubel akan menguntungkan ekonomi Rusia dan menopang mata uangnya.
Namun, menurut analis ING Bank bahwa jika pembeli bersedia membayar dalam rubel, mungkin akan cukup menantang mengingat sanksi yang diberlakukan terhadap sejumlah bank Rusia.
Bulgaria memiliki kontrak dengan Gazprom yang akan berakhir pada akhir tahun. Negara itu hampir sepenuhnya bergantung pada impor gas Rusia, dan telah mengambil langkah-langkah untuk menemukan pengaturan alternatif untuk pasokan.
Bulgaria mengkonsumsi sekitar 3 miliar meter kubik gas per tahun dan mengimpor lebih dari 90% darinya dari Rusia.
Sementara itu, negara-negara di Eropa telah menurunkan impor diesel dari Rusia pada April dan meningkatkan impor dari Kawasan Asia, Timur Tengah, dan Amerika Serikat (AS) dan nilai impornya diprediksikan akan mencapai level tertinggi sejak tiga tahun pada bulan ini.
Mengacu pada data Vortexa, impor gabungan dari Asia, Timur Tengah, dan Amerika Serikat akan mencapai 760.000 barel per hari (bph) pada April, tertinggi sejak Agustus 2019.
Pada saat yang sama, impor diesel dari Rusia akan mencapai 770.000 barel per hari, terendah sejak Desember, dan jauh di bawah rekor lebih dari 1 juta barel pada April 2021.
Konflik antara Rusia-Ukraina telah menekan perekonomian di zona Eropa karena ketergantungannya pada energi Rusia. Bahan, pekan lalu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pun turut memperingatkan bahwa perang di Ukraina akan menyeret turun ekonomi zona euro.
IMF menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2,8% dari diprediksi pada Januari sebesar 3,9%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Rupiah Berjaya Dua Hari Beruntun di Eropa