Dow Futures Kompak Menguat, Tanda Investor Kian Optimis?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
20 May 2022 19:14
Founder and CEO of Zuora, Tien Tzuo, takes part in the company's IPO on the floor of the New York Stock Exchange shortly after the opening bell in New York, U.S., April 12, 2018.  REUTERS/Lucas Jackson
Foto: REUTERS/Lucas Jackson

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontrak berjangka (futures) indeks bursa Amerika Serikat (AS) kompak bergerak menguat pada perdagangan Jumat (20/5/2022), menghentikan pelemahan yang mengirim indeks Dow Jones berada di penurunan selama delapan pekan beruntun.

Kontrak futures indeks Dow Jones terapresiasi 292 poin atau 0,9%. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat yang masing-masing sebesar 1,1% dan 1,6%.

Kontrak futures mungkin mendapatkan dorongan setelah China memangkas suku bunga acuan utama untuk hipotek semalam, karena lockdown memukul perekonomian. Kenaikan suku bunga acuan dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memerangi inflasi telah menjadi penyebab utama di balik penurunan pasar saham selama dua bulan. Indeks Shanghai Composite China menguat 1,6% setelah pergerakan tersebut.

Pergerakan tersebut terjadi setelah penurunan pada bursa saham Wall Street. Indeks Dow Jones dan Nasdaq turun yang masing-masing sebesar 0,8% dan 0,3%. Di sepanjang pekan ini, indeks Dow Jones melemah 2,9% dan memasuki penurunan selama delapan pekan beruntun untuk pertama kalinya sejak 1932 karena aksi jual tanpa henti dalam dua bulan terakhir.

Kemarin, indeks S&P 500 jatuh 0,6% dan sekarang berada 19% di bawah rekor tertingginya di awal Januari dan akan memasuki zona perurunan pertama yang didefinisikan sebagai penurunan sebanyak 20% dari level tertinggi sejak pandemi di Maret 2020.

Indeks Nasdaq dan S&P 500 berada di jalur penurunan selama tujuh pekan beruntun. Saham-saham berada di bawah tekanan pekan ini, setelah rilis kinerja keuangan dari Walmart dan Target meningkatkan kecemasan akan permintaan konsumen dan kemampuan perusahaan untuk menghadapi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade melemah. Saham Target dan Walmart juga terkoreksi tajam.

"Sementara banyak arus silang yang menyebabkan aksi jual, penyebab langsung dari percepatan penurunan saham baru-baru ini adalah kekhawatiran konsumen AS. Untuk pertama kalinya dalam periode pasca Covid-19, pengecer terjebak dengan beberapa kelebihan persediaan. Biaya akibat inflasi juga membebani pendapatan mereka," tutur Ketua Investasi Glenview Trust Bill Stone yang dikutip dari Reuters.

Dia juga menambahkan bahwa konsumen kelas bawah merasakan tekanan dari kenaikan harga.

Ross Stores merupakan perusahaan ritel terakhir yang sahamnya jatuh setelah merilis kinerja keuangan. Sahamnya anjlok lebih dari 28% di beberapa jam setelah perdagangan ditutup.

Sikap keras terhadap kebijakan moneter telah memicu kekhawatiran pekan ini bahwa tindakan The Fed dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi. Pada Kamis (19/5), Deutsche Bank mengatakan bahwa indeks S&P 500 dapat anjlok ke level 3.000 jika ada resesi yang akan segera terjadi.

Saham-saham telah kesulitan untuk menemukan pijakan selama dua bulan terakhir, di mana indeks Nasdaq berada 27% dari rekor tertingginya dan indeks Dow Jones berada 14% dari rekor tertingginya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Netflix Dow Jones Runtuh, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular