3 Hari Gas Poll, Dolar Australia Akhirnya Terpeleset
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Rabu (18/5/2022) setelah mencatat kebaikan 3 hari beruntun. Mata uang Negeri Kanguru ini mencatat rebound yang impresif, setelah jeblok ke bawah Rp 10.000/AU$, dalam 3 hari sudah kembali menyentuh Rp 10.300/AU$ kemarin.
Hari ini pada pukul 11:47 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.271/AU$, melemah 0,22% di pasar spot.
Rupiah sedang mendapat sentimen positif. Kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memberikan kabar baik. Jokowi memutuskan untuk melonggarkan kebijakan penggunaan masker. Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan sejumlah aspek.
"Pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan pemakaian masker," kata Jokowi.
Jokowi mengemukakan keputusan tersebut diambil sejalan dengan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia yang semakin terkendali dalam beberapa waktu terakhir.
"Jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang, maka diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker," tegasnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin turut menjelaskan terkait kebijakan terbaru Pemerintah Indonesia untuk melonggarkan pemakaian masker di luar ruangan.
Budi menjelaskan, pelonggaran pemakaian masker ini merupakan sebagai transisi yang disiapkan pemerintah secara bertahap dari pandemi Covid-19 menuju endemi.
"Pak Presiden sudah kasih berita gembira (pelonggaran pemakaian masker), itu salah satu bagian transisi yang pemerintah siapkan secara bertahap dari pandemi ke endemi," tuturnya saat konferensi pers, Selasa (17/05/2022).
Di sisi lain, dolar Australia kemarin sukses mencatat penguatan 3 hari beruntun kemarin setelah rilis notula rapat kebijakan moneter Reserve Bank of Australia (RBA).
Dalam notula yang dirilis hari ini terungkap RBA dua pekan lalu mempertimbangkan kenaikan sebesar 15 basis poin, 25 basis poin hingga 40 basis poin.
Seperti di ketahui, awal bulan ini RBA menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,35%.
Artinya, RBA sebenarnya lebih hawkish, sebab ada pertimbangan kenaikan sebesar 40 basis poin. Hal ini menguatkan ekspektasi bank sentral pimpinan Philip Lowe tersebut akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Kenaikan suku bunga tersebut dilakukan sebab perekonomian yang terus membaik, dan inflasi yang menanjak hingga melampaui target. Beberapa pejabat The Fed melihat inflasi tinggi tidak hanya disebabkan faktor global, tetapi juga demand dari dalam negeri yang kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)